𝗖𝗵𝗮𝗽𝘁𝗲𝗿 𝘁𝗵𝗿𝗲𝗲

275 35 4
                                    

Kami sampai ditujuan setelah menempuh jarak yang cukup jauh. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi secara mendadak jalan utama ditutup. Beberapa pengemudi mengeluh dan bahkan ada yang protes.

Salah satu pengemudi turun dari motornya lalu bertanya pada seorang polisi yang berada tidak jauh dari kami.

"Permisi mas, ini ada apa ya?" Orang itu membuka helmnya, memperlihatkan wajahnya yang sedikit berkeringat.

Polisi itu menoleh kearahnya, "untuk saat ini, jalan harus ditutup sementara. Tadi subuh, telah ditemukan mayat tidak kenal oleh warga."

"Astaga! Perempuan atau pria, mas?"

Polisi itu tidak tahu pasti, "katanya perempuan muda sih. Mukanya hancur tidak terbentuk lagi, tidak ada tanda perampokan dan juga pemerkosaan. Hanya wajahnya saja yang hancur. Seperti.. ada yang meledakkan isi kepalanya."

Kami menguping percakapan mereka dan ikutan merinding mendengarnya, karena jalan ini yang kemarin malam kami lewat. Sebuah keberuntungan bahwa kami masih bisa lewat jalan itu semalam tanpa tahu bahaya yang ada.

"(Y/N) mulai sekarang, aku yang antar-jemput kau," kata Milos setelah putar kearah lain.

"Sudahlah, jangan berlebihan. Aku bisa jaga diriku sendiri, lagi pula tidak mungkin kejadian yang sama akan terulang, kan?" Bantahku, walau aku sendiri sangat berharap Milos tidak mendengarkannya. Bagaimanapun juga, aku seorang gadis dan aku bekerja dimalam hari, ditambah lagi jalan ini sangat dekat dengan tempat kerjaku.

"Oh, okeh.."

Aku tidak percaya ini! Ia mengiyakannya?! Kupikir ia akan memarahiku lalu tetap akan menjemputku nanti dan ternyata.. sudahlah.

Apa yang aku harapkan? Bukannya ini yang aku mau? Baiklah, sesuai yang aku katakan! Aku bisa menjaga diriku sendiri! Siapa juga yang perlu bantuannya?! Cih..

•❂✲❂•

Kedua mangkok sudah kosong sedari tadi dan kami tidak bicara selagi makan sampai sekarang. Aku masih sedikit kecewa dengan sikapnya tadi, tapi tetap saja.. a-aku— sudahlah!

"Habis ini kau mau kemana, Milos?" Tanyaku setelah membayar pesanan kami.

"Pulang, memangnya kau mau kemana lagi?"

"Entahlah.. nanti malam aku masuk kerja. Mungkin lebih baik aku pulang saja sekarang."

Milos mengerut dahinya, "masih mau kerja setelah dengar berita itu? Bagaimana kalau nanti kau jadi korban selanjutnya?"

"Semberangan!!" Geramku, sekarang aku benar-benar tidak suka sikapnya! Ada apa dengannya? Tidak biasanya..

Meja makan kami sudah dibersihkan, hanya saja kami belum beranjak pergi. Perut kami baru diisi, setidaknya kasih jeda untuk percernaannya dulu.

Tuk.. tuk.. tuk..

Milos beberapa kali mengetuk jarinya dimeja, aku kurang memperhatikannya tadi. Walau tidak jelas, tapi ia tampak mengkhawatirkan sesuatu.

"Ada masalah, Milos?"

Ia mendongakkan kepalanya, gerak-geriknya terlihat seperti perampok supermarket.

"Aku semalam mimpi buruk.. aku tidak yakin kalau itu mimpi.. cuman— Apa kau percaya padaku, (Y/N)?" Katanya.

Aku mengangguk, ada sedikit perasaan lega yang terlihat diwajahnya yang tegang tadi. Mungkin, ia takut aku tidak akan percaya padanya.

◦ ۪۪̥፧𝗕𝗹𝗮𝗰𝗸𝗺𝗮𝗶𝗹₍ꦼ🐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang