𝗖𝗵𝗮𝗽𝘁𝗲𝗿 𝘀𝗲𝘃𝗲𝗻

268 31 17
                                    

Hari Kamis, dipagi hari seperti biasanya aku ke sekolah. Perban didaguku terlalu menarik perhatian, tidak heran kenapa para murid memperhatikanku. Mungkin, mereka mengira kalau aku habis kecelakaan atau semacamnya. Mereka tidak akan mungkin curiga dengan aku, kan?

Oh iya! Ketiga para babi sudah mati! Astaga, aku hampir tertawa ketika aku menyebut mereka seperti itu. Baiklah, berhubung aku sudah tahu nama mereka jadi aku tidak akan panggil begitu.

Pertama, yang merupakan kepala gengnya. Ia bernama Hitori cionas, ditemukan sudah tidak bernyawa didalam tong sampah. Tubuhnya terpisah-pisah, bahkan hampir tidak lengkap.

Kedua, yang aku tendang anunya sampai bengkok. Ia bernama Billy wilcon, ditemukan tewas tanpa bekas luka. Diduga ia terkena serangan jantung mendadak.

Dan yang terakhir, yang sempat aku gigit tangannya. Ia bernama Jadka harajani, ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri dan setelah dibawah kerumah sakit, ia meninggal tanpa sebab yang jelas.

Semua murid sibuk membicarakan hal ini, terus menerus hingga sampai ditelingaku. Itu sebabnya, aku bisa tahu.

Mengenai kejadian semalam, ternyata pria itu mengenalkan dirinya sebagai Ben. Ia juga mengaku pernah bicara dengan Milos, tapi.. bukan itu yang menarik perhatianku.

Ben bilang sesuatu, tentang Milos yang mengalami masalah dengan seseorang. Aku lupa, Ben sudah sebut namanya. Hanya saja, aku terlalu mengatuk saat itu. Jadi, apa yang ia katakan tidak begitu aku dengarkan.

Ia terus berbicara, mengajakku untuk bermain atau sekedar mendengarkannya bercerita. Aku juga tidak ingat, apa yang ia ceritakan. Sampai akhirnya, aku tertidur dan ketika aku bangun dipagi harinya, aku tidak menemukan ia dimana-mana.

Tanpa mikir panjang, aku ke sekolah. Meski luka aku sudah diperban, aku sedikit kesulitan untuk menulis. Mau minta tolong, tapi aku tidak punya teman disini. Hanya Milos temanku, selain dia tidak ada lagi.

"Haa..," sepanjang hari disekolah, aku terus mengeluh sambil sesekali menghembuskan napas lelah. Aku benar-benar kesepian sekarang, dimana Milos? Tanpa sadar, aku merindukannya..

•❂✲❂•

"(Y/N)!! Kau kemana saja, huh?"

"A-apa yang—"

"Kau seharusnya datang lebih awal, teman-teman aku baru saja pulang tadi. Kau tertinggal banyak hal seru tahu!!"

"Tunggu, anda kok bisa disini?" Tanyaku sambil tersenyum pastinya. Aku tidak mau bikin kesalahan lagi dengan menyakiti perasaannya.

"Hmm.. beberapa dari teman-teman aku penasaran dengan kau! Mereka mau memastikan kalau aku tidak berbohong, tapi kami sudah menunggu lama sekali dan kau tidak pulang-pulang!!"

Aku merinding, kenapa tidak? Ben bilang 'teman-teman' yang artinya, ada banyak makhluk seperti Ben didunia ini. Aku tidak mempercayainya sedikitpun, walau aku tahu ia sudah menyelamatkanku malam itu.

"Mereka sudah pulang?" Tanyaku.

"Sudah, tadi dijalan kau tidak lihat mereka?"

"Tidak, aku tidak lihat. Apa aku harus takut pada mereka?" Aku ragu dengan Ben, tapi setidaknya aku tahu ia tidak akan melukaiku kalau aku tidak membuatnya marah, kurasa. Aku juga tidak tahu pasti..

"Iya dan tidak, tergantung kau menilai seseorang dari pandangan pertama. Aku bisa jamin, kau akan menjerit bahkan pingsan kalau bertemu langsung dengan mereka!!" Katanya sebelum tertawa, ia selalu menertawakan lawan bicaranya. Membuat lelucon yang bisa melukai perasaan orang lain lalu menikmati setiap detik tawanya yang terlepas.

◦ ۪۪̥፧𝗕𝗹𝗮𝗰𝗸𝗺𝗮𝗶𝗹₍ꦼ🐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang