*+:。.。 HAPPY READING。.。:+*
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
Suara tangisan nyaring khas anak kecil terdengar bersama dengan ketukan irama hak merah yang menapak di tanah. Kaki kecil tanpa alas milik bocah 5 tahun bernama Lionel terseok-seok akibat tak mampu mengimbangi langkah panjang sang ibu yang menyeret kuat tangan kanannya."Mamaa engga~ Lio engga mau pelgi," rengek Lio berusaha melepas cekalan tangan Rania, sang Mama.
Setelah sampai di halaman rumah, sosok wanita yang di sebut Mama itu menyentak kasar tangan Lio hingga tubuh si kecil sedikit terhentak di atas tanah. Wajah yang di tutupi riasan tebal itu nampak memerah menahan kesal akibat tangis dan rengekan Lio. Ia berkacak pinggang sembari menyorot tajam.
"Jangan panggil saya Mama lagi, saya bukan Mama kamu bocah sialan!!"
Lio mendongak dengan wajah sembab. Kepala kecilnya menggeleng menyangkal ucapan Rania.
"Engga~ Mama, mama na Lio . Lio janji hali ini akan lajin kelja. Mama jangan buang Lio hiks." Wajah Lio becek oleh air mata yang mengalir dengan derasnya. Tangan kecilnya berusaha meraih ujung gaun yang Rania kenakan yang mana tangan Lio langsung di tendang keras oleh wanita itu.
"Tutup mulut koto mu! Jangan mempermalukan ku anjing sialan!!" Rania mendesis tertahan. Ia berjongkok, mencengkram kuat pinggang Lio hingga melukai kulit si kecil.
"Jangan buang Lio, pwiss~" Lio menatap penuh permohonan yang di balas tatapan tajam.
Ekor mata Rania mengintip lelaki yang berdiri tegap sekitar sepuluh meter dari tempatnya. Laki-laki dengan setelan jas hitam dan kemeja putih serta dasi yang rapi sedari awal ia keluar rumah terus mengamati.
Rania kembali menatap remeh Lio yang masih menangis segukan. Tangan Rania masih mencengkram kuat agar Lio tak kabur dari cekalannya.
"Dengar bocah, mulai sekarang kau tinggal dengan dia, Papa mu. Dan anggap aku tak pernah bersama mu, paham?!" Jari telunjuk Rania mengarah lurus laki-laki dewasa itu.
Lio tak menghiraukan ucapan Rania. Ia sibuk menangis seraya memohon agar tak membawa jauh dari sang mama. Tentu saja hal itu membuat Rania kesal dan marah. Hingga tanpa sadar tangan lentiknya terangkat menampar keras pipi tirus si kecil.
PLAK
Suara nyaring dari pertemuan kulit telapak tangan dan pipi membuat suasana mendadak hening seketika. Suara tangis Lio juga turut redam seketika. Pria di seberang sana membelalakkan mata, terkejut dengan apa yang baru dilihatnya.
Rania pun sama, ia terkejut. Bukan, bukan karena rasa bersalah telah melukai sang putra, tapi ia sadar dengan raut keterkejutan Ales, laki-laki yang kini menjabat sebagai mantan suami.
"Sial! Apa yang baru ku lakukan di depan Ales. Bisa-bisa dia membatalkan pembayarannya. Bodoh! dasar bocah bangsat!" Rania mengumpati Lio sembari terus merutuki diri.
"Mama~ maafin Lio. Mama sama Lio baleng telus aja ya?" Lio kembali mencicit dengan suara serak. Seolah tamparan tadi tak ada arti. Tentu saja, Lio sudah biasa.
Si kecil bangkit bangkit sedikit kesusahan. Mendongak menatap wajah Rania yang setia dengan tatapan tajamnya. Tanpa kata ia berlari menjauh membuat pekikan keras dari sang mama terdengar. Mengira Lio akan kabur darinya.
Namun, anak itu justru kembali dengan ranting berduri di genggaman tangan kecilnya. Dengan lugu, Lio menodongkan pada Rania.
"Mama pukul Lio aja sepelti biasa. Lio nakal banet hali ini, mama halus pukul Lio bial Lio nda nakal. Lio janji, nda akan mam nasi dan galam punya mama. Lio mam di bekas mama aja atau Lio mam dali tempat sampah juga nda papa. Tapi Lio tetep baleng Mama oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA TSUNDERE
RandomLio bukan anak luar nikah yang kebanyakan orang menganggap rendah. Lio juga bukan anak nakal yang membuat kesal banyak orang. Lio hanya anak lugu berusia 5 tahun yang mengharapkan kasih sayang. Sang Mama yang dulu menampung Lio selalu memberi kekera...