⋆ ˚29˚ ⋆

13.7K 1.5K 121
                                    

*+:。.。HAPPY READING。.。:+*
























Arlo itu licik. Lio yang pintar tau itu. Sengaja sekali memberi cubitan-cubitan mau di tempat yang tidak  bisa orang liat. Lio mau mengadu juga terus teringat omongan Arlo. Kalau Lio ngadu nanti dia akan jadi cowo lembek dan cupu. Cewe cantik tidak suka cowo tukang ngadu. Terlalu kekanakan. Pikir Lio seperti itu.

Jadi, satu-satunya cara dan jalan keluar adalah dia ikut bergabung geng dengan Homa. Jika dia masuk geng Lio akan menjadi keren dan sangar. Orang melihat Lio akan takut dan segan. Juga para anggota geng akan saling melindungi jika salah satu anggotanya terluka kan.

Lio sudah terlalu banyak mendapat cubitan maut dan ejekan dari Arlo. Maka, sudah saatnya Lio bergabung dengan geng Homa yang keren itu.

Tapi, sekarang biarkan Lio menghadapi dua manusia tua yang terus memojokkan nya dulu.

"Dede bilang Dede engga bolossss!!!" Suara cempreng yang memekakkan telinga itu membuat jendela mobil sampai bergetar. Kairo yang mengendarai juga reflek menginjak pedal rem mendadak.

Kairo menoleh ke belakang. Menatap sepasang ayah anak yang saling melempar tatapan tajam. Yang lebih muda nampak berkaca-kaca.

"Papa nanya pelan-pelan loh!" Ales membalas cukup tegar tapi tidak menyentak. Cukup terkejut dengan Lio yang membentaknya.

"Papa tuduh Dede telus. Engga suka tau." Kedua tangan pendek itu bersedekap dada membuang muka. Enggan menatap wajah sang Papa.

"Siapa yang nuduh? Papa kan cuma nanya. Bukan sekali dua kali Dede telat masuk jam pelajaran abis istirahat. Papa tau loh." Ales memegang kedua bahu si kecil tapi Lio langsung menghindar. Tanda menolak.

Ales menghela napas. Memijat pangkal hidungnya. Berusaha tenang dan sabar. Ales pikir ini efek psikis karena perlakuan buruknya dulu pada Lio semasa kecil. Anak itu jadi membuat pribadi yang seperti ini.

"Ada ulusan. Ini ulusan anak muda bukan olang tua." Lio memberi alasan tanpa menoleh pada Ales.

"Papa masih muda," elak Ales.

"Tua. Udah ada uban." Lio tidak mau kalah.

"Daddy juga ada uban."

"Papa udah encok. Ga kuat angkat Dede."

"Terserah," pasrah Ales.

"Kasih tau alasan ke Papa kenapa hilang di jam pelajaran," lanjutnya.

Lio menutup mulut. Dia menoleh ke depan. Tempat Homa duduk.

"Dede mau masuk geng motolnya Homa!"

***

Makan malam sudah selesai. Lio menoleh ke kanan kiri. Mencari sosok Ales yang tidak menampakkan batang hidungnya sedari tadi. Kalau Kairo sudah kembali ke kantor sejak tadi siang dan belum pulang. Sedangkan Ales, pria itu tetap di rumah sampai sekarang. Tapi kenapa tidak ikut makan malam bersama?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY PAPA TSUNDERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang