*+:。.。HAPPY READING。.。:+*
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○Lio meremat kedua sisi celananya. Bibirnya sudah mencebik menahan tangis. Padahal baru beberapa saat lalu hatinya dibuat salah tinggal setelah diberi kecupan hangat oleh Ales. Namun sekarang rasanya semua lenyap tak tersisa. Hanya ada perasaan takut dan gugup melihat tatapan senior-senior kelas satu. Di ujung kanan paling belakang ada Homa yang memandang Lio dengan wajah tengilnya.
"Ayo, Adek, kenalan sama temen-temen baru." Guru cantik di samping Lio berujar begitu lembut sambil mengusap punggung sempit Lio.
Ia menoleh sesaat ke Guru cantik itu.
"Hallo semuanya, kenalin nama Lio adalah Lio."
HAHH??
Seruan beberapa murid terdengar lantaran Lio yang berucap begitu lirih seperti gumaman. Terlebih wajah si kecil terus menundukkan. Pasalnya air mata Lio sudah terjun beban dengan isak tangis yang ditahan.
"Hiks Lio ga mau sekolah. Lio mau pulang aja Bu Gulu, Lio ga mau di sini Hu huuu. Hiks ga mau ... HUWEEE PAPA!!!"
Tubuh kecil itu hampir sama lari keluar kelas jika wali kelas cantik pemilik Laura itu tak menahannya. Lio terus memberontak di kukungan Bu Laura.
Para murid kelas satu sekolah dasar itu langsung memecahkan tawa. Menertawakan bocah yang kira-kira dua tahun lebih muda dari mereka. Tentu saja, hal itu justru membuat Lio semakin mengencangkan tangisnya. Homa yang menonton dari tadi langsung bangkit dari duduknya.
"Jangan ada yang ketawa!!" Homa berteriak sambil menghampiri Lio yang masih tersedu. Suara tawa yang sebelumnya begitu keras di menggema mendadak senyap. Tengil-tengil seperti itu, Homa cukup ditakuti di kelas. Apalagi tubuh Homa yang agak lebih besar dari murid lain.
"Hiks Homa ayo pulang aja, Lio ga mau~~" Yang lebih muda langsung memeluk erat Homa. Tangan kecilnya menarik-narik lengan meminta pulang.
"Adek kamu, Homa?" tanya Bu Laura.
"Bukan, anak Bebek jadi-jadian. Baru kemarin nemu di jalan." Homa menarik Lio ke tempat duduknya. Untung Lio tak begitu memberontak. Hanya masih menangis pelan.
Bu Laura mengamati dua muridnya yang ia kira bersaudara. Merasa sudah sedikit tenang, Laura akhir nya memulai keliatan belajar mengajar. Tak merasa terganggu dengan kegiatan Homa dan Lio yang sibuk sendiri. Laura masih mewajarkan, lagi pula ia tau sebabnya.
***
"Udah nangisnya?" Homa menatap kesal Lio yang kini sibuk memakan bekal titipan Ales. Sebelah tangannya memegang botol bebek berisi susu yang baru saja Homa bantu isi di kantin. Untung saja Ibu kantin mau membantu.
"Lio engga nangis, Lio cuma engga mut sekolah." Tangan kecilnya menyodorkan sendok berisi lauk pauk. Lio berniat nyuapin Homa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA TSUNDERE
RandomLio bukan anak luar nikah yang kebanyakan orang menganggap rendah. Lio juga bukan anak nakal yang membuat kesal banyak orang. Lio hanya anak lugu berusia 5 tahun yang mengharapkan kasih sayang. Sang Mama yang dulu menampung Lio selalu memberi kekera...