*+:。.。HAPPY READING。.。:+*
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○Kedua tangan kekar Ales, ia lipat di depan dada. Menatap lekat bocah kecil yang asik memandang kagum harum manis berbentuk bebek kuning. Ales sudah memberi tahu bahwa harum manis dapat dimakan. Tapi, si kecil sepertinya tak tega untuk menghancurkan bentuk makanan lucu itu. Nampak dari tangan pendek Lio yang begitu hati-hati memeluk harum manis itu.
"Setidaknya coba sedikit, setelah itu terserah ingin di makan atau terus kau kagumi."
Ales perlahan mengambil harum manis itu. Raut tak rela tercetak jelas di wajah bulat Lio, terlebih bibir yang sedikit mencebik pun dengan mata yang mulai berkaca. Ales berusaha acuh. Ia membuka bungkusan plastik harum manis yang mulai mengempis. Mencomot ujung harum manis, Ales menyodorkan pada si kecil.
Lio mengerutkan alis bingung.
"Buka mulut mu," titah Ales singkat. Wajah nya masih datar dengan posisi jongkok di hadapan Lio yang duduk di bibir ranjang.
Perlahan mulut kecil Lio terbuka. Indera perasanya mulai menangkap rasa manis yang begitu Lio suka dan belum pernah ia coba. Wajah Lio berucah cerah dengan tangan kecilnya yang bertepuk ria.
"Enak! Halum manis na enak, Lio suka Papa!" Lio memekik senang.
Ales hanya menganggukkan kepala. Tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia lega harum manis yang tak sengaja ia beli di depan rumah saat meninggalkan Lio setiba di sini dapat membuat anak itu begitu senang. Ada hangat yang menjalar di dada saat senyum lugu si kecil nampak begitu ketara.
"Makan sendiri, kita harus pergi." Ales menyodorkan harus menis yang diterima baik oleh si kecil. Kemudian Ales mengangkat tubuh Lio ke gendongannya dengan sebelah tangan.
"Mau pelgi ke mana?" Sembari memasukan potongan harum manis, Lio mendongak menatap wajah tegas Ales.
"Membeli keperluan untuk mu." Ales membenarkan kemeja besar Lio yang melorot hingga mempertontonkan bahu kurusnya.
"Untuk Lio?"
Ales mengangguk. Tungkai panjangnya terus ia bawa hingga lantai dasar.
"Papa mau beliin Lio halum manis lagi?" Mata bulat Lio menatap Ales penuh binar.
"Tidak," balas Ales cuek membuat bibir mungil Lio sedikit mengerucut.
"Halum manisnya enak, Lio suka. Nanti kalau Papa beliin lagi, Lio janji bakal kelja bial ga lepotin Papa." Tangan mungilnya memegang kedua sisi rahang Ales agar menatapnya.
"Untuk apa kerja?" Kening Ales mengerut.
"Papa udah kasih Lio makanan enak. Lio halus balas budi bial Lio tahu dili."
Langkah Ales tanpa sadar memelan begitu mendengar ucapan si kecil. Ia menunduk, menatap mata bulat yang memancarkan sorot lugu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA TSUNDERE
RandomLio bukan anak luar nikah yang kebanyakan orang menganggap rendah. Lio juga bukan anak nakal yang membuat kesal banyak orang. Lio hanya anak lugu berusia 5 tahun yang mengharapkan kasih sayang. Sang Mama yang dulu menampung Lio selalu memberi kekera...