*+:。.。HAPPY READING。.。:+*
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○Tiga hari setelah kejadian mengerikan bagi Lia berlalu dan ia terserang demam semalaman, akhirnya Lio menginjakkan kaki di luar kediaman Ales. Tak biasanya, sang papa mengajak Lio keluar dengan setelan rapi dan wangi. Ales juga memandikan Lio dan mendandaninya.
Lio mendongak dengan senyum cerah menatap wajah tegas Ales. "Lio mau pelgi main sama Papa?"
Tangan kecil Lio menarik ujung kaos yang Ales kenakan, menarik atensi si pria dewasa yang kini menunduk membalas tatapan Lio.
"Ikut aja, nanti juga tau."
Lio mengangguk patuh. Mengikuti langkah lebar Ales memasuki mobil. Hening suasana di dalam, tak ada yang membuka suara. Di benak Lio masih berprasangka Ales akan mengajaknya bermain.
Hingga mobil putih yang dikendarai Ales berhenti diparkiran bangunan tiga tingkat. Banyak anak-anak seusia Lio yang berlari saling kejar-kejaran di lapangan yang luas. Mata bulat Lio memancarkan kesenangan. Tubuh kecilnya mulai bergerak heboh.
"Papa! Papa! Ayokk tulun, asikk, banyak olang, Lio mau main sama meleka!" pekik Lio kegirangan.
Ales menghela napas. Agak ragu untuk membawa Lio kesini. Ia memantapkan diri, kemudian turun dari mobil.
Tatapan anak-anak berseragam khas sekolah dasar langsung mengarah pada Ales dan Lio. Membuat si kecil yang sebelumnya bergerak heboh, langsung diam dan menyembunyikan tubuh dibelakang Ales.
"Ko Lio diliatin?" cicit si kecil.
Ales diam. Ia mengangkat tubuh Lio ke gendongannya sembari merapikan pakaian yang Lio kenakan. Tangan kekarnya merapikan rambut Lio yang mulai panjang. Niat Ales sepulang dari sini akan ia bawa potong rambut Lio.
"Suka sekolahnya?" tanya Ales. Kaki jenjangnya melangkah lebar menuju ruang kepala sekolah. Ia akan mendaftarkan Lio hari ini.
Lio mengalungkan tangan di leher Ales. Sejenak menunduk sebelum membalas. "Eeum, Lio suka sekolanyaa bagus banget, tapi Lio malu, Papa."
"Kenapa malu?"
"Lio tadi diliatin, maluu telus takutt. Tapi Lio sukaa." Lio menenggelamkan wajah di dada bilang Ales, mengusak wajah. Rasanya campur aduk saat tiba-tiba ia akan di sekolahkan oleh Ales. Harapan yang Lio kira hanya angan belaka kini terkabul juga.
Ales diam sejenak. Tangan kekarnya dengan ragu terangkat mengusap surai Lio. Walau agak kaku, kedua sudut bibir Ales juga terangkat tipis. Disaat seperti ini, Ales kembali bimbang dengan fakta bahwa bocah di gendongan ini bukanlah anak kandungnya.
Tak terasa, sepasang ayah anak itu sudah sampai di ruang kepala sekolah. Ales dan Lio disambut hangat. Obrolon dimulai dengan perkenalan kemudian dilanjut membahas administrasi dan lain-lain.
"Lio sudah bisa sekolah mulai senin besok ya... Pasti Lio bakal jadi anak pintar di sekolah!" Si KepSek menyapa hangat Lio yang nampak malu-malu. Tubuh si kecil merapat pada sang Papa yang dibahas senyum canggung Ales.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA TSUNDERE
RandomLio bukan anak luar nikah yang kebanyakan orang menganggap rendah. Lio juga bukan anak nakal yang membuat kesal banyak orang. Lio hanya anak lugu berusia 5 tahun yang mengharapkan kasih sayang. Sang Mama yang dulu menampung Lio selalu memberi kekera...