⋆ ˚11˚ ⋆

19.1K 1.8K 78
                                    

*+:。.。HAPPY READING。.。:+*
























Suasana apart terasa dingin begitu Ales menginjakkan kaki. Tatapan tajam Naila dan Rosa menjadi pembuka, sedangkan Kairo dengan santai menyambutnya. Tak lupa senyum lebar yang jarang pria itu perlihatkan.

"Sepertinya ngga perlu basa-basi lagi." Begitu Kairo berujar, map berisi kertas-kertas yang sudah pria itu siapkan di lempar tepat dihadapan Naila dan Rosa.

Buku-buku Naila mengambil. Dengan sigap membaca. Wajahnya berubah begitu terkejut dengan gurat wajah yang kentara menahan amarah.

"MAKSUD KAMU APA, KAMU MAU CERAI DAN NELANTARIN ANAK KITA??!!" Naila langsung melempar dan merobek kertasnya. Tak jauh beda dengan Rosa, wanita tua itu lebih terfokus pada Ales yang justru diam mengamati. Namun, Rosa tau ada hal mengejutkan lain yang akan ia Terima tak hanya dari Kairo saja.

"Kyota, Rio, dan termasuk homa sudah setuju. Hak asuh mereka juga jatuh di saya. Kamu ngga perlu khawatir, saya akan tetap memberi kamu nafkah seperti bias—"

"OMONG KOSONG!! Homa?! Ga mungkin Homa setuju dengan perceraian ini, dia yang dari dulu selalu ingin kita akur kenapa—" Belum sempat Naila meneruskan ucapannya, Kairo dengan cepat menyela.

"Kenapa ga mungkin? 3 anak yang kamu telantarin harusnya mudah aja untuk membuat keputusan ini. Semua sudah saya urus, tinggal tanda tangan kamu aja. Urusan ini akan saya lanjut besok, ada hal yang harus kalian ber-2 selesai kan dengan Ales."

Kairo mundur memberi ruang untuk Ales. Wajah Naila dan Rosa semakin pucat begitu melihat raut wajah Ales yang tak seperti biasa.

"Saya ga tau motif kalian tiba-tiba datang setelah sekian lama menelantarkan adik dan putra kalian. Tapi untuk itu saya sudah ngga peduli..."

"... Masalah di sini, karena kalian sudah melewati batas sebagai tamu dikediaman Saya." Ales menjeda sesaat ucapinnya.

"Menyiksa anak di bawah umur tanpa motif ... termasuk tindak kekerasan bukan? Terlebih anak yang kalian siksa adalah putra dari tuan rumah yang kalian tinggali."

Jantung Naila dan Rosa berpacu tak karuan. Tak ada yang mengira bahwa Ales akan membahas tentang kejadian beberapa hari lalu. Mereka kira, Ales tak akan mempermasalahkan perlakuan mereka, melihat sikap Ales yang tak begitu acuh pada bocah itu.

"Putra? Bukan kah anak itu bukan putra kandung mu? Tidak biasanya seorang Ales membela orang heh. Kau berubah Ales." Walau takut, tapi Rosa tetap mempertahankan sikapnya. Ia tetap memancing Ales.

Rosa melirik putri sulungnya sejenak sebelum berucap.

"Dimana putraku yang acuh?  Bukankah jika anak itu mati ditangan kami pun kau seharusnya tidak peduli, bocah najis itu bahkan tak mengelas saat kami panggil anak haram dan menjijikan. kkkk." Rosa terkekeh remeh di sela rasa takutnya.

Ales yang mendengar entah kenapa dadanya bergemuruh tak terima. Kedua tangannya terkepal erat. Urat dileher menonjol jelas. Hampir saja Ia melayang kan tinju pada sosok ibu dan kakak perempuannya jika saja Kairo tak menahan. Hingga akhirnya meja kaca di samping menjadi pelampiasan.

MY PAPA TSUNDERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang