*+:。.。HAPPY READING。.。:+*
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○Helaan napas Ales terus terdengar di ruang bermain Lio. Beberapa hari lalu memang Lio sudah mempunyai ruang main sendiri. Tapi itu bukan masalah utama lelahnya Ales pagi ini.
Putra kecil Ales dari tadi terus membuang muka, enggan menatap dan menanggapi Papa nya. Ales sebetulnya tak begitu peduli. Biarkan saja nanti juga luluh sendiri. Di sini Lio yang bergantung pada Ales bukan sebaliknya. Jadi, tak ada untung si Ales dan Lio juga.
Namun, tubuh yang mulai berisi itu enggan memakai sehelai apapun. Hanya pampers yang bahkan hanya menutupi bagian bawah nya. Bibir mungilnya mengoceh sendiri berlagak seperti penjual yang menerima pembeli. Tangan kiri memegang centong dan sebelahnya lagi sibuk memasukkan bahan-bahan makanan.
"Dede mau beli pasta? Tapi halus pakai sayul ya dede," oceh Lio sendiri.
"Adek, pakai bajunya dulu. Nanti sakit." Kedua tangan Ales sudah siap dengan pakaian one set Lio. Beberapa keperluan sepertinya minyak dan bedak juga sudah tertata rapi di sampingnya.
"Lio ngga dengel Papa ngomong apa." Lio beralih membelakangi Ales sambil bersedekap dada.
"Kok gitu? Ngga sopan loh kaya gitu ke Papa." Ales menegur membuat Lio semakin mencebikkan bibirnya.
"Bialin. Lio kan lagi malah ke Papa." Dua telapak tangan Lio menempel ditelinga seraya geleng-geleng kepala. "Pokona Lio ngga mau dengel Papa bilang apa."
Lagi-lagi Ales menghela napas. "Marah kenapa sih, orang Papa diem-diem aja kok dari tadi."
Ales menyelipkan kedua tangan di ketiak Lio. Hawa dingin dari kulit Lio terasa. Sudah pasti karena bocah itu tak mengenakan pakaiannya.
"Ish, Papa ga mau! Lio malah! Lio sebel! Lio lelah menelima lealita yang ada!"
Ales tak menghiraukan Lio yang terus memberontak di pangkuannya. Enggan di pakaian baju. Beberapa area kulit sudah memerah akibat tekanan tangan Ales. Tapi daripada Lio masuk angin berujung sakit lagi lebih baik seperti ini.
"Papa salah apa emang sampai bikin kamu marah, hm?" tanya Ales disela berperang dengan Lio.
Si kecil membuang muka sejenak sebelum berucap. "Papa kabul dali Lio. Telus kabulnya ngga bilang ke Lio malah ke Homa. Papa pilih kasih!"
Bibir Lio bergetar menahan tangis. Enggan menatap wajah tegas Ales. Sebenarnya saat kemarin terbangun sendiri tanpa Ales di sampingnya Lio sangat gelisah. Takut Ales membuangnya. Takut Ales pergi meninggalkan Lio sendiri lagi. Lio terlanjur nyaman walau kadang perlakuan Ales tak mengenakkan. Tapi Lio enggan jika tak bersama Ales.
Sedangkan Ales, ia menghentikan kegiatannya. Wajahnya lempeng sembari sibuk mengusap kulit Lio yang memerah dengan minyak bayi.
"Papa ada kerjaan mendadak sama Daddy Kairo, ngapain kabur orang ini rumah Papa ko." Seperti biasa, Ales menjawab dengan kenyataan yang ada.
"Papa ga boleh pelgi kalau ngga bilang ke Lio. Nanti papa buang Lio." Bocah dipangkuan Ales memeluk sambil mengusap ingus dan air mata di kaos hitam yang Ales kenakan. Ingin protes tapi baru berhenti nangis.
"Ngapain buang kamu nanti masuk penjara. Sekarang duduk diem, pakai bajunya habis itu minum obat."
Lio menurut membiarkan Ales mengurusnya dengan telaten. Wajah yang masih sembab itu tersenyum cerah tiba-tiba. Ales melirik sembari menaikkan sebelah alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA TSUNDERE
RandomLio bukan anak luar nikah yang kebanyakan orang menganggap rendah. Lio juga bukan anak nakal yang membuat kesal banyak orang. Lio hanya anak lugu berusia 5 tahun yang mengharapkan kasih sayang. Sang Mama yang dulu menampung Lio selalu memberi kekera...