⋆ ˚6˚ ⋆

24.1K 1.9K 111
                                    

*+:。.。HAPPY READING。.。:+*
























M

atahari mulai menampakkan diri. Menyinari kamar mewah milik Ales. Bukan hanya ada si empu tapi ada sosok kecil yang sedari tadi diam membiarkan Ales mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

"Papa bawa Lio dali kamal Kak Kyo?" Lio membuka perbicaraan setelah sedari tadi hanya diam.

"Hm."

Bibir mungil nan tipis Lio membuat garis membentuk lengkungan senyum tipis.

"Lio suka tidul sama Papa. Hangat. Lio su~ka~ sekaliii~" Kedua pipi si anak baik bersemu senang dengan tubuh kecil yang bergoyang pelan.

"Ko bisa tidur sama Kyota?" Ales bertanya tanpa nada. Sebelah alisnya terangkat menunggu jawaban.

"Ungg... semalam Lio haus telus ke dapul, eh ketemu Kak Kyo yang baik dan bikinin Lio susu. Lasanya maniss, Lio suka sekalii maniss."

Nada khas anak kecil yang girang diiringi pekikan tertahan membuat siapa saja pasti yang mendengar menahan gemas pada si kecil Lio. Terlebih wajah manis yang mendongak dengan mata terpejam senang. Kembali mengingat rasa manis susu buatan Kyota.

"Lasa susu Kak Kyo dan susu dali mamah beda ya, Papa. Dali Mamah lasa na asemm bangettt. Kadang bikin sakit pelut. Tapi Lio tetap suka siihh hehehe."

Anak itu masih berceloteh yang makin lama pembahasan mulai jauh dari topik awal. Ales tak menanggapi kembali. Malas dan enggan.

"Jangan merepotkan."  Dua kata yang Ales keluarkan mampu menghentikan celotehan si kecil.

Lio memiringkan kepala. Tak paham maksud Ales.

"Eung? Maksud Papa?"

Ales tak membalas. Ia kembali melanjutkan kegiatannya. Lio pun tak kembali berbicara. Walau tak paham maksud kalimat terakhir yang Ales katakan, tapi Lio cukup peka. Sepertinya sang Papa merasa risih dengan celotehannya.

Ugh Lio jadi gugup seketika. Takut Ales tak suka dengan suara nya seperti dulu Mama. Apa Lio terlalu banyak bicara?

Lio, si bocah kecil baik hati itu memperhatikan wajah tegas Ales. Rahang tegas tak seperti kebanyakan orang Asia membuat Lio tanpa sadar mengagumi pahatan Tuhan yang begitu sempurna. Walau ekspresi Ales selalu datar jika Lio pikir kembali selama ini. Hingga tanpa sadar, gumpalan tangan mungilnya terangkat hendak menyentuh wajah rupawan Ales, yang mana justru langsung mendapat tolakan keras.

"Jangan sembarangan menyentuh Papa, Lio. Ga semua orang suka kamu sentuh seenaknya."

Ales menegur tanpa menatap si kecil. Sibuk memakaikan minyak bayi dan beberapa keperluan Lio. Ia sudah mempelajari perlahan cara mengurus anak. Lumayan merepotkan, Ales mengaku agak menyesal berinisiatif memandikan Lio.

"Maaf... Lio nda sengaja. Papa kelen soal na." Lio mencicit sembari menunduk dalam. Sedikit mengintip wajah Ales yang kian mendatar. Tak ada ekspresi apapun yang dapat Lio baca dan pahami.

MY PAPA TSUNDERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang