*+:。.。HAPPY READING。.。:+*
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○"Lio mau pinjem bole?"
Homa, laki-laki berusia 7 tahun itu menatap sengit Lio. Menyentak kasar tangan mungil kurus Lio yang memegang mobil remotnya.
"GAK!! Mobil ini punya Homa, khusus dari Papa Ales! Kamu kan cuma anak pungut dari tempat sampah, nanti kalau di pegang kamu, mainan aku ikut kotor dan bau. Huwek."
Wajah songong dan tengil khas anak kecil tercetak jelas. Menatap Lio jijik dan berlagak seolah ingin muntah. Jarinya mengapit hidung seolah ada bau busuk yang menguar dari tubuh Lio.
"Lio bukan anak pungut. Lio itu anak aslinya Papa Ales juga. Cuma emang Papa belum mau Lio jadi anaknya Papa."
Walau agak sakit hati dengan ucapan Homa, Lio tetap berusaha meluruskan untuk membela diri. Arah matanya tak lepas dari mobil remot yang kini sudah dipeluk erat Homa.
"Bodo amat. Ga peduli! Yang jelas Papa Ales benci sama kamu. Makanya dia ga mau ngasih apa-apa ke anak beban kaya kamu. Papa Ales cuma sayang Homa seorang!! Wlee."
Tangan kecil Lio meremat kedua sisi celana pendek nya. Dadanya mulai berdenyut tak nyaman lagi. Lio tak suka. Ia tak tahu bagaimana cara mengobati sakit yang tak jelas dimana letaknya dan kenapa.
"Lio mau pinjem itu." Akhirnya Lio kembali berusaha untuk meminjam mainan Homa.
"Enggakk!!" Suara Homa mulai meninggi membuat Lio mencebikkan bibirnya.
Setenang dan sesabar apapun Lio, ia tetap anak 5 tahun yang masih haus dengan mainan. Rasa iri dan ingin tahu sering kali hinggap saat melihat anak seusianya mempunyai hal yang tak ia punya.
Sebelumnya Lio memang jarang merasa lantaran saat bersama Mama ia jarang keluar dan berinteraksi dengan orang-orang. Saat beberapa hari lalu tinggal bersama Ales pun sama. Namun, kini ada Homa yang tanpa sadar mulai membangunkan sisi anak kecil Lio yang tak pernah anak itu perlihatkan.
Lio benar-benar ingin tahu dengan mobil kecil milik Homa. Terlihat sangat keren saat anak itu memainkannya. Lio ingin, walau hanya memegang. Terlebih, hadiah itu Lio ketahui dari Ales. Pasti hadiah dari Papanya keren sekali.
"Sebental aja Homa, Piss. Lio pengin liat-liat aja deh bole ya, Piss Homa Piss..." Lio mencebikkan bibir dengan wajah semelas mungkin.
"AKU BILANG ENGGA YA ENGGA!! DENGER NGGA SIH ANAK SIALAN!!"
DUGHH
Kepalang kesal, tubuh gempal Homa menerjang tubuh kurus Lio. Tak sampai situ, mobil pemberian Ales pun anak itu gunakan untuk memukul wajah si anak baik. Walau hanya sekali pukulan, tapi mambu membuat luka lecet dan goresan di wajah Lio.
"Dasar miskin! Ga usah deket-deket, aku ga mau ketularan sial dan bau dari kamu. Awas aja berani deket-deket!!"
Entah dari mana bocah 7 tahun yang baru memasuki Sekolah Dasar itu mendapat kata-kata kasar dan tak pantas. Yang pasti, Lio sakit hati dengan ucapan Homa. Walau si anak baik tak begitu paham dengan apa yang diri sendiri rasa. Lio pun sekarang tak tahu harus menangis atau tidak. Nyatanya, di hati kecil Lio membenarkan ucapan Homa tentang dirinya.
"Maafin Lio selakah, Lio pengin hadiah dali Papa juga...." Lio mencicit pelan. Ia masih dengan posisi yang telentang di tindih tubuh Homa dan tatapan tajamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA TSUNDERE
RandomLio bukan anak luar nikah yang kebanyakan orang menganggap rendah. Lio juga bukan anak nakal yang membuat kesal banyak orang. Lio hanya anak lugu berusia 5 tahun yang mengharapkan kasih sayang. Sang Mama yang dulu menampung Lio selalu memberi kekera...