⋆ ˚13˚ ⋆

20.7K 1.7K 37
                                    

*+:。.。HAPPY READING。.。:+*


























"Heh bocil, kamu apain lagi adeknya Emil?"

Baru saja dua pasang ayah anak itu menginjakkan kaki di ruang keluarga kediaman Ales, suara Rio susah menyambut hangat adik bungsunya. Ales yang menggendong Lio dan Kairo yang menggandeng Homa berjalan mendekati Rio serta Emil.

DUGH!

Begitu sampai,  Homa langsung memukul wajah sang kakak kedua. Kesal, baru datang sudah dituduh yang engga-engga.

"Ga usah asal nuduh! Dan stop panggil aku bocil, aku udah gede dan lebih dewasa dari Lio juga!" serunya tak terima.

"Lio engga bocil juga, Lio udah jadi olang dewasa." Yang paling muda menyahut dengan suara serak khas habis menangis.

Emil dan Kyota terkekeh pelan. "Jadi maksudnya ada yang mau di panggil Kakak karena udah punya adek?" sindir Kyota yang langsung mendapat pelototan tajam si bocah 7 tahun.

"Apasih gajelas, aku tu masih anak bungsu, ga mau punya adek. Apalagi adek cengeng kaya dia." Homa menunjuk Lio yang sudah merengek lagi pada Ales.

"Lio engga cengeng, dasal Homa bocil. Jangan nakal sama Lio karena Lio sudah jadi olang dewasa." Bibir Lio maju beberapa senti, kesal dengan Homa. Ia langsung memeluk erat leher Ales dan menenggelamkan wajah di dada bidang pria itu.

"Ga usah ikut-ikutan Kak Rio deh, kamu tu suka banget sih ngikutin omongan orang." Alis Homa menukik sambil menatap tak terima Lio.

Kini Homa dan Ales paham dari mana sikap berani dan kata-kata asing mulai diucap oleh Lio. Pasti anak itu mendengar dari Emil dan yang lain juga para pekerja di sini. Tentu saja Lio tak bisa menyaring dan hanya copy paste omongan mereka.

"Bialin! Homa belisik, Lio kesel, Lio gak telima, Lio males, Lio ga mut, pokona Lio cape hiks!" Si kecil sedikit menaikkan intonasi bicara sebelum kembali memeluk erat Ales. Isak tangis kembali terdengar walau teredam.

Awalnya Homa ingin membalas adu mulut dengan Lio, tapi Kairo menahan. Pria itu mulai paham dengan keadaan Lio.

"Adek ngantuk kayanya," ucap Emil. Ia berjalan mendekat, menawarkan diri membantu menidurkan Lio. Tapi Ales menolak, membiarkan ia saja yang mengurus Lio.

"Gapapa? Paman ga capek habis balik kerja atau ngga mau balik kantor?"

Sebetulnya itu hanya alasan Emil, pasalnya ia ingin bersama sang adik. Memandangi si kecil tidur pun sudah sangat cukup baginya. Selain itu, ia juga ingin menghindari remaja bongsor 16 tahun yang mengintili terus. Rio.

"Ga usah. Paman ke atas," pamit Ales dibalas anggukan.

Begitu Ales berjalan menjauh, seruan dari Kairo dan Rio kembali terdengar. Meledek Homa habis-habisan.

"Cieee yang udah jadi kakak~" Rio menatap tengil adik bungsunya.

"Apasih! Ngga usah gitu deh. Ga asik tau ga?!" Homa hendak memukul tubuh sang kakak, tapi Rio terus saja bisa menghindarinya.

MY PAPA TSUNDERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang