⋆ ˚8˚ ⋆

19.9K 1.9K 107
                                    

*+:。.。HAPPY READING。.。:+*























Waktu terus berjalan hingga tak sadar sudah hampir satu bulan Lio menetap bersama Ales. Papa kandungnya. Lio hidup berkecukupan sekarang. Tak ada nasi basi dan garam yang menjadi lauk favorit Lio dulu. Hanya ada makan dan minum enak serta tempat tinggal nyaman yang Lio dapat tiap harinya. Semua kebutuhan Lio terpenuhi. Secara finansial, iya. Tapi, untuk yang lain sepertinya dalam lubuk hati Lio belum menerima dari sang Papa.

Walau begitu pun, bukan berarti Lio benar-benar hidup tentram. Rosa, Naila, berserta keluar kecilnya masih menetap di kediaman Ales dengan alasan menunggu pembangunan rumah di Indonesia selesai beberapa bulan ke depan.

Kairo, suami Naila sering kali mengajak Naila dan Rosa untuk menetap di apartemen yang sudah ia beli. Kyota si sulung dan Rio si anak tengah pun setuju dengan Kairo, namun Homa menolak keras. Anak yang baru saja memasuki sekolah dasar itu menangis keras tak ingin berpisah dengan Ales. Hal itu pun dijadikan Naila alasan untuk ia, Rosa, dan Homa menetap di kediaman Ales.

Tak jarang pula Lio mendapatkan perlakuan kasar dari Naila dan Rosa. Lio tak berani mengadu, pada Emil sekalipun. Lio tak enak, apalagi melihat kedekatan Emil dengan Rio yang merupakan putra kandung Naika bisa saja merenggang jika Emil tahu.

Seperti saat ini, kedua mata Lio menatap takut dua wanita dewasa di depannya. Bibir yang membiru dengan tubuh basah kuyup tak membuat hati Rosa dan Naila luluh.

"D-dingin, maafin Lio nyo-nyonya...." Suara Lio parau terkesan pasrah. Kepalanya pening terlalu lama diguyur air dingin.

"Berisik banget. Mau saya robek mulutnya hah?!" Naila mencubit kencang lengan kurus Lio hingga membiru.

"Anak saya itu udah hidup enak selama ini, kamu ngapain dateng ngebebanin Ales hah?!" Rosa menggeram kesal sembari mengarahkan shower pada tubuh Lio.

"Lio anaknya Pa-papa, Lio ma-mau Papa, Nene-" Lio berucap menggigil. Giginya bergelatuk kedinginan.

"Sialan!! Berapa kali saya bilang jangan panggil Saya Nenek, anak haram!!" Rosa menendang kuat tubuh kecil Lio hingga kepala anak itu terkantuk keramik kamar mandi cukup keras.

"Li-Lio mau Papa... Dingin... Pala Lio pusingg...."

Tangan kecil Lio meremat kuat rambut hitam legamnya. Menyalurkan rasa pening dan tak nyaman yang mendera. Naila dan Rosa nampak sangat kejam sekarang. Lio ketakutan. Rasanya sama seperti Mama nya dulu menghukum Lio karena nakal.

"Brisik banget sih. Mau dirobek mulutnya!!" Rosa mengancam keras. Matanya melotot tajam membuat Lio menunduk takut.

Bibir mungil yang pucat mencebik bersamaan air mata yang terjun deras. Rasanya Lio ingin menangis keras sekarang. Ucapan Rosa terdengar tak asing. Persis seperti ucapan Mama Lio dulu saat mengancam.

"Takut... Lio takutt, Papa. Tolongin Lio...." Si kecil bergumam penuh getar ketakutan. Perasaan Lio mulai gelisah tak karuan.

"Awas aja berani ngadu macem-macem ke yang lain. Bakal saya buang kamu biar ga bisa ketemu Ales dan Emil sampai mati!!" Naila mencengkram kuat dagu tirus Lio.

MY PAPA TSUNDERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang