Playlist : I Love You - Billie Eilish
▪︎▪︎▪︎
“No, no, Dimas!”
Beverly langsung berlari mengejar Dimas dengan air mata yang terus mengalir. Masa bodoh pada Xavier yang babak belur. Terpenting sekarang adalah Dimas, menjelaskan semua padanya, agar laki-laki itu tidak salah paham.“DIMAS, TUNGGU!” teriak Beverly pada Dimas yang sangat jauh di depannya. Langkah laki-laki itu sangat cepat. Dress dan high heels sialan! Beverly jadi kesulitan mengejar Dimas kan. Beverly melepas high heels-nya kasar dan melanjutkan kegiatannya mengejar Dimas.
“SIAL! HIGH HEELS SIALAN!” umpat Beverly ketika Dimas sudah lebih dulu memasuki lift dan bergerak turun. Beverly melempar high heels-nya ke sembarang arah, meluapkan kekesalannya, tidak peduli harga high heels-nya yang selangit. Lain kali Beverly tidak akan memakai high heels lagi!
***
“Ck!” Jo berdecak ketika lagi-lagi panggilannya tidak tersambung. Sudah berkali-kali dia mencoba menelpon seseorang yang begitu penting untuknya. Namun, selalu tidak di angkat. Jo mengusap wajahnya kasar, apa terjadi sesuatu terhadapnya?
“Kenapa Jo?” tanya Daniel setelah lelah melihat Adiknya mondar-mandir tidak jelas sambil terus mengumpat. Kepalanya begitu pusing memikirkan nasib Xavier dan Beverly, Xavier sedang melamar Beverly sekarang. Daniel tidak ikut menemani sahabatnya karena dia harus menemani Jo, takut adiknya kembali seperti dulu. Daniel benar-benar pusing memikirkan nasib dua sejoli itu. Ditambah melihat Adiknya yang mondar-mandir tidak jelas membuat kepalanya semakin pusing.
“Dia tidak mengangkat panggilanku, dia sudah jalan kemari sejak satu jam yang lalu,” jawab Jo. “Aku sangat khawatir padanya. Apa terjadi sesuatu padanya Kakak?” tanya Jo, wajahnya sangat khawatir. Berbagai macam pikiran buruk memenuhi pikirannya.
Daniel berpikir sejenak, kemudian dia melotot tidak percaya. “SIAL!” umpatnya lalu berlari keluar menuju lift.
***
“Ck, wajahmu sudah tidak tampan lagi,” ejek Daniel yang baru saja memasuki ruangan tempat Xavier melamar Beverly tadi. Daniel tadi melihat Dimas keluar dari ruangan ini dengan wajah penuh amarah. Daniel tidak menduga jika Dimas tahu Beverly sedang bersama Xavier. Lantai tempat dia tinggal dan tempat Xavier melamar itu sangat berbeda jauh. Bagaimana Dimas bisa tahu?
Daniel menatap miris Xavier. Sudah di tolak, dapat hadiah gratis perawatan wajah pula. Sungguh kasian. Semarah itukah Dimas pada Xavier, sampai membuat anak orang hampir berakhir di pemakaman. Dimas pasti sangat mencintai Beverly. Daniel menghela napas pelan, berjalan mendekati Xavier, dan membantunya berdiri.
Xavier meringis, seluruh tubuhnya terasa nyeri karena laki-laki sialan itu. Sial! Kalau Xavier tidak kalah, mungkin wajah tampannya dan tubuhnya tidak perlu babak belur seperti ini. Luka-luka itu terasa begitu menyakitkan. Tapi lebih menyakitkan luka hatinya. Pria sialan itu merebut Beverly darinya!
“That damn man is Vanessa's ex?” tanya Xavier sambil tersenyum miring. Xavier pernah melihat Vanessa bersama pria itu di bandara beberapa hari lalu, dan Vanessa menceritakan siapa dia. Ternyata dia yang menjadi suami kekasihnya. Xavier baru ingat, dia pernah bertemu dengan pria itu ketika di Cambridge, di apartemennya. Sial! Apa dia sengaja datang ke apartemennya karena tahu perjodohan itu dan berusaha merebut Beverly-nya? Gara-gara perjodohan sialan itu, dia kehilangan Beverly.
Daniel diam, dia tidak menjawab pertanyaan Xavier. Perasaannya mendadak tidak enak, Daniel berharap tidak terjadi sesuatu nantinya. Daniel membawa Xavier kembali ke apartemen mereka.
“Oh my god, what happened to you?” teriak Jo setelah melihat Xavier dalam keadaan babak belur. Jo meletakkan ponselnya asal ke atas sofa dan berlari menghampiri Xavier dan Daniel, membantunya untuk duduk di sofa.
“Xavier kenapa kau seperti ini? Apa Beverly yang melakukan ini?” tanya Jo, raut khawatir tercetak jelas dari wajahnya. Dia benar-benar bingung kenapa sahabatnya itu sampai babak belur seperti ini. Tidak mungkin Beverly yang membuatnya seperti itu, tenaga Beverly tak sekuat itu pasti. Jo tahu kalau malam ini Xavier melamar Beverly, tapi dia tidak ikut melihat momen bahagia sahabatnya itu, karena harus pergi makan malam.
“Tidak mungkin Bev−”
“Gara-gara mantan sialanmu!” ketus Xavier sambil meringis, bibirnya sangat sakit ketika berbicara.
Daniel menatapnya tajam, Daniel mendengar ucapan Xavier, walaupun ucapan Xavier terdengar tak jelas karena sambil meringis akibat lukanya. Sementara Jo menatapnya bingung, Xavier berbicara kurang jelas karena dia berbicara sambil meringis.
“Jo Jo, ambil kotak obat, cepat!” teriak Daniel heboh. Jo langsung berlari mengambil kotak obat, dan melupakan ucapan Xavier.
“Jangan bicarakan soal Dimas!” peringat Daniel.
Xavier tersenyum. Senyuman licik dari wajahnya. Dia sudah tahu apa yang terjadi pada Adik Daniel yang membuatnya menghilang selama satu tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Promise Captain [TAHAP REVISI]
RomanceTAHAP REVISI & UNPUBLISH Setelah kecelakaan nahas yang membuat seluruh ingatannya hilang. Beverly Ayu Keyl memutuskan untuk pergi dari negara tanpa kenangan itu, karena suatu alasan. Sepuluh tahun pergi, Beverly memutuskan untuk pulang, karena desak...