16

127 15 2
                                    

Han mengetuk pintu kamar Seokjin.

"Hyung...bolehkah aku masuk?"

Tidak ada jawaban, masih hening.

"Hyung, kumohon.."

Kemudian terdengar ada Gerakan dari dalam kamar yang diikuti bunyi terbukanya kunci pintu. Han langsung membuka pintu, dan Nampak Seokjin dengan wajah lusuhnya. Matanya bengkak, entah seberapa lama dia menangis.

Seokjin kemudian duduk di tepi tempat tidurnya diikuti Han.

"Bagaimana keadaanmu, Hyung, apakah masih mual?"

Seokjin menggeleng,

"sudah tidak terlalu mual, hanya kepalaku masih sangat pusing, dan badanku terasa sangat Lelah."

'Oke, aku membawa obat Pereda rasa nyeri, nanti minumlah, semoga rasa sakitmu berkurang.."

Kemudian mereka berdua diam. Han mengamati Seokjin yang dari tadi masih menundukkan kepalanya, memandang jari kakinya.

"aku mendengar cerita Namjoon.."kata Han memulai.

Seokjin menghela nafas.

"Maukah kau menceritakan padauk apa yang sebenarnya terjadi hingga kau marah?"

Seokjin tampak ragu ragu.

"aku tidak tau...aku hanya..entahhlah..aku..marah pada diriku sendiri.." Dia diam sejenak.

"Aku tidak suka kalian melupakan diri kalian karena harus menjagaku..hatiku sakit karenanya..ini baru proses pertama dan aku sudah merepotkan kalian semua..aku mempertanyakan keputusanku lagi, seharusnya semua ini tidak terbongkar, dan kalian biarkan aku menyerah, dengan begitu aku tidak perlu menyusahkan kalian..aku..aku.." 

Air mata Seokjin sudah tidak terbendung, dia tergugu.

Han mengambil tangan Seokjin, dan menggenggamnya.

"Entahlah di luar sana Hyung, tapi kami adalah orang orang yang mencintaimu dan membutuhkan mu, dan itulah kenapa kami selalu khawatir dengan keadaanmu."

Han menundukkan wajahnya, menyamakan pandangannya dengan Seokjin.

"Bagaimana kami tega membiarkan mu sendirian dalam keadaan seperti ini, itu nantinya juga akan menyakiti diri kami sendiri, Hyung..."

"Tidak apa apa bersandar pada kami adik adikmu, Hyung..bahkan itu yang kami harapkan darimu.."

***
"Hyung sudah tertidur, kalian tidak perlu khawatir.." kata Han.
Keenam yang lain mengangguk mendengar kata kata Han.

"Mental Hyung sangat penting dalm proses pengobatan ini, jadi paling tidak kita harus selalu membuat Hyung nyaman." Lanjut Han.

"Aku tahu kalian lebih mengenal Hyung, lebih dari separuh hidup Hyung bersama kalian, dan.."

Han berhenti sejenak, memandang keenam orang yang ada dihadapannya.

"Kalianlah sebab Hyung tidak jadi menyerah pada penyakitnya..jadi mari kita buat hyung tidak menyesal dengan keputusannya."

***
Yoongi terbangun saat sayup sayup mendengar suara keran kamar mandi dari kamar sebelah.  Dia langsung terbangun dan berlari kesana.
"Hyung.." dia mengetuk pintu.
"Apa kau baik baik saja?" saat dia tidak mendengar ada jawaban, dia membuka pintu yang ternyata tidak terkunci.
Seokjin duduk di sofa sambil memegangi kepalanya.

Yoongi mendekatinya, lalu mengusap punggungnya.
"Apa kau habis muntah hyung?"
Seokjin mengangguk kecil,
"Kepalaku pusing sekali.."
Yoongi tersenyum kecil, akhirnya hyung nya satu satunya mau mengakui apa yang dia rasakan.

"Kau berbaringlah dulu, aku akan mengambil obat mu dan mengambilkan minum hangat agar perutmu enakan.."

Kemudian Seokjin berdiri dan berjalan menuju ranjangnya diikuti yoongi yang langsung keluar kamar menuju dapur.

Diluar pintu dia berpapasan dengan Jimin.
"Apa terjadi sesuatu hyung?" tanya Jimin.

"Seokjin hyung mual dan muntah, temanilah dia, aku akan ke dapur mengambil obatnya."
Jimin langsung bergegas memasuki kamar dan duduk di tepi ranjang Seokjin.
"Hyung..apa kau ingin aku melakukan sesuatu?" kata jimin, sambil memijat kecil tangan Seokjin.

Seokjin membuka matanya tersenyum,
Dia menggeleng.
"Tetaplah disini.."
***

Our Flower RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang