20

118 14 2
                                    

Siang itu cukup damai di ruangan Seokjin. Adik adik nya berkumpul. Seokjin tertawa kecil mendengar candaan konyol 3 adik terkecilnya.

Tapi tiba tiba pintu ruangan terbuka, Han masuk dengan wajah marah membawa sebuah kertas dan langsung menuju Seokjin.

"Apa maksudmu meminta pergantian dokter?" kata Han.
"Han, apa yang terjadi, tenanglah dulu.." Namjoon mencoba menenangkannya.
"Kakak kita ini mengajukan pergantian dokter yang bertanggung jawab atasnya!" kata Han sambil menunjukkan dokumen yang dibawanya.

"Han tenang dan duduklah, biarkan hyung ingin menjelaskannya," kata Seokjin, anehnya dengan tenang.
Dia kemudian berusaha bangkit dan duduk, tapi kemudian Jongkook membantu mengangkat tubuhnya, dan menyangganya dengan beberapa bantal.
"Terima kasih Jongkook,"
"Maukah kalian meninggalkanku dengan Han?"lanjut Seokjin.

Setelah enam orang yang lain keluar, perhantiannya kembali pada Han dia menggenggam tangan Han dan mulai bicara.

"Han, hyung tau berat untukmu menangani hyung, hyung pun merasa begitu, walau bagaimanapun kau adalah keluargaku, jika kau menjadi dokterku sampai akhir, hyung tidak ingin kau yang mengalami hal yang mengganggu ketenangan dan kelogisanmu sebagai dokter, hanya karena aku kakakmu, jadi jika nantinya hyung pergi..."

"Hyung tidak akan pergi.."sahut Han.
Seokjin tersenyum. Dia mengangguk, tapi dia melanjutkan
" Hyung tidak ingin kau merasa bertanggung jawab dan memberimu tekanan. Kau harusnya lebih mengerti tentang hal ini bukan?"

Han terdiam dan menundukkan kepalanya.
Tapi kemudian Seokjin mengangkat wajah Han, memaksanya menatap mata Seokjin.
"Kau mengerti kan?"kata Seokjin
Han mengangguk.
***

Hari ini serangkaian tes akan dimulai lagi. Dokterku yang baru, Dokter Park Chansung, menyarankan untuk menjalankan tomotherapy, semacam radiasi yang terpusat pada bagian yang ditumbuhi sel kanker, dan menjaga sel sel yang disekitarnya tetap sehat. Aku ditemani oleh Han dan Namjoon.

Sejujurnya aku sudah hamper tidak peduli, Han yang kini bukan lagi dokterku beralih peran penuh menjadi waliku, setiap kali mereka bertanya bagaimana pendapatku aku selalu mnyerahkan semuanya pada Han. Aku lebih sering memandang kosong, dan membiarkan mereka membawaku kesana kemari melaksanakan berbagai tes. Jika kemoterapy hanya dilakukan dengan memasukkan obat obatan ke tubuhku, tomotherapy ini memerlukan berbagai tes,

Tes telah selesai, aku merasa sangat Lelah. Aku membiarkan mereka mendorong kursi rodaku, kemudian mengangkat tubuhku keatas ranjang rumah sakit, membantuku berganti pakaian, dan membantuku rebahan di ranjang sempit rumah sakit. Aku hanya diam. Dokter memutuskan untuk belum membolehkan ku pulang sampai therapi pertama,

Setelah merebahkan diriku di ranjang, Namjoon menyelimuti badanku dengan selimut, kemudian duduk di kursi di sebelah ranjang. Han tampak sedang memberesi baraang barangnya.

"hyung aku harus bekerja, aku pergi dulu.."katanya.

Aku hanya mengangguk.kemudian hening,

Hanya ada aku dan Namjoon. Namjoon mengambil tanganku dan menggenggamnya. Aku membiarkannya.

"Hyung apa kau ingin makan sesuatu, kau belum makan lagi sejak tadi pagi." Kata Namjoon, dia berusaha menatap mataku. Tapi aku menghindari tatapan Namjoon.

"Aku Lelah, aku ingin tidur," kata Seokjin sambil berbalik memunggungi Namjoon.

***
Namjoon Pov
Aku memandang sedih punggung Seokjin Hyung, kemanakah perginya hyung tertua kami yang ceria, yang selalu membuat kami tertawa. Dia kini seperti mati rasa. Senyumnya selalu terlihat dipaksakan. Aku mengerti dia pasti merasa sangat Lelah dengan apa yang terjadi dihidupnya. Terlebih semua proses pengobatan ini, dia pasti sangat Lelah dan menderita, baik lahir maupun batin. Tapi kami sebagai adiknya tidak mau menyerah begitu saja. Kami merasa perlu untuk mencoba berbagai option yang ada.

Tapi setelah Hyeong kehilangan kemampuan berjalannya aku ragu, apakah benar lebih baik untuk melepaskan Hyung. Tubuh Hyung semakin lama semakin ringkih. Badannya semakin kurus, kantung matanya semakin menghitam, dan rambutnya semakin menipis. Di musim semi ini Hyung selalu terlihat kedinginan. Tapi aku juga takut, aku tidak siap kehilangan hyung.

Tidak terasa air mataku jatuh, aku bergegas keluar ruangan, dan menutup pintu, aku menangis tergugu, aku menyandarkan tubuhku pada tembok dan jatuh terduduk, menumpukan wajahku pada kedua tangan.

"Namjoon ah, apa yang terjadi, hei kau kenapa.." Hoseok yang tiba tiba datang langsung terduduk dihadapan ku, mendekapku. aku mengangkat wajahku.

"Hoseok ah, apa kita sedang menyiksa Seokjin Hyung? Apa kita terlalu memaksa Seokjin Hyung?" kataku

"Apa maksudmu?" Tanya Hoseok.

"Hyung sekarang seperti mati rasa, dia tidak peduli lagi,yang sering muncul di wajahnya hanya ekspresi kesakitan, senyumnya selalu dipaksakan, apa..apakah kita menyiksanya?' kataku tersendat sendat.

"Oh, Namjoon" Hoseok kemudian mendekap ku erat.
***

Our Flower RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang