Pergi ke warung Mbak Caca beli sandal swalow.
Sebelum membaca, bolehlah difollow.Tandai typo dan salah penulisan ya, geng. 💙💙
***
Senandung bahagia terdengar dari bibir pria tinggi itu, sesekali siulannya terdengar riang. Gerakan memutar kemudi memarkirkan mobilnya terasa menyenangkan. Ia mendorong pintu mobil agar terbuka saat mesin kereta besi itu sudah mati beberapa menit yang lalu.
Langkahnya terasa ringan, menapaki barisan lantai keramik menuju pintu kaca berukuran besar. Seorang dengan gagah lengkap dengan seragam sekuriti menyapa dengan ramah saat pintu itu sudah ia tarik sempurna hingga terbuka lebar.
"Selamat sore, Mas Chandra. Mau jemput Ibu, Mas?"
Chandra menggaruk pelipisnya. "Jemput istri saya dong, Pak Bambang. Mami kan bisa pulang sendiri."
Pria bernama Bambang itu tersenyum canggung. "Iya maksud saya, Ibu Wenda, Mas."
Chandra tergelak, tangannya menepuk bahu Pak Bambang sebelum berlalu meninggalkan. "Jangan panggil Wenda ibu, Pak. Bisa ngamuk dia nanti."
Chandra terus mengayunkan kakinya menuju lift yang akan membawa tubuhnya ke lantai atas. Ponsel di sakunya berdering panjang, tangannya meraih cepat mengangkat panggil sang istri.
"Iya, Sayang."
"Di mana?" Suara di seberang langsung menodongkan pertanyaan keberadaannya.
"Baru mau masuki lift."
"Lift kantor? Tumben jam segini baru keluar kantor. Nggak lupa jemput aku, kan?"
Chandra menahan tawanya, suara berdenting terdengar. Pintu lift terbuka, ia melangkah masuk. "Iya, lift kantor. Tadi lagi banyak kerjaan. Jadi, maaf ya telat jemput kamu," jelasnya berbohong.
"Ya, udah deh. Kamu cepet jemputnya, aku udah nunggu dari tadi."
Pria itu mendongak, tinggal satu lantai ia sampai ke tempat wanita bawel yang sedang bertelepon dengannya. "Kalau aku cepet sampai sana, kira-kira dapat kiss nggak—"
Belum juga semua perkataan Chandra rampung, telepon sudah Wenda matikan tanpa memberi aba-aba. Pria itu hanya terpaku menatap layar ponselnya yang sudah menghitam.
Pintu lift terbuka, dengan tergesa ia mengayunkan tungkainya ke ruangan di ujung koridor, tempat di mana wanita tercintanya berada. Baru saja tangannya terangkat hendak mengetuk pintu kayu bercat putih gading di depannya, tetapi ia urungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kami: Tokophobia
RomanceSudah memasuki tahun ke dua Wenda dan Chandra mengarungi bahtera pernikahan di usia muda. Namun, fobia yang diderita Wenda membuat rumah tangga mereka memiliki cerita tersendiri. "Kalian pernah dengar istilah tokophobia?" "Tokophobia tempat belanja...