Jangan lupa tandai typo ❤️❤️
***
Suara bising dari pengering rambut terdengar memenuhi setiap sudut kamar, Chandra mengarahkan benda itu ke belakang kepalanya. Meski suara ribut itu memekakkan telinga di pagi hari, nyatanya seorang wanita yang masih terlelap itu tak sedikit pun terganggu.
Chandra mematikan hairdryer, menyimpan kembali benda itu ke dalam laci meja rias istrinya. Wenda benar, rambut Chandra sudah mulai panjang, terbukti saat ia selesai mandi. Rambutnya tidak bisa lagi langsung kering hanya mengenakan handuk, perlu bantuan pengering rambut.
Pria itu bergerak ke arah tempat tidur, Wenda masih bergelung di bawah nyamannya selimut. Chandra merangkak naik ke tempat tidur, sedikt mencondongkan wajahnya ke depan, tangannya menopang tubuh agar tidak terjerembab dan menindih sang istri.
"Sayang, bangun ayo. Udah pagi ini loh," bisik Chandra di telinga Wenda.
Kecupan ia tinggalkan di pipi kanan dan kiri Wenda. Wanita itu menggeliat, terganggu dengan ulah Chandra. Mata Wenda mengerjap pelan, tangannya terulur memeluk leher Chandra. Wajah keduanya hanya berjarak kurang dari lima inci.
Chandra terkekeh memperhatikan wajah mengantuk Wenda, gemas sekali dengan pipi bulat sang istri. Pria itu menyatukan hidungnya dengan milik Wenda, beralih menggigit kecil pipi kiri sang istri.
"Sayang, aku pinjem mobil kamu, ya. Mobil aku kemarin kayaknya ada masalah sama ban belakang, belum sempat aku bawa ke bengkel," jelas Chandra seraya mengusap dahi Wenda.
Mendengar penuturan itu Wenda membuka matanya lebar. "Nanti aku ke kampus gimana?"
"Loh? Bukannya kamu libur hari ini?"
Wenda memiringkan tubuhnya, tangannya menyingkap piama hingga menampilkan punggung mulusnya. "Chan, gatal," adunya.
Chandra paham kode ini, tangannya terulur menurunkan kembali piama Wenda, telapak tangannya mengusap punggung sang istri dari luar piamanya.
"Nggak jadi. Dosennya nyebelin, dia sendiri kemarin yang telat, eh malah masuk cuma tiga menit terus kasih pengumuman kuliahnya diganti hari ini," tukas Wenda.
Wanita itu kembali ke posisi semula, tangannya terentang. Chandra lebih mendekat, meraih tubuh Wenda agar bangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidur.
"Chan, gimana kalau aku nganter kamu kerja? Sekali-kali doang aku yang anterin." Wenda menyengir mengutarakan idenya.
"Emang nggak telat kuliahnya?"
Wenda menggeleng cepat. "Kuliahnya jam satu siang, masih lama juga."
"Ya, udah. Ayo bangun. Aku tinggal ganti baju aja ini."
Chandra bergerak turun dari tempat tidur, melangkah ke lemari besar samping meja rias Wenda. Pria itu meraih satu kemeja untuk ia kenakan bekerja hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kami: Tokophobia
RomanceSudah memasuki tahun ke dua Wenda dan Chandra mengarungi bahtera pernikahan di usia muda. Namun, fobia yang diderita Wenda membuat rumah tangga mereka memiliki cerita tersendiri. "Kalian pernah dengar istilah tokophobia?" "Tokophobia tempat belanja...