23. Teringat sesuatu

579 114 173
                                    

Tiba-tiba aku teringat sesuatu, beberapa bab belakang tidak aku ingatkan tandai typo, hole, dan salah penulisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu, beberapa bab belakang tidak aku ingatkan tandai typo, hole, dan salah penulisan. Setelah aku baca lagi, msh ada yang salah.😆

Baiklah, para pens-pens Wenda Chandra yang Budiman dan berbudi pekerti luhur. Tolong, tandai typo, oke?

***

Lantunan musik kpop terdengar begitu asyik dari audio mobil Wenda. Semilir angin sejuk yang berlomba keluar dari air conditioner pun menambah semangat perempuan itu ikutan bernyanyi.

Wenda mengendarai mobilnya dengan santai, menikmati perjalanan pulang. Setelah hampir seharian dengan kuliahnya, wanita itu merasa ingin mengisyaratkan tubuh dan pikirannya dengan berleha-leha di tempat paling nyaman bernama rumah.

Tiba-tiba ... Wenda teringat akan sesuatu. Tangan kirinya mengecilkan penyetel musik itu. Sedikit menepikan mobilnya pada bahu jalan. Beruntung, jalan yang ia lalui bukanlah jalur sibuk.

Wenda meraba ponsel yang ia simpan di dashboard. Setelah menemukan benda canggih itu, kemudian ia melakukan panggilan video ke nomor suaminya. Masih menunggu panggilan disambut, entah di dering ke berapa akhirnya Chandra menyambutnya.

"Halo, Wen."

"Kamu di mana?"

Chandra mengganti setelan kamera yang semula menyoroti wajahnya, kini menampilkan pelataran kantor papi, ada beberapa orang lalu lalang yang bisa Wenda pastikan adalah karyawan di sana.

"Parkiran," jawab Chandra mengganti menjadi kamera depan lagi. "Kamu belum ke butik?"

Wenda menyengir, seperti maling tertangkap basah. Wanita itu menggaruk dahinya mengenakan telunjuk.

"Aku nggak jadi ke butik, nggak tau males banget. Mau pulang aja."

"Kamu nggak enak badan?" tanya Chandra isyarat akan kekhawatiran.

"Nggak, aku sehat. Cuma ... mager aja."

Chandra mengangguk paham. "Ya udah istirahat di rumah ya, Sayang. Aku udah sampai lobi mau naik, nih." Chandra mengganti kamera belakang, memperlihatkan pintu besar di hadapannya. "Aku sayang kamu," lanjutnya.

Wenda memajukan wajahnya sedikit mendekat ke layar ponselnya. "Sayang papi juga. Miss you, Daddy," bisik Wenda, setelah itu buru-buru mematikan video call-nya.

Perempuan itu melajukan kembali mobilnya dengan irama musik yang sama. Pikirannya tentang rebahan di kasur yang nyaman semakin menguasai benaknya.

Cerita Kami: TokophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang