31. Mode Mengidam

804 120 154
                                    

Tandai typo dan Salah penulisan, ya geng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tandai typo dan Salah penulisan, ya geng.
💙
***

"Asalamualaikum. Sayang ...."

Suara itu Wenda dengar dari pintu utama. Namun, wanita itu tidak sama sekali berniat menyahuti. Untuk salam, katanya sih dia menyahuti, tapi hanya dalam hati. Wenda duduk di pantry menikmati camilan sore yang Bi Yati siapkan sebelum wanita paruh baya itu pulang.

"Sayang, di mana?"

Lagi-lagi suara lantang Chandra memanggilnya terdengar dari ruang tengah. Wenda tetap tidak menyahuti panggilan Chandra. Ia sibuk memasukkan potongan buah segar ke dalam mulutnya.

"Kamu di sini ternyata. Kalau dipanggil itu nyahut, Wenda," ujar Chandra yang sudah menemukan keberadaan istrinya.

"Kalo nyari itu pake mata, bukan pake mulut. Teriak-teriak aja bisanya," balas Wenda.

Pria itu memeluk Wenda dari belakang, menciumi istrinya dengan gemas, mengusalkan bibir dan hidungnya pada pipi Wenda. Sangking gemasnya, tubuh Wenda sampai terhuyung ke samping.

"Gemes banget sama pipi kamu," gumamnya beralih duduk di kursi samping Wanita itu.

Chandra mengulurkan tangannya dan langsung disambut Wenda. Sejak mendengar nasihat sang bunda, menyalami suaminya sebelum pergi dan pulang kerja sudah menjadi kegiatan yang harus Wenda biasakan.

"Chandra itu suami kamu, Wen. Mau kalian seumuran, tua kamu atau gimana pun, wajib istri mencium tangan suami sebelum kerja, pulang kerja, pamitan sama suami kalo mau keluar rumah."

"Kamu makan apa, Sayang?"

Satu potong buah melon Wenda angsurkan ke mulut Chandra. Pria itu meyambut dengan suka cita.

"Tumben nyemil buah."

"Kalo jajan itu yang bener, Sayang. Kamu nggak boleh makan mi instan kalo udah malam. Jangan makan yang terlalu pedes, Sayang." Wenda menyindir segala larangan yang Chandra ucapkan, lengkap dengan gaya bicaranya Wenda tirukan.

"Habisnya kamu kalau jajan suka sembarangan, yang makan pedes pake level lah, itu makanan atau games sih?"

Wenda mencebik, tidak terima perihal makanan kesukaannya dihina. "Jangan food shamming, ya. Mau gimana pun juga itu makanan enak."

Chandra tergelak mendengar istilah baru yang Wenda ciptakan. "Food shamming itu yang gimana, Sayang."

Pria itu semakin gemas, kembali ia mencium pipi Wenda berulang kali. Menggigitnya seolah itu adalah kue mochi yang manis.

"Chan, kayaknya aku mesti cuci muka lagi. Ini liur kamu nempel semua di pipi aku. Jangan-jangan ini jigong kamu juga ikutan."

"Ya udah sini, biarin aku penuhin sekalian."

Cerita Kami: TokophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang