Happy 11K Mami Papi Chabe dan Chanda 💙
***
"Call me baby ... call me baby."
Kalimat yang Wenda ucapkan sejak beberapa jam lalu. Wanita itu terlihat sedang bahagia sepertinya, netranya tak henti-hentinya menatap bingkisan persegi panjang dan paper bag yang ia simpan di atas sofa.
Deru mesin mobil dari luar terdengar memecah kegiatan Wenda. Langkahnya berlari ke luar kamar menuju garasi melalui pintu penghubung dalam. Wajahnya tertekuk saat mobil Chandra tidak masuk ke garasi, melainkan terparkir di carport depan saja.
Wenda kembali berbalik, menuju pintu depan untuk menyambut kedatangan Chandra. Namun, lagi-lagi geraknya kalah cepat. Pria itu sudah masuk dan terlihat punggung lebarnya sudah hampir hilang di balik pintu ruang tengah.
"Chandra!" teriak Wenda memanggil.
Pria itu sontak berbalik, cukup terkejut karena diteriaki demikian. Dahinya mengernyit saat Wenda berlari tergesa ke arahnya. Tubuh Chandra sedikit terhuyung ke belakang, merasa tidak cukup siap saat Wenda menubrukkan tubuhnya ke dalam pelukan.
"Hati-hati, Say-Eh, cium-cium."
Ucapan peringatan seketika berubah jadi terkejut. Wenda tiba-tiba berjinjit, mencium bibir sang suami. Sontak membuat Chandra semakin bingung dan was-was dengan sikap Wenda yang tiba-tiba seperti ini.
Kaki Wenda kembali berjinjit, bibirnya sudah kembali meninggalkan jejak di pipi kanan Chandra. Semakin merasa aneh, bergegas Chandra menunduk kemudian mengangkat bokong Wenda untuk ia bawa ke kamar mereka. Tangan wanita itu melingkar di bahu dan leher, sementara kakinya sudah terlatih melingkari pinggang Chandra. Di dalam gendongannya, wanita itu justru lebih gencar membubuhkan kecupan bertubi di bibir dan area wajah Chandra yang lain.
"Sekarang cerita, kenapa?" tanya Chandra seraya mendaratkan bokongnya di tepi tempat tidur dengan Wenda di pangkuan.
"Tadi di butik ...."
Ucapan itu menggantung, wanita itu masih melanjutkan aksinya menciumi setiap inci wajah suaminya. Decakan sebal akhirnya keluar juga dari bibir Chandra.
"Sayang, aku tahu kamu kangen. Nanti aku kasih lebih. Cerita yang bener dulu, di butik kenapa?"
Wenda menyengir, netra mereka bertemu. Sudut bibir Wenda tertarik ke atas. "Kita ke rumah sakit yuk, Chan."
"Rumah sakit?" Chandra mengulurkan telapak tangannya ke dahi Wenda. "Kamu sakit? Kepalanya pusing lagi?"
Wenda menggeleng kuat. "Tadi siang Kak Tia udah lahiran, kita jenguk Kak Tia sama baby-nya, ya, Chan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kami: Tokophobia
RomanceSudah memasuki tahun ke dua Wenda dan Chandra mengarungi bahtera pernikahan di usia muda. Namun, fobia yang diderita Wenda membuat rumah tangga mereka memiliki cerita tersendiri. "Kalian pernah dengar istilah tokophobia?" "Tokophobia tempat belanja...