Ada yang kangen aku?
Tentu tydack ada, kan?
Kalian hanya merindukan Mami Papi Chabe dan Chanda. 🙄Sudahlah kalian semua jahat!Selamat membaca, jangan lupa spam komen dan tekan bintang kejora ya.
***
"Om Chandla, mau?"
Anak perempuan dengan balutan overall soft pink, rambut ikalnya dikuncir dua. Bahu kecil itu menyandang tas ransel Barbie kesayangannya. Tangan mungil itu mengangsurkan permen jelly yang sejak tadi ia nikmati sendiri, tatapan Chandra membuatnya risih. Itulah sebabnya ia menawari pria tinggi itu permen agar tatapan Chandra beralih.
"Boleh? Suapin Om Chan, ya?"
Dasar manusia tidak peka! Balita itu malu ditatap sedemikian rupa, tetapi pria itu dengan tidak tahu malunya justru minta disuapi permen yang balita itu tawarkan.
"Kata mama, udah gede halus mamam cendili," ujarnya dengan nada bicara khas anak empat tahun.
Chandra tertawa tanpa suara, mengangkat tubuh kecil itu ke dalam pangkuannya. Tangannya yang besar mengusap puncak kepala si balita. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku kemeja, tangannya bertaut dengan tangan yang lebih kecil.
Chandra memotret kedua telapak tangan dengan ukuran yang sangat kontras itu. Senyumnya terkembang lebar saat hasil jepretannya sesuai yang ia harapkan. Sungguh, ia sangat mendamba setiap bagian tentang anak kecil. Pola bicara mereka yang menggemaskan, tingkah mereka yang mengundang gelak tawa. Semua Chandra sukai.
"Tadi Sheina sama siapa ke sini?" tanya Chandra mengajak anak itu bercerita.
"Sama papa, tapi papa langsung pulang."
Chandra mengernyitkan dahi, ia tidak tahu banyak tentang staf HRD itu, yang ia tahu Amirah, ibu dari anak yang sedang ia pangku adalah seorang single mother. Lagi pula untuk apa juga ia tahu banyak tentang wanita itu, bukan urusan Chandra, bukan?
Suara pergerakan kursi di sampingnya tertarik menjauh dari meja bundar. Chandra menoleh, netranya menelisik Ridho dengan wajah yang tak bisa dikatakan bersahabat. Pria itu menyimpan satu kantung plastik bening berisi beberapa susu kotak siap minum dan camilan. Hanya sekali lihat saja Chandra bisa tahu untuk siapa makanan itu.
Ridho memijat pelipisnya, duduknya sedikit merosot. Wajahnya terlihat gundah, entah apa yang sedang menganggu pikiran pria yang terpaut enam tahun dari Chandra itu.
"Kenapa, Bang?"
"Gue nggak tahan pengin ngabisin bajing—astagfirullah."
Ridho menjeda ucapannya, ia mengusap wajahnya kasar. Tubuhnya sedikit tegak, membenahi posisi duduknya. Tangannya terulur mengusap pipi sang balita yang masih betah di pangkuan Chandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kami: Tokophobia
RomanceSudah memasuki tahun ke dua Wenda dan Chandra mengarungi bahtera pernikahan di usia muda. Namun, fobia yang diderita Wenda membuat rumah tangga mereka memiliki cerita tersendiri. "Kalian pernah dengar istilah tokophobia?" "Tokophobia tempat belanja...