Sesampainya di rumah sakit, Nabastala langsung dirujuk ke UGD. Pelangi yang nampak panik dan kacau itu langsung dipeluk dan ditenangkan oleh Jingga.
"Apa gua gadis pembawa sial? Kenapa cowok yang cinta sama gua selalu berakhir dengan kesialan?" tanya Pelangi sambil melamun.
"Ga juga, buktinya bokap lu masih sehat, tuh!" hibur Gina dengan menunjukan raut polosnya.
"Ga lucu, Gina! Pelangi tuh lagi sedih!" tutur Jingga dengan nada kesal.
Shava berlari dengan panik ke arah UGD. Pelangi yang ada di sana langsung menahannya.
"Pelangi, Nabas--Nabas mana?" tanya Shava panik.
"Masih di dalam, Tante." Pelangi membantu Shava untuk duduk.
"Pelangi temennya Nabas?" tanya Shava lembut.
"Iya, Tante. Kenapa?"
"Syukurlah, jadi dia di kampus memilih pergaulan yang sehat!" Shava tersenyum lega sambil mengelus kepala Pelangi.
"Pelangi masih trauma sama kejadian Langit, ya?" Mata Shava nampak berkaca-kaca, ia merasa bersalah karena kesalahannya dulu membuat Pelangi kehilangan cinta sejatinya.
Deg
Pelangi tersenyum miris, membiarkan air matanya keluar dengan pasrah dan hancur.
"Tante ini mamanya Nabas?" tanya Gina polos.
"Iya, mamanya kembarannya Nabas lebih tepatnya." Shava tersenyum gemas seusai mendengar pertanyaan Gina.
"Mamanya Nabas di Jogja, dong, Gina!" jawab Jingga gregetan.
"Terus dia mamanya siapa?" tanya Gina lagi dengan berbisik.
"Mamanya Langit, Nak!" sahut Shava.
Gina menatap Shava kesal, "Serius dong, Te?!"
"Btw, cakep ga?" tanya Gina lagi, ia benar-benar ingin membuat Pelangi marah besar.
"Mana gua tahu, nanya aja ama mantannya!"
"Langit bukan mantan, kita ga pernah putus!" sahut Pelangi sambil menatap keduanya sinis.
"Kenapa? Lu mau ama Langit? Dia ada di surga sekarang!" lanjut Pelangi, matanya penuh sindiran keras untuk Gina.
"Udah mati dong?"
Pelangi menarik nafasnya lagi dan malas menggubris pertanyaan Gina yang makin tak jelas itu.
"Tante tahu Nabas ketembak dari siapa?" tanya Pelangi, ia berusaha menghangatkan suasana di depan Shava.
"Dari Awan, Nak."
"Bener-bener si Awan. Gua niatnya ngasih tau Tante Shava entaran kalau Nabas dah siuman, malah dah dikasih tahu. Kan kasian Tante Shava jadi khawatir gini. Minta gua sleding emang jangkunnya!" dumel Pelangi.
"Pelakunya siapa, ya, Nak?" tanya Shava.
"Dia, Tante!" sahut Awan sambil menarik pelaku penembakan.
"Elang?!" ucap Pelangi, Jingga, Gina dan Sammy. Mereka seperti dikhianati oleh ketua geng mereka sendiri.
"Kamu siapa? Apa kamu tidak punya akal sehat? Bisa-bisanya kamu menembak keponakan saya. Di mana hati kamu, ha?!" omel Shava.
"Sam, Gin ... lu bawa Tante Shava ke sana! Kita mau sidang!" perintah Pelangi dengan tegas.
Sammy dan Gina membawa Shava sedikit jauh dari sekumpulan remaja tersebut. Setelah dilihat cukup aman, Pelangi langsung berada di depan Elang.

YOU ARE READING
Tak Setinggi Langit
RomanceBumi akan tetap jadi bumi walaupun memanjat dengan cara apapun. Begitupula yang harus menjadi takdir Nabastala yang tidak akan bisa menjadi seperti yang diharapkan Pelangi.