Kini keenam mahasiswa itu sudah duduk di kelas mereka. Nabas dan Pelangi saling sayang-sayangan, Jingga dan Elang saling bermain suit, sementara Sammy dan Gina sedang bermain ponsel. Tiba-tiba keseriusan mereka dikejutkan oleh teriakan super menggelegar milik Gina.
"Aelah, kuping gua nih...."
"Liat, Sam!" potong Gina sambil meletakan ponselnya tepat di antara kedua mata Sammy.
"Awan, why?" tanya Sammy.
"Ih, fokus ke pakaiannya, Sayang!" perintah Gina.
Sammy melotot karena terkejut dengan pakaian Awan, "ALMAMATER JAYA KUSUMA, ANJIR!" teriaknya.
Sammy langsung menyahut ponsel Gina dan berlari kepada Elang. Dengan cekatan ia lakukan hal yang sama yang dilakukan Gina padanya beberapa menit yang lalu.
"Ngapa lu jejelin gua muka Awan, bjir. Dah bos...."
"Kok almameter Jaya Kusuma?" sahut Jingga.
"Terbukti ya, cewe matanya lebih jelih ketimbang cowo, hahaha," ledek Gina lalu menarik kursi kosong agar lebih dekat dengan tiga kawannya.
'Itu tandanya, naluri gibahnya cowo kecil ketimbang cewe. Itu kebanggan!" sahut Elang tak terima.
Pelangi mendatangi mereka dengan tatapan sinis, membuat keempatnya mengerenyitkan dahi seolah takut dan heran dengan tatapan Pelangi itu. Dengan telapak tangan yang memiliki jari-jari kira lima sampai tujuh centimeter itu, Pelangi mendobrak meja mereka. Gina menelan ludah, Elang dan Jingga mengelus dadanya, sementara Sammy melongo kaget seperti biasanya.
"Kok bisa Awan keluar dari Indah Permana?!" tanya Pelangi dengan tegas.
"Hah, Awan pindah?" tanya Elang balik sambil melotot khasnya.
"Barusan Bu Vivi ngechat gua dan nyuruh untuk hapus presensi Awan di kelas. Terus gua tanyain alasannya, Bu Vivi jawab kalau Awan barusan pindah. Setelah itu gua nanya ke Awan dan dia bilang kalau dia out dari Indah Permana karena kalian. Pertanyaannya, kalian apain Awan sampai dia keluar dari Indah Permana, hah?!" omel Pelangi.
"Anjir, seriusan dia bilang gitu, Ngi?" tanya Elang.
"Serius-lah, gua masih ada chatnya, kok," jawab Pelangi.
"Anjir banget, dia. Gua kira dia main-main doang, bjir ... ternyata mengambil keputusan sampai keluar Indah Permana. Keterlaluan!" umpat Elang.
"Anjir, keknya dia bener-bener niat nyari masalah ama lu, sih, El. Oke, fine dia keluar Indah Permana untuk nenangin diri. Tapi, kenapa pindah ke Jaya Kusuma yang jelas-jelas musuh kita, woy! Gua yakin dia nyari temen di sana karena emang sekampus ga ada yang suka ama lu, El!" tambah Sammy.
"Kan gua juga kepikiran kayak elu. Apalagi dia bawa-bawa Pelangi yang kebetulan banget kemarin ga ikut. Sial, dia bawa orang yang bahkan ga ada kaitannya ama masalah ini, cuy. Ini sudah di luar batas, sih ... bener-bener tuh anak, ya!" gerutu Elang sambil berjalan mondar-mandir. Kedua tangannya juga berada di pinggang, persis seperti seorang bapak yang menuturi anaknya.
"Gais, Awan pindah, yak?" tanya Nabas tiba-tiba, membuat Pelangi hanya memutar bola matanya.
"Hooh."
"Oalah, dia barusan pamit ke aku lewat chat tadi," lanjutnya.
"Dia ngechat apa aja? Ga menghasut lu buat keluar juga, kan? Awas lu tinggalin Indah Permana demi dia, gua kosek kulit lu ampe ilang bolot lu!" ancam Elang membuat Nabas meringis ketakutan.
"Em, aku salah opo?"
"Mbak Cantik, dibentak!" lapor Nabas.
"Ih, diem! Pelangi lagi mumet, Bas!" pinta Pelangi dengan nada tinggi.

YOU ARE READING
Tak Setinggi Langit
RomanceBumi akan tetap jadi bumi walaupun memanjat dengan cara apapun. Begitupula yang harus menjadi takdir Nabastala yang tidak akan bisa menjadi seperti yang diharapkan Pelangi.