Ketiga sekawan itu sudah berkumpul di teras rumah Sammy yang kebetulan paling nyaman dikunjungi. Di malam segelap itu, ketiganya saling senggol-senggolan. Ponsel Awan mereka lempar pelan, karena tidak ada yang mau menelepon Shava.
"Lu aja yang telepon Tante Shava!" paksa Elang pada Awan.
"Enak aja, elu kan yang ngasih ide, ya elu dong yang telepon Tante Shava!" tolak Awan mentah-mentah.
"Ya tapi kan gini, lu kan temennya si Langit-Langit itulah, ya ... harusnya elu yang hubungi Tante Shava karena kalian berdua dah kenal lama, bener kan, Sam?" lempar Elang.
Sammy hanya mengangguk panik karena sebentar lagi 21:00 malam.
"Ye, pokoknya lu yang ngasih tahu ke Tante Shava karena lu yang ngajak Nabas!" lempar balik Awan.
"Gimana kalau lu aja, Sam?" Elang melihat Sammy penuh harap.
"Heh, bercanda anda? Ga-ga-ga ... gua ga ikut-ikutan malah dipertaruhkan. Entar kalau gua kena semprot gimana?" tolak Sammy.
"Ya udah, kita mulai bareng-bareng gimana? Ini sudah jam 21:00, loh ... Tante Shava mau tidur," saran Awan.
"Nah, lu yang mulai ya! Entar kita ngikut di belakang." Elang menyetujui saran Awan.
"Yee, asem lu! Ya bareng-barenglah!"
"Ya udah lu yang mulai!"
"Elu!"
"Elu!"
"Elu!"
Tek!
'Anda memulai panggilan telepon dengan 𝘔𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘓𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵.'
"Anjir! Kepetik!" teriak Elang heboh.
"Aghh, berdering!" sahut Awan tak kalah heboh.
"Agh, dah dimulai, anjir!" Sammy hanya bisa menutup telinganya.
"Hallo Kak Awan?" sapa Melisa yang ternyata dirinyalah yang mengangkat telepon.
"Melisa anjir, bukan Tante Shava!" Elang menghela nafas lega.
"Hallo, Mel ... Tante Shav...."
"Hush!" Sammy dengan cekatan menutup bibir Awan.
"Hallo, Kak Awan? Kenapa telepon Mama?" tanya Melisa.
"Gakpapa, Dek ... kepetik!" sahut Sammy.
"Heh, Tante Shava ada ga, Dek? Nganu, mau ngomong sesuatu." Elang akhirnya berani memulai.
"Loh, jangan, El!" Sammy menepuk jidatnya.
"Sudah, ketimbang Pelangi keluar dari kampus, Sam," bisik Awan.
"Oh, bentar ya, Kak Elang ... Mama masih di kamar mandi," ucap Melisa.
"Oh-oke."
"Ma, ini Kak Awan telepon!" Melisa memberikan ponsel tersebut ke pemiliknya.
"Awan? Em, mana, Nak?"
Shava menerima ponsel itu.
"Hallo?" sapa Shava lembut.
𝘿𝙚𝙜
Elang yang memegang ponsel Awan langsung gemetar tanpa alasan.
"Hallo, Awan?"
"Ha-lo, Tante!" Awan dengan gemetar juga mengambil ponselnya dari tangan Elang.
.
"Ada apa, Nak? Malam-malam ke telepon?" tanya Shava."El, jawab!" bisik Awan.
YOU ARE READING
Tak Setinggi Langit
RomanceBumi akan tetap jadi bumi walaupun memanjat dengan cara apapun. Begitupula yang harus menjadi takdir Nabastala yang tidak akan bisa menjadi seperti yang diharapkan Pelangi.