Tiga minggu kemudian, Nabastala baru boleh pulang dari rumah sakit. Di malam hari yang sama pula, Awan dan Elang baru berani menjenguknya. Ketika di depan pintu, Shava dan Pelangi menatap keduanya sinis.
"Mau apa?" tanya Pelangi judes.
"Mau hatimu, eak!" rayu Awan.
"Dih, gua tampol lu, ye!" bentak Elang lalu menginjak kaki Awan.
"Biar tersentuh hatinya Pelangi."
Shava menarik nafas panjang, "Mau apa, sih?"
"Jenguk Nabas, Te," jawab Elang ramah.
"Boleh, tapi ingat ... ga ada yang boleh bahas tentang kasus penembakan kemarin! Hal kemarin Tante tutup kasusnya. Kenapa? Karena Tante pernah di posisi penyesalan seperti kalian, jadi Tante memahaminya. Silahkan masuk!" pesan Shava kemudian membukakan pintu bagi kedua sahabat itu.
Melihat Awan dan Elang, Nabas langsung mencibirkan bibirnya.
"Bagus-bagus-bagus! Pas aku mau pulang, baru dijenguk. Keterlaluan!" sindir Nabas kesal.
"Hehe, maaflah, Bas!" Elang tersenyum sungkan.
"Loh, mana?" tanya Nabas sambil mencari sesuatu.
"Apanya, Bas? Lu butuh bantuan?" tanya Awan inisiatif.
"Bingkisannya mana? Masa datang-datang bawa tangan kosong doang!" ledek Nabas tak terima.
"Astaga, gua kira apaan!" Elang menatap datar Nabas.
"Wah, beneran ga bawa apa-apa, ini. Duh-duh-duh, kalian ini ... masa harus dikasih tahu etika menjenguk teman. Minimal ya, bawa buah kek, uang kek, apa kek, huh!" omel Nabas tak henti-hentinya.
"Lagi bokek, Bro. Nih, kan Elang orang kaya, harusnya dia yang modal!" tunjuk Awan pada Elang.
"Dih, enak bae. Ya udah, gua transfer sepulang dari sini. Sinis amat, dah!" janji Elang.
"Nah, gitu dong. Kan aku belum pernah dijenguk temen seistimewa ini," ucap Nabas jujur.
"Lah, ngapa?" tanya Elang heran.
"Aku dari SD ga pernah punya temen, dan baru di kuliah ini aku baru ada temen. Makanya, aku berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan persahabatan ini," jelas Nabas.
Elang menarik nafas panjang, ia semakin menyesal telah tidak sengaja menembak Nabastala.
"BBM naik dratis untuk kesekian kalinya, para mahasiswa melakukan demo besar-besaran di gedung DPR supaya harga sedikit diturunkan. Berikut cuplikannya...."
"Ngikut ga nih?" tanya Awan pada Elang.
"Boleh, gua besok ajukan ke Bu Raya. Lumayan, biar jamkos," bisik Elang lalu tersenyum licik.
"Nice! Negara berantakan, jamkos kami nantikan!"
***
Keesokan harinya, mereka berkuliah seperti biasa. Untuk pertama kalinya, Nabas dan Pelangi duduk sebangku. Nabas juga tak sepenuhnya sehat, tapi dia harus tetap berkuliah sebagai kewajibannya.
"Gua bawain odol paling ampuh!" ucap Awan sambil menyodorkan pasta gigi senjatanya.
"Idih, fungsinya sama aja buat gigi, kan?" tanya Pelangi keheranan.
"Tidak sobat, ini akan membuat mata kalian sembuh 10X lebih cepat setelah terkena bom bunuh diri," ucap Awan seperti brand ambasador sebuah pasta gigi.
"Dih, kek mau demo aja ada bom air mata segala," sahut Nabas.
"Emang!" Elang duduk sambil membawa edaran persetujuan demo.
YOU ARE READING
Tak Setinggi Langit
RomanceBumi akan tetap jadi bumi walaupun memanjat dengan cara apapun. Begitupula yang harus menjadi takdir Nabastala yang tidak akan bisa menjadi seperti yang diharapkan Pelangi.
