Pagi-pagi sekali Dewo sudah berangkat ke studio, katanya mempersiapkan live radio untuk pukul sepuluh nanti. Arumi yang diam-diam juga menantikan live itu hanya mengangguk sambil tersenyum tipis kepada sang suami. Sekarang, wanita itu sedang duduk di bar dapur sambil menikmati sarapan paginya, kalau ditanya kenapa tidak sarapan bersama Dewo? Jawaban yang paling simple, Dewo tidak sarapan pagi ini.
Kebiasaan Dewo, Ia tidak akan makan di rumah kalau memang ada urusan yang menurutnya lebih penting dari sekedar makan bersama di rumah. Arumi menunduk menatap layar ponselnya saat satu pesan masuk.
'Pasti lagi nungguin radio live nya Sixth Day, ya?'
Sudah pasti sangat mudah ditebak siapa pengirimnya. Tak lain dan tak bukan Widy. Dengan antusias dia mengetikkan balasan untuk si pengirim.
Aku sampai dengerin berita radio untuk nungguin live kalian
Widy: hahaha
Widy: username mau disebutin nggak nih?Loh biasanya kan disebutin, kenapa meski tanya lagi?
Widy: siapa tau gitu mau jadi anonim
Gapapa kok, Wid, toh itu akun juga jarang aku buka
Widy: kalau gue follow, akun lo harus aktif lagi, ya?
Gimana, ya?
Widy: yaudah kalo gak bisa jangan dipaksa
Oke, tapi gak janji, ya
Balasan terakhir yang diterima hanya 'sip'. Setalah itu membuat Arumi meletakkan ponselnya.
Tak lama, jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Sixth Day sudah menyetel intro radionya, yang mana intro itu sangat unik dan menarik. Kemudian terdengar suara Jaffar yang terdengar bersemangat, ditemani juga dengan Anne sebagai bintang tamu.
Oh, ya, berbicara soal Anne. Kemarin lusa Dewo mengatakan pendapat Anne terhadap sarapan buatan Arumi. Dewo juga meminta Arumi untuk ajari Anne memasak. Sampai saat ini Arumi masih belum menanggapi masalah ajakan belajar masak itu. Entah kenapa, setiap mendengar tentang Anne itu selalu membuatnya sedikit sesak. Apalagi jika memutar kembali saat Dewo bercerita tentang Anne hari itu, suaranya sangat berbeda. Arumi menyukai nada bicaranya, hanya saja, kenapa nada itu tidak pernah keluar untuk Arumi?
.
.
.
."Kerja bagus semuanya!" Suara Yoga bergema di dalam studio, sambil menunduk mengucapkan terimakasih kepada karyawan lain yang ikut membantu.
"Keren!! Lo berdua keren banget." Ini suara Setta yang sedang berdiri sambil mengacungkan dua jempolnya.
Dewo dan Widy datang dari luar dengan wajah sumringah sambil bertepuk tangan. Mereka tidak melihat secara langsung di studio, melainkan melalui ruangan Setta yang tersedia radio.
Sixth Day milik Setta ini memiliki beberapa konten yang sangat menarik. Mulai dari podcast, radio, live, dan cover song. Konten mereka tersedia di youtube dan juga spotify. Sixth Day juga mempunyai saluran radio sendiri, sama seperti namanya, Sixth Day FM. Studio mereka sangat diminati oleh kalangan anak muda di era sekarang. Radio live tadi juga akan mereka upload ke youtube dalam bentuk video agar bisa ditonton ulang. Keren banget, ya mereka.
"Gimana hasilnya?" Tanya Jaffar, sambil melihat ke monitor.
"Keren, Bang, keren. Ganteng." Sahut Widy yang tengah berada di belakangnya.
Jaffar yang mendengar pujian itu menjadi salah tingkah.
"Udah bagus, kan hasilnya?" Tanya Anne, tangannya sibuk menata ulang make up nya. "Gue balik duluan, ya."
"Yaudah. Udah jam setengah dua belas, thanks, ya." Balas Setta.
Yoga yang masih menatap monitor di depan melirik sekilas ke arah Anne, lalu berganti ke arah Dewo.
"Balik sendiri?" Tanya Dewo tiba-tiba.
Yoga yang mendengar sedikit membuang napas. "Yaiyalah, dia juga bawa mobil. Wo, kalo lo gak ada kerjaan, gabut, mending balik aja. Atau ngepel lantai lobby tuh, daripada gabutnya nganterin cewek."
Hah?
Dewo bingung dengan nada bicara Yoga yang terdengar seperti menyindir. Tak acuh, Dewo hanya menanggapinya dengan sedikit tawa. "Apaan dah? Kalah mau anterin Anne bilang aja, Bang." Dewo menghampiri kursi, lalu duduk dengan santainya. "Anne, Bang Yoga pengen nganterin lo, nih."
"Masih belum paham, ya, Wo?" Nada bicara ini rendah, namun kontradiktif.
"Ah, eh... Gue bawa mobil, jadi thanks buat tawarannya. Hmm.., balik duluan, ya." Anne yang peka akan situasi, akhirnya memilih mengundurkan diri sesegera mungkin.
"Ga, udahlah." Setta berusaha membuat suasana berubah.
Yoga sedikit berbisik kepada Setta yang tepat di sebelahnya, "bilangin dia, untuk jaga perasaan Arumi. Muak gue, Set."
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Yoon Dowoon
Fanfiction[slow...] Katanya menikah adalah menghabiskan sisa hidup bersama pasangan yang kita cintai. Namun, bagaimana jika menikah dan menghabiskan sisa hidup bersama seseorang yang tidak kita cintai? Bahkan tidak mengenalnya? ©dadancow