Ini Minggu pagi, di mana hari libur yang membuat Dewo berdiam diri di rumah sambil menonton film kesukaannya. Mari untuk tidak mengabaikan Arumi yang juga sedang sibuk membenah dapur supaya lebih rapi, karena pasalnya Anne ingin datang ke sini. Kemarin lusa Anne mengirim pesan kepada Arumi bahwa dia jadi untuk belajar masak dengan Arumi, hingga tepatlah hari ini bersamaan dengan bel rumah yang berbunyi Arumi bergegas ke arah pintu.
Dewo yang juga penasaran hanya curi-curi suara yang tertangkap di telinganya. Kemudian masuklah Arumi yang juga terdapat Anne di sebelahnya. Seketika lelaki itu berhenti menonton, "Mau ada apa?" Tanyanya.
"Anne mau belajar masak, Mas."
Anne mengangguk antusias.
"Oh... Kirain acara apaan."
"Ayo, Rum kita masak sekarang aja. Sekalian buat sarapan. Pasti kalian belum sarapan, kan?"
Arumi sedikit mengangguk, kemudian menuntun Anne menuju dapur yang terlihat bersih dari biasanya.
"Bersih banget dapurnya. Terawat." Anne mengacungkan jempolnya. "Apartemen gue gak sebersih ini."
Arumi hanya tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya.
"Ini baru dibersihin sama Arumi." Dewo menimpal dari arah belakang.
Anne mengangguk.
"I-iya, tadi baru dibersihin supaya kelihatan rapi, apalagi tamunya model."
Anne tertawa, "apaansih, jangan dilebih-lebihin."
Heheh..
"Mau masak apa?" Tanya Dewo sambil duduk di kursi makan.
"Kita masak mulai dari yang mudah dulu, ya. Gimana kalau nasi goreng aja?"
Anne mengangguk, "boleh, tuh. Nanti lo kasih tau apa yang harus gue lakuin, ya. Terus langkah-langkahnya juga." Pinta Anne.
"Iya. Ayo mulai dari cuci tangan dulu." Instruksi Arumi.
.
..
.
Di tempat yang berbeda, Jaffar dan Setta sedang berada di panti asuhan tempat mereka berdonasi atas nama studio mereka. Sudah lebih tiga tahun mereka berdonasi di tempat ini. Beberapa orang perwakilan juga ikut bersama mereka, sedang bermain dengan anak panti lain.
Mata Jaffar tertuju pada wanita terlihat lebih muda darinya yang sedang mengangkat kardus besar dan pergi keluar panti.
"Cepet pulang, ya, Kak!!" Beberapa anak panti bersuara kepada wanita itu. Kemudian dibalas dengan jempol yang diacungkan ke udara.
Wanita itu pergi berjalan kaki sambil mengangkat kardus itu sendiri. Anehnya Jaffar baru pertama kali bertemu wanita itu setelah tiga tahun ia sering berkunjung ke sini.
"Kenapa, Jaf?" Tanya Setta.
Jaffar hanya menggeleng, "nggak, kok."
.
..
.
Bel rumah berbunyi, Dewo dengan langkah santainya pergi untuk membuka pintu untuk Si Tamu. Yoga dan Widy yang dengan senyum lebar berdiri di depan pintu.
"Ngapain?" Tanya Dewo.
Widy mengintip dari balik Dewo keadaan di dalam rumah. "Kita ini tamunya Arumi, bukan lo."
Yoga mengangguk. "Arumi!" Panggil Yoga terdengar seperti anak kecil yang ingin mengajak bermain.
"IYAA!" Arumi menjawab. Tanpa melihat siapa yang datang, ia kembali bersuara, "Masuk aja sini!"
Dengan rasa bangga, Widy memasuki rumah. Begitupun Yoga yang juga masuk sambil membawa beberapa cemilan di kantong yang dibawanya.
"Nih, gue bawain cemilan tambahan."
"Repot-repot banget, sih. Lagipula kan aku yang ngajak makan bareng."
"Asik nih, kalo makannya ramai-ramai." Seru Anne yang tengah menyiapkan piring.
Dewo kembali dengan wajah yang muram. Apalagi tatapannya yang intens kepada Arumi, walaupun si empunya tidak menyadarinya.
"Bontot! Nih makanan, biasanya nomor satu." Panggil Widy.
Dewo hanya melengos mendengarnya, sambil melanjutkan bermain gamenya.
"Mas, ini makanannya udah siap, makan dulu sini." Suara yang keluar dengan lembut itu hanya membuat Dewo terpaku sebentar, namun kembali melanjutkan aktivitas awalnya.
"Nanti kalo laper juga dimakan, kita duluan aja." Sambar Yoga yang mulai jengkel dengan sikap Dewo kepada Arumi.
"Wo, sini dong. Kita tuh di sini mau makan bareng-bareng, bukan makan tanpa lo." Suara Anne, namun Dewo masih tetap diam. Sampai akhirnya semua mulai sibuk mengambil posisi, justru postur tubuh tinggi Dewo menyalip di antara Arumi dan Widy. Alhasil bangku yang tadi ingin dipakai Widy menjadi hak milik Dewo.
"Tadi gak mau!!" Ujar Widy dengan nada menyindir.
Anne yang melihat kejadian itu hanya tertawa gemas dan menyuruh Widy duduk di sampingnya.
"Enak, nih, siapa yang bikin?" Yoga bersuara.
"Gue sama Arumi lah, masa Dewo."
"Kok gue dibawa, sih?"
Melihat ekspresi Dewo membuat semuanya mendadak tertawa, tak terkecuali Arumi, baru pertama kali ia melihat sifat Dewo yang seperti ini.
"Mas Dewo, kamu sensian banget, deh." Arumi lanjut tertawa, sambil menatap suaminya. Entah kenapa Arumi sangat senang melihat Dewo yang seperti ini, dibanding yang selalu diam tak berbicara satu kata pun.
..
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Yoon Dowoon
Fanfiction[slow...] Katanya menikah adalah menghabiskan sisa hidup bersama pasangan yang kita cintai. Namun, bagaimana jika menikah dan menghabiskan sisa hidup bersama seseorang yang tidak kita cintai? Bahkan tidak mengenalnya? ©dadancow