"Bunda pamit dulu, ya."
Arumi tersenyum sambil menyalimi tangan Regita. "Bunda jaga kesehatan, ya."
Regita mengelus puncak kepala Arumi, "iya. Kamu juga. Kalo Dewo nakal, bilang Bunda, biar Bunda hukum."
Dewo yang melihatnya hanya mendengus, "ayo Bunda, nanti keburu macet."
"Iya, iya, bawel banget sih anak ini." Regita beralih lagi pada Arumi. "Bunda pulang dulu, ya."
Arumi mengangguk.
Kemudian Regita memasuki mobil untuk pulang dengan diantar oleh Dewo. Melihat mobil hitam Dewo sudah menjauh, Arumi masuk kembali ke dalam rumah dan bersiap untuk merapikan rumah dan bersantai.
Aktivitasnya dimulai dari membersihkan kamar-kamar yang ada di rumah. Tangannya dengan terampil membersihkan kamar yang dipakai Regita menginap semalam, kemudian kamarnya dan terakhir kamar suaminya. Dibukanya perlahan kenop pintu, dan mendorongnya pelan. "Sejak kapan ada electronik drum?" Ketika matanya langsung disambut oleh alat di sudut kamar itu.
Tidak ingin penasaran, Arumi hanya membersihkan pakaian kotor Dewo dan merapikan isi lemari suaminya itu. Arumi terus tersenyum saat sedang merapikan lemari Dewo. Memang khas lemari laki-laki, tak beraturan.
Akhirnya selesai. Arumi menenteng beberapa pakaian kotor Dewo dan bersiap meninggalkan kamar. Arumi jalan menuju bawah, ke arah ruang laundry, menaruh pakaian Dewo di keranjang kotor. Dari luar terdengar suara mesin mobil yang dimatikan. Arumi berjalan keluar memastikan siapa yang datang, seperti dugaannya, Dewo datang.
"Mas, kok pulang lagi?" Arumi bertanya, karena sebelumnya Dewo bilang sehabis mengantar Regita ia akan langsung pergi ke studio.
"Laper."
"Oh, mau dibuatin apa?"
Memang tadi mereka belum sempat sarapan, karena masih pagi jadi Regita menolak untuk sarapan bersama dan memilih langsung pulang.
"Apa aja."
Arumi bergegas menuju dapur mengikuti Dewo yang sudah ke sana dan duduk di meja makan. Seperti biasa, Arumi mengambil bahan di kulkas dan membuat sarapan nasi goreng untuk Dewo.
"Nasi goreng gak apa-apa kan, Mas?"
"Hm."
Dewo memperhatikan Arumi memasak, kepalanya tiba-tiba teringat omongan bundanya di mobil tadi.
"Jangan kira bunda asal pilih istri buat kamu, karena bunda sayang sama kamu-lah bunda pilih Arumi."
Dewo memegangi kepalanya.
Arumi menengok sekilas. "Mas?"
Dewo mendongak.
"Pusing? Mau minum obat? Istirahat?"
Dewo dengan cepat menggeleng. "Laper gue, gc dong!"
"I-iya, iya."
Maksud bunda apa sih?
Dewo terngiang kembali ucapan bundanya, "bunda pengen cucu, buat sana cepet."
"GILAAA!!! Bisa gila gue!!" Dewo berteriak.
PRAANGG...!
Arumi yang mendengar teriakan Dewo, spontan menjatuhkan spatulanya. Beberapa butir nasi juga berserakan di lantai. Dewo yang melihat berdiri dan langsung melihat apa yang terjadi.
"Haduh, kaget, ya?"
"Iya." Arumi mulai berjongok dan memungut butiran nasi di lantai. "Lagian Mas kenapa sih, teriak gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Yoon Dowoon
Fanfic[slow...] Katanya menikah adalah menghabiskan sisa hidup bersama pasangan yang kita cintai. Namun, bagaimana jika menikah dan menghabiskan sisa hidup bersama seseorang yang tidak kita cintai? Bahkan tidak mengenalnya? ©dadancow