Dewo POV
-flashback on-
"Bisa tolongin gue?" Suara itu. Nada suara itu terdengar panik di telinga gue. Napas sang penelpon juga terengah seperti sedang lelah. Gue yang awalnya seneng dapat telepon dari dia tiba-tiba merasa sesak sesaat setelah mendengar kalimat itu keluar.
Kemudian disambut dengan isakan kecil yang membuat gue makin panik. Gue bertanya-tanya kenapa dia. Sampai akhirnya suara itu kembali keluar.
"Nyokap gue, Wo."
Gue kaget setelah kalimat itu keluar dibarengi tangisan yang luar biasa sakitnya. "Nyokap lo kenapa, Anne?"
"Dia kabur dari rumah sakit." Jawaban itu semakin memperjelas. "Bantuin, bantuin gue nyari, Wo."
Tanpa pikir panjang gue langsung ambil kunci mobil dan bergegas ke rumah sakit jiwa di mana nyokapnya Anne dirawat. Gue udah tau masalah keluarganya dari jaman kuliah. Saat itu mungkin menjadi hari-hari terpuruk dalam hidup Anne.
Gue inget di mana hari saat dia mabuk di bar tiga tahun lalu. Gue emang bandel ya, ikut-ikutan Bang Yoga main ke sana. Tapi di sanalah awal gue tau dia. Orang asing yang tiba-tiba datengin gue dan ceritain permasalahan yang lagi dia hadapin. Anne lo pasti capek, ya?
Keluarnya berita kalau papanya selingkuh bikin dia jadi bahan bully di kampus. Dia senior gue, tapi waktu gue lihat mukanya yang penuh kesedihan gue jadi prihatin sama hidupnya. Dari situ gue beraniin diri untuk lebih deket. Walaupun gue suka dibilang aneh sih mau deket sama kating yang dibully satu kampus. Tapi, itu bukanlah peristiwa paling terpuruk baginya.
Jika dikatakan papanya selingkuh dan bercerai dengan mamanya adalah yang terpuruk, namun yang paling terpuruk dari yang terpuruknya ialah dua tahun lalu, saat kakak satu-satunya harus pergi meninggalkan dia. Setelahnya disusul mamanya yang masuk rumah sakit jiwa. Kemudian berakhir dia harus ikut tinggal bersama papanya, termasuk ibu tirinya juga. Saat kejadian itu gue udah gak pernah lagi kontakan sama dia, gak ketemu satu sama lain lagi. Sampai akhirnya gue liat dia di salah satu akun instagram online shop yang menjadikan dia sebagai modelnya, kira-kira itu satu tahun dua bulan yang lalu.
Balik ke saat ini, sekarang gue lagi berangkat ke rumah sakit jiwa tempat mamanya dirawat. Gue kelabakan juga, kecepatan mobil gue udah hampir melampaui batas. Gue harus cepat.
Sesampainya di tujuan, gue lihat perempuan itu kelihatan gelisah bersama beberapa suster yang ikut menenangkan. "Anne!" Panggil gue, sambil terburu-buru menutup pintu mobil.
Dia, setelah lihat gue datang, tangisnya makin menjadi. "Dewo...." Isaknya beberapa kali.
Gue yang udah berdiri di depannya membawanya ke arah tepi halaman agar dia bisa duduk.
Gue tau ini pasti sulit buatnya. Kalau gue di posisi ini gue gak yakin gue bakal kuat sendirian.
Anne tenang setelah beberapa menit menangis di bangku halaman, ditenangi juga oleh suster penjaga yang berkata bahwa beberapa staff sudah mulai pencarian. Suasana sedikit lebih tenang dibandingkan tadi.
"Mama... Mama," ucapnya beberapa kali sembari memilin tangannya gusar.
Jujur, gue gak tega liatnya.
Tanpa pikir panjang, gue menjulurkan tangan gue untuk menangkup kedua tangan Anne itu. Setidaknya ketenangan bisa tersalur ke dalam hatinya. Tangan itu gue genggam seerat mungkin.
"Nyokap lo pasti ketemu."
Setelahnya sunyi, tidak ada percakapan di antara kita. Suster yang menjaga gue persilakan pergi. Anne benar-benar terpuruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Yoon Dowoon
Fanfiction[slow...] Katanya menikah adalah menghabiskan sisa hidup bersama pasangan yang kita cintai. Namun, bagaimana jika menikah dan menghabiskan sisa hidup bersama seseorang yang tidak kita cintai? Bahkan tidak mengenalnya? ©dadancow