Risih

627 96 8
                                    

Arumi meletakan piring terakhir di rak, kemudian berbalik menatap Anne yang juga membantunya mencuci piring tadi.

"Seru banget, ya, kalo tinggal bareng gini."

Arumi mengernyitkan dahi, bingung dengan apa maksud dari perkataannya.

"Gue tinggal sendiri di apart, sepi banget, kalo lagi gak ada tamu sunyi. Makanya gue selalu habisin waktu di luar."

Arumi mendengar dengan saksama. Melihat perempuan di depannya ini memasang wajah murung, membuatnya iba. Namun, mulutnya tetap bungkam, membiarkan Anne selesai bercerita.

"Lo tau kenapa gue mau jadi model?"

Arumi terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab, "karena itu passion kamu?"

"Nope, wrong." Koresinya, sambil menghela napas panjang. "Gue dulu gak minat sama fashion, sampai gue ditawarin jadi model pengganti dalam satu pekan. Selama satu pekan itu gue ngerasa bebas banget." Anne menatap Arumi. "Rum, kita tuh seumuran, tapi sikap dewasa lo bikin gue ngerasa punya kakak lagi."

Arumi semakin bingung.

"Makasih, ya, udah mau ngundang gue main ke sini." Anne menggenggam tangan Arumi erat sambil berkata, "Rum, lo mau jadi temen gue nggak?"

Arumi tercekat dengan permintaan yang menurutnya tidak masuk akal, "jelaslah. Jelas aku mau jadi teman kamu. Kenapa pakai tanya?"

Anne menunduk sambil menggeleng pelan. "Thanks, ya."

Arumi menenangkan Anne beberapa saat sebelum akhirnya mereka pergi ke ruang tamu, dimana tiga orang lain sedang menunggu mereka untuk bermain game bersama.

Arumi masih tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Anne tadi. Tetapi melihat Anne yang begitu sedih membuat hati Arumi tergerak kepadanya. Membuat Arumi perlahan dapat menerima bahwa Anne merupakan seseorang yang dikagumi suaminya.

.
.

.

.

Anne, Yoga, dan Widy sudah pulang beberapa jam yang lalu. Tersisa Dewo yang masih sibuk dengan ponselnya dan Arumi yang baru bangun tidur. Perempuan itu menuruni tangga sambil mengusap-usap matanya.

"Kamu gak ke studio, Mas?"

Tanpa mengalihkan fokusnya, Dewo menjawab, "weekend libur."

Arumi mengangguk walau sebenarnya dia masih bingung. Sebelumnya weekend atau bukan pun Dewo tetap ke studio, karena alasannya bosan di rumah.

Arumi pergi mengambil cemilan yang tersisa tadi pagi. Lalu duduk di seberang sofa yang Dewo tempati. Melihat itu Dewo melirik sebentar, sebelum akhirnya kembali fokus dan memaklumi tindakan Arumi.

Bukan kepedean atau bagaimana, namun Dewo sedikit berharap Arumi mau duduk lebih dekat dengannya dan berbagi cemilannya bersama. Tidak disangka istrinya itu hanya duduk bersila sambil menyalakan televisi.

Dewo berdeham memecahkan fokus Arumi pada acara televisi yang sedang berlangsung. "Bunda mau ajak makan malam bareng pekan depan."

"Minggu?"

"Iya."

Arumi berhenti menyemil, kemudian menatap Dewo. "Gimana, Mas? Kalau Mas setuju aku juga."

"Bunda mau kita berangkat sore, katanya biar lo bantu-bantu masak di sana."

Arumi lagi-lagi mengangguk. "Kalau Mas oke, aku oke."

"Gak jelas lo."

Arumi hanya tersenyum menanggapinya.

Mas, kalau aku mau banget. Tapi kalau kamu gak nyaman, gak perlu pergi juga gak apa, Mas. Arumi membatin.

"Lo gak ada acara, kan?"

Arumi menggeleng.

"Gue juga libur."

Arumi mengangguk pelan.

"Berangkat agak sore aja, biar gak terik banget."

Arumi mengangguk sambil tidak henti-hentinya tersenyum.

"Gue bilang Bunda kita datang jam empat."

"Iya, Maas~"

.

.

.
.

- Arumi's phone.

Anne: Arumi, makasih buat makanannya ya. Makasih juga udah mau terima gue jadi temen lo

Iya, Anne. Makasih juga loh ya, udah mau main ke sini
Kapan-kapan main lagi, ya

Anne: siip!! Pasti!

- Dewo's phone.

Besok-besok kalau main ke
rumah bilang gue

Widy: siapa lo?

Mas Setta: ada apa?

Itu juga rumah gue.
Kalaupun diundang Arumi,
bilang gue dulu

Bang Yoga: kenapa?

Karena itu rumah gue
Arumi istri gue

Bang Yoga: oh, istri, ya?
Bang Yoga: kemarin bilang bukan

Bang Jaffar: udah, udah. Gini aja diributin

Bang Yoga
Gue tuh risih,
Ngeliat lo terlalu deket sama Rumi
Lo juga, Wid

Widy: kok gue juga?
Widy: emang gak boleh temenan

Bang Yoga: siap, Pak Suami! Wkwk

Mas Setta: udah nih, Yoga inget nih
Mas Setta: udah kena kan mangsanya?

Bang Yoga: ay, ay, kapten~

Bang Jaffar: jealous, are you?

Nggak, bang. Cuma risih aja

Bang Jaffar: you are.

Widy: kijang satu masuk, kijang dua

Nggak, bang

Mas Setta: bye. Gnight

Bang Yoga: hoaaammm....

Bang
BAAAANGGG!!!
NGGAK LOH INI
BENERAAANN

Bang Jaffar changed this group's settings to allow only admins to send messages to this group

.
.

.

.

Marriage Life | Yoon DowoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang