"Rumi... Rumi bangun, Nak." Regita mengguncang pelan tubuh Arumi yang tertidur di atas sofa ruang tamu.
Arumi mengerjapkan matanya pelan, "bunda!" Arumi dengan refleks bangun dan berdiri. "Bunda kapan datang? Bunda masuk lewat mana?"
Regita tersenyum. "Lewat pintu depan dong." Kemudian kakinya melangkah ke arah dapur. "Bunda tanya, kamu kenapa tidur di sofa? Dewo mana?"
Arumi membenahi ikatan pada rambutnya dengan asal sambil berjalan mengikuti Regita. "Belum pulang." Arumi menjawab seadanya.
"Loh, kemana dia? Semalaman gak pulang?! Anak itu."
Arumi mengangguk. "Katanya ada urusan. Semalam Rumi udah tunggu tapi belum pulang juga."
Regita berhenti menyiapkan sarapan yang dibawanya tadi. "Jangan-jangan anak itu masih kerja di studio Nak Setta. Hhh... Bunda sudah larang berkali-kali, Dewo memang keras kepala." Regita mengeluarkan ponselnya. "Biar Bunda telepon dia. Suami mana yang tega meninggalkan istrinya di rumah sendirian?"
"Bun, nggak usah, Mas Dewo mungkin nginep di rumah temannya."
"Bunda?"
Suara itu berasal dari lantai dua, di pagar pembatas sana berdiri Dewo dengan wajah bantalnya. Menggaruk rambutnya yang memang sudah berantakan, sambil menuruni tangga.
"Loh Mas, kapan pulang?"
"Kamu ini!! Kenapa biarin Rumi tidur di sofa ruang tamu? Kenapa gak kamu pindah ke dalam kamar kalian, hah?!!" Regita mengetuk kepala Dewo dengan sendok makan saat Dewo sudah berdiri di depannya.
"Aaw..." Pekik Dewo. "Dia keliatan lebih nyaman di sofa ketimbang di kasur empuk, Bun."
"Mulutmu itu, ya!"
Dewo mengambil sendok, dan menyendok masakan bundanya. Dewo sengaja mengabaikan pertanyaan Arumi rupanya, terlihat dari matanya yang sekarang melirik tajam ke arah istrinya itu. Kemudian disusul senyum sinis khasnya.
"Dewo." Panggilan itu membuat si empunya nama mendongak. "Bunda sudah bilang, berhenti kerja dengan Nak Setta. Kamu harus fokus dengan pekerjaan di kantor kamu nanti, dan jangan pernah kamu tinggalkan istri kamu sendirian di rumah lagi."
Dewo mengangguk malas.
"Bunda serius ini, loh." Seru Regita sambil memukul bahu anak laki-lakinya itu.
"Aduh! Iya bunda, iya."
Sedangkan Arumi menunduk sambil memainkan sarapan paginya. Pikirannya berkeliaran, ternyata memang dirinya tidak dianggap ada oleh Dewo.
Arumi melirik sekilas ke arah sang suami, sebegitu bencinya dia sama aku?
"Nak Arumi." Panggil Regita.
"Iya, Bun?"
Regita tersenyum, "dimakan dong sarapannya."
Arumi membalas senyum itu, "iya, Bun."
°
°
°
Arumi sedang membersihkan kamar yang akan dipakai Regita untuk menginap sehari. Katanya ingin menemani Arumi di rumah, ditambah lagi Dewo yang suka pulang pagi itu harus sesekali diberitahu bahwa dia sudah memiliki istri yang selalu menunggunya pulang.
"Bagaimana malam pertama kamu?"
Arumi membeku. Aktivitasnya terhenti, "maksud Bunda?"
Regita yang sedang melipat bajunya tersenyum-senyum sendiri. "Kamu jangan pura-pura, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Yoon Dowoon
Fanfiction[slow...] Katanya menikah adalah menghabiskan sisa hidup bersama pasangan yang kita cintai. Namun, bagaimana jika menikah dan menghabiskan sisa hidup bersama seseorang yang tidak kita cintai? Bahkan tidak mengenalnya? ©dadancow