Dihitung berurutan, sudah sebanyak tujuh hari Arumi pergi bolak-balik setiap pagi menuju studio suaminya. Namun yang didapatinya hanya jawaban yang sama. Setta yang melihat Arumi duduk di sofa tamu langsung menghampirinya.
"Rumi?"
Arumi sontak mendongakkan kepalanya, melihat si empunya suara itu senyum Arumi langsung terulas. "Mas Setta."
Setta tersenyum, bagaikan virus yang menular hal itu membuat senyum Arumi semakin mengembang. Tatapan matanya juga mendalam seiring detik berganti. Sampai Arumi tak kuat dan mengalihkan pandangan ke depan. "Kenapa lihatin aku kayak gitu, Mas?"
Setta akhirnya menghembuskan napas, sepuluh jemarinya saling bertaut sehingga membuatnya semakin berwibawa. "Gak capek?"
Arumi menggeleng. Bagaimana bisa dia mengeluh lelah pada pernikahannya? Pernikahan adalah sekali seumur hidup baginya, jadi kata lelah tidak ada di dalam kamusnya.
"Dewo kemarin ke sini, dia bantuin studio sampai sore. Sehabis on air dia pergi buru-buru. Gak tau tuh bocah naik apa, mobilnya ditinggal." Jelas Setta, lelaki itu memberikan tatapan teduh lagi pada Arumi. "Dia belum pulang, ya?"
Arumi mengulas senyumnya kembali, tak lama kepalanya menggeleng pelan.
"Arumi, gue gak tau itu anak lagi ada masalah apa. Biasanya dia bakal cerita, seenggaknya gak sampai lama kayak gini. Gue yakin dia punya alasan untuk gak cerita ke kita semua." Setta mencoba menghibur, namun sepertinya tidak berhasil sebab Arumi hanya terdiam sambil melemaskan pundaknya. "Lo pasti khawatir, gue yang sahabatnya aja khawatir gimana lo yang istrinya, Rum."
"Iya, Mas. Aku bakal bisa lebih mengerti Mas Dewo lagi. Aku harap pas dia pulang nanti dia bisa ceritain masalahnya ke aku. Minimal cerita ke Mas Setta dan yang lain." Arumi menekan genggamannya lebih erat lagi.
Setta mengangguk semangat, "ya, itu harus."
"Arumi!"
Setta dan Arumi secara refleks menoleh ke arah sumber suara. Siapa lagi, dia adalah Yoga. Lelaki itu melambaikan tangannya antusias.
Huuuh.... Jarang sekali Arumi berpapasan dengannya saat mampir ke sini. Ya karena kata Setta dan Widy, Yoga adalah yang tersibuk setelah Jaffar.
Lelaki itu berlari kecil dengan senyuman merekah yang terukir di wajahnya. Yoga memang selalu seperti itu.
"Mas Yoga lagi free?"
"Apanya yang free ini cuma break bentar doang, terus gue mau ke kantin, laper...." Jelas Yoga sambil memegangi perutnya.
"Yaudah makan, gih." Sahut Setta. "Arumi, makan juga sana bareng Yoga."
Yoga yang mendengar juga kelihatan senang, lelaki itu menatap Arumi dengan tatapan memelas. Membuat orang yang ditatapnya tentu saja tertawa gemas.
"Yaudah ayo."
.
.
.Yoga menatap Arumi yang duduk di hadapannya. Perempuan itu tidak akan memesan apapun kalau bukan Yoga yang memaksanya memesan satu es teh manis. Melihat Arumi yang seperti ini membuat yoga ingin sekali meninju Dewo. Bukan apa-apa, Yoga tahu jika Dewo mencintai Arumi, namun bagaimana bisa cinta begitu sangat menyakitkan untuk Arumi?
Untuk beberapa alasan, Dewo adalah pelaku dalam kasus ini. Walaupun sejujurnya Yoga tahu betul pasti lelaki itu memiliki masalah, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Dewo tidak memberitahunya?
"Rumi."
Mendengar namanya dipanggil, Arumi membuyarkan fokusnya pada teh manisnya dan menatap Yoga.
"Mulai besok gak perlu datang ke studio lagi. Lo pasti capek."
Arumi tersenyum. Perempuan itu entah mengapa handal sekali tersenyum bahkan saat hatinya terluka. "Gak apa-apa, Mas. Aku lebih lega begini daripada diam di rumah."
"Mas," panggil Arumi. "Anne pernah ke studio lagi?" Lanjutnya dengan hati-hati.
"Nggak. Kontraknya sama kita cuma seminggu, jadi dia udah bukan bintang tamu lagi." Jawab Yoga sambil kemudian menyeruput es teh manisnya. "Kenapa emang?"
Arumi menggeleng cepat. "Bukan apa-apa."
Bukankah ini hal yang wajar? Arumi mencurigai Anne. Anne adalah teman yang baik, namun melihat Dewo yang terlihat masih memiliki rasa kepada Anne membuat hati Arumi bimbang dan sakit secara bersamaan. Arumi hanya menakuti apa yang ia takuti.
"Kalo Dewo balik ke studio bakal gue hajar dia."
Arumi tertawa kecil mendengarnya, apalagi melihat mimik wajah Yoga yang lucu membuatnya semakin gemas.
"Sorry, ya, karena gue gak bisa cegah dia pergi. Gue sibuk banget. Bahkan dia ke sini pagi-pagi buat mandi terus pergi lagi, tapi gak tau tadi pagi dia pergi gak bawa mobil. Mobilnya masih diparkir di halaman."
"Iya, gapapa. Aku tahu dia baik-baik aja udah lega." Ujar Arumi lirih.
Pasti capek ya, Rum? Gue gak nyangka kalo Dewo bakal jadi sebrengsek ini, Batin Yoga.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Yoon Dowoon
Fanfiction[slow...] Katanya menikah adalah menghabiskan sisa hidup bersama pasangan yang kita cintai. Namun, bagaimana jika menikah dan menghabiskan sisa hidup bersama seseorang yang tidak kita cintai? Bahkan tidak mengenalnya? ©dadancow