Entah hari ini ada apa, tapi Dewo pulang lebih awal dari biasanya. Arumi yang tadi tengah sibuk dengan tontonan di hadapannya langsung mengalihkan pandangan ke arah pintu utama. Dewo dengan wajah pucat dan tubuh yang terlihat lemas. Melihat itu buru-buru Arumi menghampirinya dengan perasaan khawatir. "Mas kenapa?"
Dewo hanya menggeleng sambil membungkam mulutnya rapat. Pergi begitu saja melewati Arumi, membuat pertanyaan-pertanyaan di kepala Arumi yang ia tahu tidak akan terjawab jika bertanya langsung.
Drrt...drrtt...
Arumi mengambil ponselnya, pesan dari Regitta di grup.
Bunda: Dewo kalo pulang studio jangan malam-malam
Bunda: udah masuk musim hujan, udara dingin. Jangan terlalu sering begadangArumi semakin bertanya-tanya. Sebelum rasa penasarannya bertambah, pesan lainnya muncul dari orang yang sama.
Bunda: nak Rumi, tolong Dewo dijaga ya. Kalo dia gak mau, bilang bunda, biar bunda omelin
Bunda: dia gampang sakit soalnyaGampang sakit...?
Arumi membalas pesan kepada Regitta, sebelum akhirnya pergi menuju kamar Dewo. Pelan-pelan kakinya melangkah, dan menguping suara dari luar kamar. Samar-samar terdengar suara gumaman tak jelas dari dalam.
Cklek.
Arumi membeku. Matanya bertatapan langsung dengan Dewo yang sudah berdiri sangat dekat di depannya. Sedangkan Dewo diam dengan tatapan tidak peduli.
"Ng... Mau makan?" Tanya Arumi.
"Siapin, gih."
Setelah mengatakan itu, Dewo langsung berjalan turun menuju dapur disusul Arumi di belakangnya. Sampai di meja makan, seperti biasa Arumi menyiapkan makanan Dewo di piring.
"Selamat makan." Ucap Arumi, kemudian menyantap hidangannya. Berbeda dengan Dewo yang bermalas-malasan, bahkan untuk menyendok sesuap nasi. Wajah lelaki itu juga agak pucat, tidak seperti biasanya. "Mas nggak apa-apa?" Tanya Arumi akhirnya.
Dewo hanya menggelengkan kepalanya.
Tidak bertanya lebih lanjut. Arumi hanya mengangguk dan kembali melanjutkan makannya.
Lama mereka sama-sama diam. Sampai Dewo bangkit dari kursinya, "gue ke kamar dulu, ya." Kemudian berjalan lemah ke arah tangga.
"Mas, ini makannya belum habis."
"Full."
Tidak seperti biasanya, meskipun Dewo selalu berkomentar kalau masakan Arumi terlalu biasa, tapi makanan yang disiapkan Arumi selalu tak pernah tersisa.
Buru-buru Arumi membersihkan piring bekas makan malamnya. Agak tergesa, ia menaiki tangga dan berdiri di pintu kamar Dewo. Diketuknya pintu itu sambil menunggu jawaban dari dalam. "Mas? Udah tidur, ya?" Arumi berasumsi. Digenggamnya gagang pintu, dan perlahan memutarnya. Mengintip si empunya kamar.
Huuh... Syukurlah tidur
Arumi berjalan mendekati ranjang dengan amat perlahan, bergerak menatap wajah suaminya itu yang tidur sungguhan. Kemudian mengecek suhu Dewo dengan menyentuh dahinya.
"Ya ampun. Ini... Ini mah demam."
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life | Yoon Dowoon
Fanfic[slow...] Katanya menikah adalah menghabiskan sisa hidup bersama pasangan yang kita cintai. Namun, bagaimana jika menikah dan menghabiskan sisa hidup bersama seseorang yang tidak kita cintai? Bahkan tidak mengenalnya? ©dadancow