Emosi

10.9K 1K 44
                                    

Alarm ponsel Ara berdering. Saat ini pukul 05:30 pagi. Ara membuka matanya dan mematikan alarm itu. Ara tersenyum, saat ini ada Chika di pelukannya. Semalam mereka ketiduran sehingga Chika tidak pulang kerumahnya.

Ara mengusap pelan pipi Chika.

"Ica, bangun yuk." ucap Ara.

Chika membuka matanya perlahan, ia menautkan alisnya melihat Ara ada didepannya. Chika teringat, ia ketiduran di apartment Ara.

"Pagi sayang." sapa Ara. Chika masih menatap Ara lalu tersenyum.

"Pagiii..." jawab Chika yang mengeratkan pelukannya ke Ara. Chika menaruh kepalanya di dada Ara. Ara mengusap kepala Chika.

"Can i get a morning kiss?" tanya Ara.

Chika mengangkat wajahnya sejajar dengan Ara. Lalu mengecup bibir Ara dan tersenyum. "Sure, you got this." ucap Chika.

Ara tidak tahan melihat Chika yang sangat cantik pada saat bangun tidur lalu mencium bibir Chika lagi. Ara melumat bibir atas Chika. Sedangkan Chika mengikuti permainan Ara.

Chika meringis pada saat Ara menggigit bibir bawahnya. Lidah Ara langsung masuk ke dalam mulut Chika. Mereka saling melumat tanpa melibatkan nafsu. Merasa pasokan oksigen sudah menipis, mereka melepaskan pagutan bibir.

"Maaf, Ica. Sakit?" tanya Ara. Jarinya tergerak memegang bibir bawah Chika yang ia gigit tadi. Ara terlalu menekan gigitannya, ia merasa bersalah.

Chika menggeleng "Enggak kok." lalu Chika tersenyum.

Ara membalas senyuman Chika, tangannya tergerak membenarkan rambut Chika yang sedikit menghalangi wajah Chika.

"Mandi dulu gih. Nanti pake seragam aku. Habis itu aku anterin kamu ambil barang yang perlu dibawa ke sekolah hari ini. Sekalian mau minta maaf ke mami kamu. Semalem belum ijin nginep disini." ucap Ara.

"Iyaa bawel." Chika terkekeh. Chika langsung berdiri dari kasur dan berjalan ke kamar mandi, meninggalkan Ara yang mempoutkan bibirnya karena sedikit kesal.

---

Saat ini kelas 11 IPA 1 sedang berada di lapangan sekolah. Mereka sedang beristirahat setelah melaksanakan praktik senam lantai.

"Hai Chik." panggil seorang laki-laki datang mendekat ke arah Chika. Chika, Jinan, Dey, dan Ashel yang sedang bercanda sontak menoleh ke sumber suara.

"Mau apa lo?" sinis Dey. Chika hanya menghela napasnya, ia malas berurusan dengan orang ini.

"Gue manggil Chika, bukan lo." sahut orang itu lagi.

"Mirza, lo mending pergi." ucap Chika kepada orang yang memanggilnya tadi. Namanya Mirza, teman sekelas Chika yang jarang masuk tetapi masih bisa bertahan di Tamra High School ini. Mengapa? karena ayahnya adalah teman dekat Gerald. Tentu, Mirza aman berkat orang dalam.

"Tambah cantik aja, Chik." Mirza tidak menghiaraukan perkataan Chika tadi.

"Gausah cari masalah. Bisa pergi ga?" sinis Jinan.

"Eits, ini kenapa temen-temennya yang ribut? Chikanya aja ga nolak kok." ucap Mirza yang semakin mendekatkan dirinya ke Chika.

"Iya kan, sayang?" lanjut Mirza yang kini memegang pergelangan tangan Chika. Sejak kelas sepuluh, Mirza terobsesi oleh Chika. Padahal Chika selalu menolak dan tidak memperdulikannya. Tetapi hal itu tidak membuat Mirza mundur. Bahkan dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan Chika.

Reach You (Chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang