Sayang Ica

9.3K 913 22
                                    

"Ara," panggil Chika.

"Iya?"

"Kamu capek sama aku?"

Ara menautkan alisnya. "Kenapa tanya gitu?"

"Aku cuma kepikiran, terus gak enak juga sama kamu. Seakan-akan kamu yang berusaha buat selalu ada kalo aku lagi ada masalah. Polanya masih gitu. Aku ngerasa belum bisa kasih kamu apa-apa sampai sekarang." ucap Chika.

Ara menghentikan mobilnya. Lampu lalu lintas di depannya berwarna merah. Ia menghadapkan dirinya ke samping mengarah ke Chika. Ara memegang tangan Chika.

"Ica," panggil Ara. Mereka bertatapan, Ara memberikan senyum hangat kepada Chika.

"Aku pernah ngeluh tentang itu?"

Chika menggeleng.

"Aku pernah nuntut kamu buat ngelakuin sesuatu?"

Chika menggeleng lagi.

"Kamu inget dulu aku pernah ngomong kalo aku mau selalu ada dan ngejagain kamu?"

Kini Chika mengangguk. Ara mengusap pipi Chika.

"Aku bahagia kalo bisa bikin kamu seneng lagi. Secara gak sadar, perhatian dan hal-hal kecil dari kamu udah ngebuat aku bahagia." ucap Ara.

"Maaf, Ara."

"Ga ada yang perlu dimaafin. Jangan mikir gitu lagi ya?"

Chika mengangguk. Ara tersenyum lalu mengacak rambut Chika dan melajukan mobilnya kembali karena lampu sudah hijau.

"Udah makan?" Chika membuka suara lagi.

"Belum sempet. Tadi seharian di sekolah ngurus keanggotaan ekskul dance yang baru." Ara masih fokus menyetir.

"Sekarang cari makan dulu."

"Nanti aja, Ica. Aku belum laper."

"Araaa,"

"Iya yaudah kita cari makan dulu yaa sayang." Ara tidak ingin Chika marah kepadanya hanya karena menunda makan.

"Besok lagi kalo sibuk jangan sampe lupa makan. Kalo ga sempet ke kantin kabarin aku aja, nanti aku bawain makanan." ucap Chika.

Ara tersenyum. "Iyaa Ica, maaf ya."

Ara memberhentikan mobilnya di cafe. Mereka berdua keluar mobil dan berjalan masuk ke dalam. Ara menggenggam tangan Chika.

"Selamat datang. Mau di indoor atau outdoor kak?" tanya salah satu pelayan cafe yang menyambut Chika dan Ara.

"Indoor aja." jawab Chika.

"Baik, mari saya antarkan."

Chika dan Ara berjalan mengikuti pelayan. Mereka kini sudah duduk di kursi dan juga sudah memesan makanan.

"Sini." ucap Chika. Ia mengarahkan kepala Ara ke bahunya.

Ara lalu memeluk Chika dari samping, kepalanya bersender di bahu Chika.

"Ara," panggil Chika.

"Iyaa kenapa?"

"Aku jadi penasaran, keinget kata-kata mama kamu kemarin."

Ara mengernyitkan dahinya. "Yang mana?"

"Kamu dulu suka nge ghosting." ucap Chika sambil terkekeh.

"Ih enggak tau. Emang yang deket sama aku dulu ada beberapa, tapi jujur aku gak ada niatan buat jadiin mereka pacar. Aku berbuat baik ke orang-orang, tapi merekanya salah nangkep. Jadi ya gitu deh." jawab Ara.

"Berarti kamu juga cuma berbuat baik ke aku sama kaya yang lain?" tanya Chika.

"Beda. Jujur aku ga percaya love at first sight. Karena itu bisa aja cuma karena nafsu. Makanya aku berusaha buat deketin kamu sekalian mastiin aku beneran sayang sama kamu apa enggak." ucap Ara, ia mengeratkan pelukannya pada Chika. Chika mengusap pelan kepala Ara yang masih ada di bahunya.

"Kalo kemaren kamu nolak aku ... " Ara menggantungkan kalimatnya.

"Kalo aku kemaren nolak kamu kenapa?"

"Aku gak akan kejar kamu lebih lagi. Karena itu udah keputusan kamu, dan aku juga bukan tipe orang pemaksa." jawab Ara.

"Jangan bosen denger aku ngomong gini ya, Ara. Aku bersyukur banget bisa kenal sama kamu. Makasih udah selalu ada, tapi maaf juga aku jadi ikut ngebebanin kamu sama masalah aku." ucap Chika lirih.

"Enggak sama sekali. Udah ya mending kita bahas yang seneng-seneng aja." ucap Ara.

Chika mengangguk.

"Oh iya lupa."

"Apa?" tanya Chika.

"Sayang Icaaaa." ucap Ara, ia mengeratkan pelukannya pada Chika.

"Dasar, kirain apaan." Chika tersenyum lalu mengusap rambut Ara lagi.

"Permisi kak, ini makanannya." ucap pelayan yang membawakan satu piring spaghetti, caramel macchiato, dan greentea.

Ara melepaskan pelukannya dari Chika lalu menegakkan duduknya.

"Makasih." ucap Ara dan Chika kepada pelayan cafe. Pelayan itu mengangguk lalu berjalan menjauh dari meja mereka berdua.

Chika menemani Ara makan. Ia tidak makan karena tadi sebelum pulang sekolah sempat ke kantin untuk membeli makanan. Sekitar satu jam mereka berdua telah keluar dari cafe. Ara mengantarkan Chika pulang.

---

"Yuk, aku anterin sampe depan." ucap Ara.

Chika mengangguk, mereka berdua keluar dari mobil dan berhenti di dekat pintu utama rumah Chika.

"Makasih." ucap Chika.

"Iya, Ica. Sama-sama" Ara membalas senyum Chika.

"Aku pulang dulu ya." pamit Ara.

Chika mengangguk lalu memajukan badannya untuk memeluk Ara sebentar. Chika melepaskan pelukan itu.

"Jangan ngebut, hati-hati." ucap Chika.

"Siap sayang." Ara hendak melangkahkan kakinya, tetapi Ia melihat ada sosok yang pernah ia lihat di sekolah.

Chika juga mengalihkan pandangannya ke seseorang yang berjalan mengarah ke ia dan Ara lalu menatap orang itu heran.

"Hai, Chika!" sapa orang itu sambil tersenyum, ia sangat bersemangat.

"Mirza?" ucap Chika. Ia masih heran mengapa mirza datang kesini. Sedangkan Ara menatap Mirza dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

TBC

Vote sama comment yang banyakk!!

Kalian bosen gak sih sama ceritanya?

Dan yang kemarin nitip-nitip makanan, gue ga dagang astagaa :'))

Ngakak bgt commentnya berasa jadi lapak dagang makanan. Kali ini serius satu part terakhir sebelum ngilang ....

Gue mau beneran dagang aja lah.
Gak, bercanda. Mau lanjut jadi badut.

Reach You (Chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang