Beberapa hari ini, Chika sedikit kelelahan dengan rutinitasnya. Keanggotaan OSIS dan kegiatan ekskul basketnya yang terkadang ada pada hari yang sama. Ditambah masalah pribadi yang masih ia pendam sendiri.
Hanya Aya yang paham akan keadaan anak sulungnya itu. Tetapi Chika tidak pernah mau bercerita kepadanya. Chika selalu bersikap seolah dirinya baik-baik saja. Aya berharap akan ada seseorang yang tulus dan bisa membantu Chika meskipun hanya sekedar menjadi pendengar. Aya akan sangat berterimakasih.
"Capek si, tapi gapapa. Chika kuat." Chika bermonolog dan tersenyum. Ia merebahkan dirinya di kasur. Bersiap-siap untuk tidur.
Chika memandang ke arah balkon kamarnya. Ia tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Menangis dalam diam. Ia membayangkan kapan semuanya akan berjalan dengan biasa lagi seperti dulu.
Chika perlahan mulai terlelap. Ia harus istirahat. Berharap besok akan terjadi sesuatu seperti yang ia harapkan.
---
Chika berjalan menuju kantin setelah mengadakan pertemuan dengan anggota OSIS. Di kantin sudah ada Jinan, Dey, dan Ashel.
Chika membeli roti dan susu kotak lalu menghampiri mereka.
Ashel yang berada di depan Chika menatapnya. Chika merasa aneh kenapa ia menatapnya seperti itu.
"Lo lagi sakit, Chik? pucet banget muka lo." tanya Ashel. Diantara mereka memang Ashel yang paling mengerti keadaan sahabat-sahabatnya itu.
"Engga, Shel. Cuma kurang tidur aja." Chika menjawab karena memang dia tidak merasa sakit, mungkin hanya kecapean.
"Dijaga kesehatan lo, jangan sampe sakit." timpal Jinan.
"Iya, tenang aja." ucap Chika menenangkan mereka.
Tiba-tiba ada yang duduk disebelah Chika dan memeluknya. Chika yang sedang membuka bungkus roti lalu tersentak. Ia menghela napasnya mengetahui Christy yang memberikan pergerakan yang sangat tiba-tiba itu.
"Kamu kenapa?" tanya Chika lembut. Ia menaruh rotinya dan membalas pelukan adiknya itu.
Ara datang dari arah pintu kantin bersama ketiga temannya. Mira, Azizi, dan Adel. Ara sudah lumayan dekat dengan mereka. Ara menatap Chika yang sedang memeluk seseorang dan mengelus kepalanya.
"Lo liatin apa sih? sampe berhenti gitu?" tanya Azizi.
"Kaga, udah ayo cari meja dulu." Ara langsung berjalan duluan meninggalkan ketiga temannya.
"Hadeh, kebiasaan." ucap Mira lalu mereka duduk di bangku persis sebelah rombongan Chika. Ara yang memilihnya.
Ara yang kini sudah duduk, masih memperhatikan Chika.
Christy semakin mempererat pelukan ke kakaknya itu. Chika hanya tersenyum menanggapi sikap adiknya yang seperti ini.
Christy melepaskan pelukannya lalu menatap Chika. Chika mengangkat tangan kanannya dan mengusap sayang pipi adiknya.
"Kenapa?" tanya Chika lagi.
"Kak, aku kangen sama Papa." Christy memajukan bibir bawahnya. Terlihat menggemaskan. Chika hanya bisa tersenyum lagi. Ia tidak bisa berbuat apapun jika menyangkut masalah papanya. Memang sudah hampir seminggu papa mereka tidak pulang kerumah.
"Iya, kakak tau. Kamu sabar sedikit lagi yaa. Papa kan lagi kerja, nanti pasti pulang kok." Chika berusaha menenangkan Christy.
Jinan, Dey, dan Ashel hanya tersenyum menatap kakak beradik yang sedang berinteraksi. Mereka yang melihat pasti iri dengan kedekatan keduanya. Adik kakak yang saling menyayangi itu.
Sedangkan di meja sebelah, Ara merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya. Ia melihat sikap lain dari sosok Chika yang belum ia kenal dekat. Ternyata Chika adalah penyayang. Tapi mengapa Ia merasa ada yang aneh? seperti ada rasa kecewa melihat Chika berpelukan seperti itu? entah lah.
Ara tidak mau ambil pusing. Mungkin orang itu sedang dekat atau memang menjalin hubungan dengan Chika. Toh Ara juga bukan siapa-siapanya Chika.
"Santai aja kali Ra, liatin Chika-nya." Ucap Azizi. Ia menyadari sedari tadi temannya itu memandang ke arah Chika tanpa berkedip.
Ara menatap Azizi dengan muka datarnya. Ia kepergok dan tidak berniat untuk menyangkal ucapan Azizi.
"Gausah berharap banyak, Ra. Palingan juga lo bakalan ditolak duluan, kaya yang lainnya. Termasuk Adel." ucap Mira sambil tertawa.
"Diem lo, opung. Daripada suka tapi ga berusaha." Adel kesal. Memang benar ia pernah mencoba mendekati Chika, tetapi Chika sama sekali tidak merespon Adel dan menolaknya mentah-mentah.
"Chika emang cantik banget. Tapi saingan kita bukan orang, melainkan sikap Chika sendiri." tambah Mira.
Ara hanya menyimak teman-temannya berbicara. Ia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Apakah Chika memang sesusah itu untuk digapai?
---
Ara memarkirkan mobilnya di basement. Lalu ia masuk ke apartmentnya. Melepaskan sepatu lalu menaruh di rak dan ia mendudukkan dirinya si sofa.
Ara kembali teringat kejadian di kantin tadi. Apakah Ara mulai menyukai Chika? ia juga tidak tahu. Mungkin Ara akan membuktikan apakah ia hanya sekedar kagum atau lebih.
Ara bangkit dari sofa dan membersihkan tubuhnya. Melakukan kegiatan rutinitas malamnya. Setelah itu ia beristirahat.
TBC
Vote sama comment jangan lupa 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach You (Chikara)
RomantikYessica Tamara, perempuan yang bisa dibilang hampir sempurna karena cantik dan bisa segalanya. Apakah ada seseorang yang bisa meluluhkan hatinya? Zahra Nur Khaulah, sosok perempuan yang bisa cuek maupun bisa sangat perhatian. Ia tertarik dengan Chi...