Ara dan Christy masuk ke dalam rumah. Aya berjalan mendekat ke arah mereka. Ara tersenyum dan Aya membalas senyumnya.
"Terimakasih, Ara." ucap Aya.
"Sama-sama, tante." jawab Ara. Ara mengedarkan pandangannya, mencari Chika.
"Chika ada di kamar, kamu naik aja ke lantai tiga. Kamar paling kanan." ucap Aya sambil mengusap bahu Ara pelan.
"Makasih tante, permisi." Ara berjalan menuju tangga. Sedangkan Aya membawa Christy ke ruang keluarga. Aya ingin menenangkan anak keduanya itu.
---
Ara mengetuk pintu kamar Chika tetapi tidak mendapat jawaban. Ia membuka pintu dan matanya menemukan Chika yang tertidur. Ara melangkahkan kakinya mendekat ke arah Chika dan duduk di pinggir kasur.
Ara menatap lekat wajah Chika. Hatinya sakit memikirkan beban yang masih Chika pendam sendiri. Tangan Ara tergerak mengusap pelan pipi Chika. Ia memajukan wajahnya dan mencium lama kening Chika.
"Makasih, udah mau nemenin Christy." ucap Chika. Ia terbangun pada saat Ara mencium keningnya. Ara memundurkan kepalanya, ia menatap Chika yang sudah membuka matanya. Ara mengangguk dan tersenyum hangat.
"Udah jadi tugas aku sekarang, jagain Ica sama orang yang Ica sayang." jawab Ara.
Tangan kanan Chika mengusap rahang Ara, jarak wajah mereka berdua sangat dekat. Chika memindahkan tangannya ke leher Ara dan mendorong kepala Ara untuk lebih mendekat ke wajahnya. Ara paham, ia langsung mencium bibir Chika. Ara melepaskan ciuman itu. Ia melihat ke arah balkon, ada bangku disana.
"Ica, ke balkon yuk. Cari udara sebentar." ajak Ara. Chika mengangguk lalu bangkit dari kasur dan melangkah ke arah balkon.
"Sini." Ara yang sudah duduk lalu merentangkan kedua tangannya ke arah Chika. Chika memeluk Ara dari samping dan menaruh kepalanya di dada Ara. Ara mengusap sayang kepala Chika.
"Ara," panggil Chika.
"Hm?" Ara berdeham lalu menatap wajah Chika. Ia melihat Chika meneteskan air matanya. Jari Ara tergerak menghapus air mata itu.
"Aku capek, Ara. Tapi gaboleh, aku harus kuat." ucap Chika lirih.
"Papa nuntut aku buat nerusin perusahaannya. Disisi lain aku pengen banget jadi dokter. Tapi aku rela buang jauh-jauh impian itu demi mami sama Christy." Ara tidak menjawab, ia masih mendengarkan cerita Chika. Tangannya masih memeluk dan mengusap kepala Chika, memberikan ketenangan.
"Aku sanggupin permintaan papa, tapi dengan syarat papa mau berubah dan bertanggung jawab sama keluarganya. Papa bahkan ga menganggap mami ada. Papa sering banget selingkuh. Seperti yang pernah kamu lihat di restoran waktu itu." Ara mengeratkan pelukannya ke Chika.
"Aku juga minta papa peduli sama anak-anaknya, terutama Christy. Aku ga masalah kalo ga diperhatiin, tapi Christy masih terlalu kecil untuk menghadapi masalah keluarga kaya gini. Aku sayang banget sama Christy, mami juga. Makanya aku rela lakuin apapun demi mereka." Chika melanjutkan ceritanya. Ara masih mengusap kepala Chika.
"Aku trauma dikhianatin sama orang. Itu ngebuat aku gapernah cerita ke siapapun. Aku takut, orang jahat banyak banget. Sebenernya aku jadi ketua OSIS dan ikut basket bukan karena aku pengen, tapi buat ngisi waktu daripada mikirin masalah ini, takut depresi. Bahkan Dey, Jinan, sama Ashel ga pernah tau yang sebenernya walaupun mereka sahabat aku. Tapi selama temenan, mereka ga ngecewain aku sama sekali." air mata Chika masih menetes.
"Dan sekarang, aku mau berterimakasih karena Tuhan ngasih seseorang yang bisa ngertiin keadaan aku. Setiap hari aku nangis sendiri, terus berusaha buat sembuhin luka hati sendiri juga. Tapi sekarang ada kamu. Pelukan sama perhatian yang kamu kasih ke aku sangat cukup buat kasih aku kekuatan lagi. Tapi aku juga minta ke Tuhan, supaya dikirimkan orang yang baik. Semoga kamu bisa jaga kepercayaan aku. Aku sayang sama kamu, Ra." suara Chika makin bergetar, ia menangis.
Ara mengangkat kepala Chika, ia menghapus air mata Chika yang masih saja menetes deras.
"Sayang, liat aku." ucap Ara lembut. Chika menatap Ara. Ara tersenyum.
"Kita gabisa ngatur apa yang terjadi di hidup kita selaras dengan apa yang kita mau. Tapi disisi lain kita bisa berusaha. Tuhan ga akan kasih cobaan melebihi batas. Aku seneng banget kamu mau cerita, itu tandanya kamu emang percaya sama aku. Jangan terlalu memaksakan diri. Sekarang ada aku, kamu bisa luapin emosi kamu ke aku. Aku bakalan ada kalo kamu lagi down. Dan aku juga akan berusaha bikin kamu bahagia lagi. Aku mungkin gabisa bantu banyak, tapi aku bakal bantu kamu semaksimal mungkin. Maaf ya aku dateng ke kamunya lama. Beban kesedihan yang kamu tanggung beberapa tahun kebelakang, bakal aku usahain jadi kebahagian buat kedepannya. Bahagia kamu jadi tanggung jawab aku sekarang." Ara masih menatap Chika, sangat dalam.
Chika memejamkan matanya saat Ara mengecup dahinya. Lalu Ara mencium kedua mata Chika, kedua pipi Chika, dan terakhir ia mencium bibir Chika. Bibir mereka saling melumat, dengan Chika yang masih meneteskan air matanya. Mereka melepaskan ciuman dan Chika sontak memeluk Ara sangat erat. Ara membalas pelukan Chika.
Chika tidak menjawab apa yang Ara ucapkan tadi. Ia membalasnya dengan pelukan. Chika tidak bisa berkata-kata. Ia sangat beruntung memiliki Ara saat ini.
TBC
Vote sama commentnya jangan lupa 🤍
Gimana part ini? kalo rame, besok aku up lagi sabi kali yaa wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach You (Chikara)
RomanceYessica Tamara, perempuan yang bisa dibilang hampir sempurna karena cantik dan bisa segalanya. Apakah ada seseorang yang bisa meluluhkan hatinya? Zahra Nur Khaulah, sosok perempuan yang bisa cuek maupun bisa sangat perhatian. Ia tertarik dengan Chi...