Ancaman

8.3K 844 21
                                    

Pada pukul 6 pagi hari, Chika bangun dan membuka matanya. Di sebelahnya ada Ara yang masih tertidur dengan posisi memeluknya. Chika tersenyum lalu mengecup pipi Ara. Ia memindahkan tangan Ara dari tubuhnya.

Chika menggambil ponselnya di nakas. Pada saat ia mengaktifkan kembali ponselnya, Chika mengernyitkan dahi.

15 missed call from Papa

6 unread messages from Papa

Papa
Chika, dimana kamu?!

Papa
Mirza udah di rumah, dia bilang kalau kamu gak ada di rumah!

Papa
Jangan main-main sama papa.

Papa
Ini kesempatan terakhir kamu, Chika!

Papa
Terima pertunangan ini, atau pacarmu itu tidak akan aman lagi.

Papa send a picture

"Bodoh." ucap Chika. Chika menghela napasnya kasar. Papanya itu mengirimkan foto dirinya dengan Ara yang sedang berciuman di ruangan khusus di sekolah milik Chika dan Christy. Bagaimana bisa Chika tidak mengerti jika ada CCTV tersembunyi di ruangan itu.

"Sayang," ucap Ara, ia terbangun.

Chika langsung mematikan kembali ponselnya dan mengarahkan pandangannya ke Ara.

"Kenapa?" tanya Ara.

Chika menggeleng lalu ia kembali memeluk Ara erat. Ara mengusap lembut kepala belakang Chika.

"Jangan tinggalin aku." ucap Chika yang saat ini masih menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ara.

"Ica, aku disini." Ara mencoba memahami situasi.

"Jangan tinggalin aku." ucap Chika lagi.

"Aku gak akan tinggalin kamu, sayang." Ara kini paham. Pasti ada sesuatu yang membuat Chika seperti ini.

"I'm here. I'm not going anywhere. Can you tell me what's wrong?" Ara masih mengusap lembut kepala belakang Chika.

Chika menggeleng. Ara tidak memaksa Chika untuk bercerita. Yang Ara tau, Chika pasti akan menceritakan pada waktu yang tepat. Ara hanya perlu menyadarkan Chika bahwa ia tidak sendirian. Tetapi Ara belum tau yang menjadi penyebab Chika seperti ini adalah dirinya. Chika takut kehilangan Ara.

"It's ok. Kamu boleh cerita kapan aja. Aku ajak kamu kesini buat seneng-seneng, Ica. Jangan sedih ya?" ucap Ara lembut.

Chika mengangguk. Ara tersenyum lalu mencium puncak kepala Chika.

"Ara," panggil Chika.

"Kenapa?" tanya Ara.

"Janji ke aku jangan pergi." ucap Chika.

"Aku janji sayang. Udah ya. Mandi gih, habis itu kita sarapan." Ara merenggangkan pelukan mereka.

Chika menggeleng. Ia mengeratkan kembali pelukannya pada Ara.

"Gamau mandi nih? apa mau mandi bareng aja?" Ara tersenyum jahil.

Chika sontak melepaskan pelukannya dari Ara. Chika menatap Ara tajam, namun bibir bawahnya ia majukan. Bukannya terlihat menyeramkan tetapi malah terlihat menggemaskan di mata Ara.

"Mau?" tanya Ara. Wajahnya ia dekatkan ke Chika.

"ARAAA!!" teriak Chika. Ia mengambil bantal lalu melemparkannya ke Ara. Chika langsung bangkit dari kasur dan menuju ke kamar mandi. Ara tertawa melihat Chika seperti itu.

Ara mengecek ponselnya. Ia menghubungi seseorang.

"Persiapkan semuanya, untuk siang ini." ucap Ara setelah telfonnya tersambung dengan seseorang.

Reach You (Chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang