Masalah

10.8K 1K 22
                                    

Ara, Chika, dan Christy berjalan masuk ke rumah Chika. Ara mengantarkan mereka pulang. Mereka berjalan ke arah ruang tamu. Tidak disangka, Aya dan Gerald sedang beradu mulut. Chika panik. Ini pertama kalinya Aya dan Gerald bertengkar di depan Christy.

"Kak, mami sama papa kenapa?" ucap Christy lirih. Ia sangat takut melihat kedua orangtuanya seperti itu. Membentak satu sama lain. Ia kira keluarganya baik-baik saja, tetapi mulai sekarang mungkin Christy akan menghilangkan pikiran itu.

"Ara, tolong bawa Christy keluar." ucap Chika. Ara mengangguk.

"Kak tapi-" suara Christy saat ini sudah bergetar, ia menahan air matanya.

"Christy, ikut kak Ara. Dengerin kakak." Chika memegang pundak Christy dan menatapnya sambil tersenyum.

"Yuk." ucap Ara. Ia menggandeng tangan Christy keluar rumah dan membawanya masuk kembali ke mobil Ara.

Sedangkan Chika saat ini menahan emosinya, ia tak menyangka mereka bertengkar dan Christy melihatnya. Chika berjalan mendekati Gerald dan Aya.

"APA HAK KAMU NGATUR AKU AYA?!" Gerald berteriak tepat dihadapan Aya.

"KAMU MASIH SUAMI AKU, DAN KITA PUNYA ANAK DUA, SETIDAKNYA JANGAN ABAIKAN MEREKA!" suara Aya juga meninggi.

Saat ini Aya sudah tidak peduli jika Gerald masih sering selingkuh. Tapi ia berharap Gerald masih mau bertanggungjawab memberi kasih sayang ke kedua anaknya itu.

"CUKUP!" Chika berdiri di dekat orang tua mereka. Aya dan Gerald terjekut dengan kehadiran Chika.

"Papa udah puas? papa seneng? selamat pah. Sekarang papa udah berhasil ngebuat dua anak papa terganggu psikisnya." ucap Chika, ia menahan air matanya, dan mengangkat sudut bibir kanannya ke atas.

"Chika-" Aya terkejut dengan ucapan Chika.

Chika memandang Gerald dan Aya bergantian.

"Iya. Christy tadi ngeliat papa sama mami berantem. Aku gabisa jamin masih mau nerusin perusahaan papa. Papa udah ingkar janji. Sekarang ga ada yang perlu disembunyikan lagi. Christy udah tau keadaan sebenarnya. Keluarga yang dipandang harmonis oleh semua orang ternyata hancur." ucap Chika.

"GABISA CHIKA! JANGAN SAMPAI KAMU MUNDUR!" Gerald kembali tersulut emosinya. Pendiri perusahaan Tamra yaitu Ayah Gerald, berwasiat jika anak pertama Gerald yang harus meneruskan perusahaannya. Jika Gerald gagal menjadikan Chika penerusnya, maka Gerald juga tidak akan mendapatkan saham dari perusahaannya itu.

"KALO GABISA KENAPA PAPA GA BERUSAHA BUAT MENUHIN SATU HAL YANG CHIKA MAU PAH? KARENA PAPA SAMA MAMI GABISA PISAH, CHIKA CUMA MINTA PAPA BERLAKU ADIL. BERSIKAP SELAYAKNYA PAPA YANG PEDULI TERHADAP KELUARGANYA. PAPA BAHKAN UDAH BIKIN CHRISTY SAKIT HATI JUGA. BUAT APA CHIKA MAU NURUTIN YANG PAPA MAU?" Chika menangis, ia tidak bisa menahan emosinya. Aya yang melihat itu langsung memeluk Chika dari samping, berusaha menenangkan.

"PAPA GA PEDULI. KALO KAMU NEKAT, PAPA GA SEGAN PISAHIN KALIAN BERTIGA!" ucap Gerald, ia melangkah keluar meninggalkan Chika dan Aya.

"Chika, sabar ya sayang. Maafin mami, karena ini Chika juga gabisa ngejar mimpi Chika jadi dokter. Maafin mami." ucap Aya. Ia masih berusaha menenangkan Chika. Ia merasa sangat bersalah.

"Enggak, mami ga salah. Chika mau nurutin apa kata papa kalo papa juga ngehargain apa yang Chika mau. Bahkan yang Chika minta dari papa itu juga kewajiban yang harusnya papa jalankan. Chika ga mau pisah sama mami sama Christy. Chika bingung. Papa gabisa berubah." Chika masih menangis dipelukan Aya.

---

Ara membawa Christy ke taman yang berada di komplek rumah Chika. Tadi Ara sempat berhenti untuk membeli minum untuk Christy. Mereka sedang duduk di salah satu bangku taman. Christy diam dan pandangannya kosong.

"Christy, minum dulu." Ara memberikan minuman ke hadapan Christy. Christy masih diam, Ara tidak menerima respon. Ara menaruh kembali minuman ke sebelahnya. Ia memegang pundak Christy dan mengarahkan tubuh Christy menghadap ke Ara.

"Kakak tau, kamu pasti sedih banget kan liat orang tua kamu berantem?" Ara mencoba mengajak Christy berbicara. Christy menatap Ara dan mengangguk.

"Christy mau cerita?" Ara bertanya. Ia hanya tidak ingin adik pacarnya itu memendam rasa sakitnya sendiri, seperti Chika sebelumnya.

"Aku takut kak. Aku baru pertama kali lihat papa sama mami berantem. Aku takut mereka pisah." ucap Christy, air matanya berhasil lolos.

Ara tergerak untuk memeluk Christy. Christy menangis sejadi-jadinya di pelukan Ara.

"Christy, setiap masalah itu pasti ada solusinya. Papa sama mami kamu bertengkar juga pasti ada alasannya. Jangan mikir kejauhan, dulu orang tua kakak juga pernah berantem kok. Siapa tau mereka cuma salah paham aja kan? udah ya. Christy boleh nangis tapi sebentar aja." Ara menenangkan Christy, ia mengusap lembut punggungnya.

Beberapa saat kemudian, Christy melepaskan pelukannya. Ara tersenyum menatap Christy yang sudah tidak menangis lagi. Ia memberikan minumannya tadi.

"Minum dulu, abis itu kita pulang." ucap Ara.

"Makasih, kak Ara." Christy menerima minuman yang diberikan Ara.

Ara mengangguk. Ara tidak ingin menebak-nebak masalah yang terjadi di keluarga Chika. Tapi ia yakin, jika masalah ini sebenernya berat. Seperti cerita Aya tentang keresahan Chika. Jika tidak bisa membantu, Ara akan berusaha setidaknya membuat Chika bahagia dan selalu ada di titik terendah Chika.

TBC


Vote sama comment yuk!

Lanjut ga?

Reach You (Chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang