Saat ini Chika dan Ara berada di dalam mobil. Ara mengajak Chika untuk mendatangi suatu acara. Tetapi Ara tidak menjelaskan secara detail kemana mereka akan pergi. Ara hanya meminta Chika berpakaian semi-formal.
"Kenapa?" tanya Chika, ia bingung karena dari tadi Ara beberapa kali menatapnya.
"Kamu cantik banget malem ini." jawab Ara jujur.
Chika blushing.
"Gak jadi, aku tarik kata-kata aku barusan." Ara terkekeh melihat Chika yang mempoutkan bibir dan terlihat kesal.
"Kamu cantik gak cuma malem ini, tapi tiap hari." lanjut Ara.
"Ihhh Araaaa." rengek Chika. Ara tersenyum melihat pacarnya itu salah tingkah.
"Aku serius." ucap Ara.
Chika kembali menatap jalanan disekitarnya. Ia sangat penasaran kemana Ara akan membawanya pergi.
"Araaa," panggil Chika.
"Kenapa?" tanya Ara.
"Mau kemana sih?" Chika penasaran.
"Kan dari tadi udah aku bilang. Nanti kamu tau sendiri." jawab Ara. Ara mengusap tangan Chika agar ia tidak kesal.
Mobil Ara sampai di depan mansion yang pagarnya sudah dibuka oleh satpam pada saat melihat mobil Ara datang.
Ara melajukan mobilnya ke halaman rumah dan memberhentikan mobilnya di samping mobil lainnya.
"Raa.." ucap Chika. Ia bingung mengapa Ara membawanya ke sebuah rumah. Apakah ini rumah orang tua Ara atau rumah siapa Chika juga tidak tau.
"Ini rumah orang tua aku, sayang." Ara melepaskan seat beltnya.
"HAH?!" Chika terkejut.
Ara tersenyum manis, ia memfokuskan dirinya melihat Chika. "Iya, kenapa kaget gitu?"
"Kenapa ga bilang dulu, Ra.." ucap Chika, Ia lemas.
"Sama aja, yaudah yuk masuk." ajak Ara.
"Aku takut.." Chika menahan Ara yang hendak membuka pintu mobil.
Ara menautkan kedua alisnya. "Ica takut kenapa? kan belum ketemu. Kita masuk ya?"
Chika mengangguk pasrah. Chika dan Ara terlanjur sampai disini. Mereka keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu utama rumah orang tua Ara. Ara mengajak Chika kerumahnya untuk makan malam keluarga.
"Selamat malam, nona Zahra. Tuan dan Nyonya sudah menunggu di ruang makan." sapa pelayan yang membukakan pintu untuk Ara dan Chika.
Ara tersenyum lalu mengangguk. Ara menggenggam tangan Chika dan menuntunnya ke ruang makan.
"Permisi," ucap Ara yang saat ini tersenyum manis melihat papa dan mamanya sedang bercanda. Aland dan Anin tidak sadar jika anak tunggalnya itu ada di sebelah mereka.
"Anak papa pulang juga. Come here," ucap Aland ke Ara. Aland merentangkan tangannya dan Ara memeluk sebentar papanya itu. Lalu ia beralih memeluk mamanya juga.
"Kaya Ara gak pulang dua tahun aja." ucap Ara melepaskan pelukan mamanya.
Ara kembali berdiri ke sebelah Chika. Anin mengarahkan matanya kepada seseorang disebelah anaknya itu. Chika yang merasa ditatap oleh Anin dan Aland pun sontak tersenyum canggung.
"Selamat malam om, tante." ucap Chika.
Aland dan Anin tersenyum. Mereka berdua mengangguk.
"Malam juga. Tumben banget nih Ara bawa temen lagi." ucap Anin. Ia tidak kaget jika dulu sebelum pindah sekolah, Ara memang beberapa kali membawa temannya ke rumah tetapi tidak membawa mereka pada saat sedang kumpul keluarga seperti ini.
"Namanya Chika. Dia pacar Ara." Ara tersenyum. Niatnya membawa kesini memang ingin mengenalkan Chika ke keluarganya. Chika yang mendengar itu sontak membulatkan matanya. Chika menatap Ara dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Ara hanya tersenyum lalu menggenggam tangan Chika lagi.
"Pacar? Chika pacar kamu? serius?" tanya Anin tidak percaya.
Ara masih tersenyum. "Iya mah."
"Calon menantu om cantik banget." ucap Aland.
Chika tambah kaget dengan ucapan Aland. Ia bingung dengan situasi ini. Sangat canggung bagi Chika.
"Kamu cantik banget. Kenapa mau sama Ara? dia dari dulu anaknya gak jelas. Kadang cuek kadang perhatian. Banyak yang ngadu bahkan sampe nangis-nangis ke tante karena ngerasa di ghosting sama Ara." Anin kaget, Ara memang belum pernah menjalin hubungan tetapi ia beberapa kali dekat dengan orang lain. Hanya dekat. Ara tidak berniat untuk menjadikan mereka pacar.
"Ma.. kenapa buka kartu?" ucap Ara lirih. Chika, Aland, dan Anin tertawa.
"Duduk dulu," ucap Aland. Chika dan Ara lalu duduk bersebelahan. Di depan Ara ada Aland, dan di depan Chika ada Anin.
"Tumben papa ngajak di hari kerja. Kerjaan papa kan numpuk." ucap Ara.
"Buat ketemu anak papa apasih yang enggak." jawab Aland.
Chika yang mendengar itu tersenyum tipis namun hatinya sakit. Membayangkan Gerald bersikap hangat kepada keluarganya. Mereka pasti akan menjadi keluarga yang bahagia.
Ara mengusap tangan Chika. Ia tau keadaannya. Karena Chika sudah bercerita panjang lebar. Hanya dengan gerakan, Ara ingin Chika tau jika ia tidak sendirian. Ara selalu ada di dekatnya.
"Pertanyaan tadi belum dijawab. Kenapa Chika mau sama Ara?" tanya Anin yang sudah sangat penasaran itu.
"Ara baik banget, tante." Chika menjawab karena memang Ara sebaik itu dan ia bisa merasakan ketulusannya.
Anin tersenyum mendengar jawaban Chika. "Ara, mama tau kamu udah dewasa. Kalo kamu udah menjalin hubungan dengan seseorang, kamu harus bisa bertanggung jawab. Hubungan itu dilandasi kepercayaan. Begitu pula dengan Chika, dia nerima kamu juga pasti ada alasannya. Jangan di sia-siain. Kalo ada masalah, putusin masalahnya bukan hubungannya." ucap Anin.
"Pacaran itu yang sehat. Bisa saling memberi kekuatan juga saling melindungi. Perasaan bukan buat mainan. Jadi Chika, nanti kalo Ara nyakitin kamu lapor aja ke om." tambah Aland.
"Makasih tante, makasih om." Chika mengangguk dan tersenyum mengarah ke Aland dan Anin. Ia merasa sangat lega karena orang tua Ara menerimanya.
"Iya pah, mah. Ara pasti tanggung jawab sama keputusan yang udah Ara ambil." ucap Ara.
"Yaudah, sekarang makan dulu. Chika jangan sungkan-sungkan. Anggap aja di rumah sendiri." Anin tersenyum.
"Iya tante." jawab Chika.
Chika, Ara, Aland, dan Anin memulai makan malam mereka. Diselingi dengan obrolan-obrolan ringan. Setelah itu, Chika dan Ara pamit untuk pulang.
TBC
Vote sama comment jangan lupaaa!
Pertimbangan comment dari part sebelumnya, part ini bakalan jadi part terakhir yang aku up.
Iya, aku ga lanjutin cerita ini.
Makasih yaa buat support sama apresiasinya!!
See you di part selanjutnya. Yang di atas tadi cuma boong. Bercanda dikit boleh kan ya? hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach You (Chikara)
RomanceYessica Tamara, perempuan yang bisa dibilang hampir sempurna karena cantik dan bisa segalanya. Apakah ada seseorang yang bisa meluluhkan hatinya? Zahra Nur Khaulah, sosok perempuan yang bisa cuek maupun bisa sangat perhatian. Ia tertarik dengan Chi...