EXTRA PART

11.7K 948 57
                                    

"Ahhhhh...Raaa..." Chika mendesah lantaran Ara bermain di leher Chika. Ara menghisap kuat-kuat dan membuat tanda kepemilikan di leher tunangannya itu.

Ara mengecup lembut leher Chika lalu ia mengangkat kepalanya dan tersenyum menatap Chika. Ara dan Chika berada di kamar apartment Ara, Chika menginap.

Chika masih menatap Ara. Lalu Ara melumat bibir Chika lembut. Chika mengikuti permainan Ara.

Cup

Ara mengakhiri lumatan itu dengan memberikan kecupan singkat di bibir Chika. Ara langsung memeluk dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Chika. Chika membalas pelukan Ara dan mengusap rambutnya.

"Sayang," panggil Ara.

"Kenapa?"

"Aku gak nyangka banget bentar lagi kita bakal terikat satu sama lain."

Chika tersenyum. "Aku beruntung banget bisa sama kamu."

Ara mengangkat kepalanya lalu mensejajarkan dengan Chika. "Aku lebih beruntung."

"Enggak, Sayang. Kalau bukan karena kamu, aku gak akan bisa kejar impian aku jadi dokter. Dan mungkin, keluarga aku gak bisa ngerasain bahagia lagi sebelum papa meninggal." mata Chika sedikit berkaca-kaca.

Gerald sudah meninggal beberapa hari yang lalu karena keadaanya yang sangat lemah. Saat ini Chika dan Ara sudah selesai menempuh tahun terakhirnya di SMA. Kemarin adalah hari terakhir mereka berdua mengikuti Ujian Nasional. Bahkan Chika sudah diterima di salah satu perguruan tinggi melalui jalur prestasi di fakultas kedokteran. Ara? dia tidak akan melanjutkan pendidikannya, Ara akan lebih fokus bekerja. Walaupun posisi Ara sekarang sudah uang yang bekerja untuknya.

Bulan depan mereka akan menikah. Walaupun Gerald sudah pergi lebih dulu, tapi Chika merasa papanya itu selalu berada di sekitarnya. Apalagi Chika sudah tau jika Gerald yang mendonorkan ginjal kepadanya.

Ara tersenyum dan mengusap lembut pipi Chika. "Bukan karena aku, Ica. Itu semua adalah hasil dari kesabaran dan kekuatan kamu selama ini. Kamu yang rela korbanin mimpi dan kebahagiaan kamu demi semuanya. Aku cuma perantara sayang."

Chika langsung membenamkan wajahnya di ceruk leher Ara. "I love you."

"I love you more." Ara mengeratkan pelukannya ke Chika. Walaupun status mereka berdua sudah bertunangan, tapi mereka tidak pernah melakukan hal yang lebih dari berciuman. Ara benar-benar ingin menjaga Chika dan tidak mau merusaknya.

"Sayang," panggil Ara setelah beberapa menit mereka berpelukan.

"Hm?"

"Bangun, yuk."

Chika menggeleng. Ia semakin membenamkan wajahnya di leher Ara.

Ara tersenyum lalu mengecup puncak kepala Chika.

"Yaudah, aku minta batalin ya tiketnya. Kita tidur aja."

Chika langsung memundurkan kepalanya. Ia memberikan tatapan penuh tanya ke Ara.

"Tiket?"

Ara mengangguk.

"Tiket apa?"

"Ke Bali." jawab Ara santai.

"Kok dibatalin?!" Chika menautkan kedua alisnya dan memajukan bibir bawahnya.

"Penerbangannya 4 jam lagi. Kalau kamu mau tidur ya berarti kita gak jadi kesana."

"Kenapa gak bilang dari kemarin? gak akan cukup waktu buat packing, Raaa.."

"Barang kita sih udah di siapin semua sama Rendy. Tinggal berangkat." ucap Ara.

Reach You (Chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang