•11• Niskala Tak Sejahat Itu

1.6K 188 15
                                    

Satu minggu sudah berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu sudah berlalu. Itu artinya, Haura sudah menyelesaikan hukumannya untuk membersihkan aula. Sudah lama dia tidak bergosip ria pagi-pagi dengan Luna dan Kiana.

Mereka jadi sedikit renggang karena Haura yang sudah jarang berada di dalam kelas. Paginya dia membersihkan aula yang sering dijadikan tempat extra kulikuller Cheerleader atau Dance, Teater, dan ekskul yang memerlukan tempat luas lainnya.

Pas istirahat, Haura akan berada di ruang OSIS yang sedang sibuk-sibuknya mengurus Proker dan menyiapkan proses pemilihan ketua OSIS baru. Ya, hanya Niskala yang tidak dipilih secara demokrasi.

Sepulang sekolah? Tentu saja Haura masih berada di ruang OSIS karena disuruh untuk membereskan ruangan itu setelah usai rapat. Lelah sekali menjadi Haura, tapi untungnya hari ini ia bisa bebas dari satu hukuman. Sekarang, ia tak harus membersihkan aula lagi.

Pagi ini, Haura tiba di sekolah beberapa menit sebelum bel berbunyi. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan Luna dan Kiana. Dia akan menceritakan keluh-kesahnya pada mereka selama satu minggu ini.

Saat sampai di dalam kelas, Haura memasang senyumnya pada Luna dan Kiana. Ia hendak melambaikan tangannya, tapi Luna dan Kiana sama sekali tak menyadari kehadirannya.

Mereka kini tengah sibuk dengan buku pelajaran. Tunggu dulu! Sejak kapan Luna jadi serajin itu mengerjakan soal matematika di bangkunya. Bahkan Kiana juga ikut duduk di depan Luna, Kiana ikut mengerjakan soal. Dan di sebelah Luna ada Salsa yang berkali-kali menjelaskan penyelesaian soal itu.

Seketika senyuman Haura luntur. Ia duduk di bangkunya. Beberapa menit berlalu, Luna dan Kiana tak kunjung menyapanya. Mereka sibuk dengan kegiatannya. Karena bosan dicuekin, Huara lantas menepuk bahu Luna.

"Luna," panggil Haura.

Tak ada sahutan, Luna masih belum menoleh. Haura tak menyerah, ia memanggil Luna lagi.

"Luna!"

Karena gemas, Haura menepuknya dengan keras. "LUNA!"

"Ck! Apaan sih, Ra? Gue lagi belajar, bentar lagi ujian semester. Diem bisa gak sih?" Luna memasang wajah jengkelnya saat melirik Haura. Kemudian, ia kembali sibuk dengan kegiatannya.

Haura tiba-tiba tersentak. Apakah yang ia lakukan salah? Kenapa Luna harus semarah itu. Padahal'kan itu hal biasa yang Haura lakukan pada Luna. Tak mau menambah kekesalan Luna, akhirnya Haura diam sampai bel masuk berbunyi.

Kiana kembali duduk di samping Haura. Dan anehnya, cewek itu sama sekali tak menyapanya. Biasanya Kiana yang paling antusias saat Haura datang.

"Ki?"

"Ssssttt! Diem, Ra! Gue lagi merhatiin Bu Tantri di depan," bisik Kiana.

Haura menghela napasnya. Meski tak sekasar Luna, Kiana tetap saja mendiaminya.

Dark MysteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang