•40• Just A Dream?

1.1K 151 48
                                    

"Niskala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Niskala ...?"

Tubuhnya seketika melemah dan hampir tak berdaya saat melihat lelaki itu. Sosok itu yang selama ini Haura rindukam kehadirannya. Untuk beberapa saat ia terdiam dan meyakinkan dirinya bahwa lelaki itu memang Niskala.

Namun, Haura menyadari satu kenyataan bahwa sosok itu memiliki duplikat di dunia ini. Hatinya kembali kecewa. Haura menggelengkan kepalanya samar. Dia bukan Niskala, batinnya.

Setelah menyadari kekeliruannya, Haura mengusap air matanya. Lalu, mengambil kembali paperbag yang jatuh. Kemudian, ia melanjutkan niatnya untuk membuka kunci pintu pagar, seraya berkata dengan ketus, "Gue udah pernah bilang, jangan memperlihatkan diri lo sebagai Niskala."

Haura menghela napas kasar ketika pintu pagar sudah terbuka. "Mau tipu gue lagi? Lo pikir ini lucu?" Ia menoleh dengan sinis pada lelaki itu.

Haura makin jengah saat protesannya hanya dibalas dengan kebisuan. "Nolan, please! Gue udah peringati lo berkali-kali, tapi kenapa lo gak dengerin gue?"

Lagi-lagi perkataan Haura hanya dibalas dengan diam. Lelaki itu hanya berdiri di tempatnya dengan mata yang sedikit tertutupi oleh bayangan hitam dan terus menatapnya.

Tiba-tiba ponsel Haura berdering dalam genggamannya. Ia melirik layar ponsel dengan mata sedikit melebar. Sekilas Haura menoleh pada lelaki itu sebelum akhirnya ia menerima panggilan masuk itu.

"Hal ... lo?" sapa Haura ragu.

"Hai, Ra. Apa kabar?"

"Lo ... Nolan ...?"

"Thats right. This is me. Why? Lo gak pernah simpen kontak gue? Wah, lo gak inget jasa gue di hidup lo ...."

Haura terdiam dengan wajah kakunya. Ia mencoba untuk mencerna semua itu. Dengan ragu matanya kembali pada lelaki bertopi hitam itu. Saat lelaki itu membuka topinya, Haura menjauhkan ponselnya dari telinga.

Mulutnya terbuka, tertanda bahwa ia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Sedikit tak percaya, tapi situasi itu membuatnya yakin bahwa lelaki di depannya adalah lelaki yang ia kira.

"Niskala ... Lo bener-bener Niskala?" Haura menutup mulutnya dengan tercengang. Air matanya kembali berkaca-kaca karena terharu. Namun, untuk saat ini ia tak bisa menggerakan kakinya sedikit pun karena khawatir semua itu hanya mimpi.

Seperti sebuah keajaiban, Haura mendapatkan harapan yang ia panjatkan selama ini. Terasa makin nyata ketika lelaki itu tersenyum pada Haura dengan begitu menawan. Ya, senyum itu yang Haura ingin lihat secara nyata, bukan hanya sekedar imajinasinya.

Haura berlari kearahnya, dan menubruk dada bidang itu, memeluknya erat seperti tak ingin sosok itu hilang lagi. Jikalau ini hanya mimpi, Haura akan terus tidur.

"Niskala ...." Haura terisak dan memanggil nama itu dengan suara bergetar.

"Hi, My girl. Long time no see."

Dark MysteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang