•10• Ketenangan

1.6K 192 9
                                    

Dengan malasnya, Haura berjalan ke arah ruang foto kopian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan malasnya, Haura berjalan ke arah ruang foto kopian. Ia disuruh oleh Niskala untuk memotokopi tumpukkan kertas yang ada di tangannya saat ini. Entah apa gunanya kertas-kertas sialan itu, Haura tidak tahu menahu.

Saat Haura masuk ke ruangan yang penuh dengan beberapa mesin foto kopian itu, ternyata di sana hanya ada Rozan. Haura langsung memunculkan ide di kepalanya untuk menyuruh Rozan saja dari pada harus buang-buang tenaga.

"Niskala nyuruh lo buat foto kopi ini semua!" Haura meletakan tumpukkan kertas itu di depan Rozan.

"Gue? Bukannya lo yang disuruh?" sela Rozan.

"Heh! Lo pikir gue tau apa tentang OSIS? Lo mau gue ngerusakin kertas-kertas itu? Lagian, bodo banget kalo Niskala nyuruh gue," protes Haura yang berusaha untuk ngeles, tapi sebenarnya Niskala memang menyuruhnya.

Rozan yang gampang dibodohi, nurut saja tanpa protes atau adu argumen terlebih dahulu dengan Haura.

Sejak lahir, Haura memang tak tahan jika mulutnya diam terlalu lama. Ketika sedang berada di dekat orang lain, bawaannya itu pengen terus ngebacot. Akhirnya, ia mengeluarkan pertanyaan untuk menciptakan suatu topik pembicaraan.

"Lo betah temenan sama Niskala?"

"Betah."

"Niskala itu emang titisan setan ya?"

"Gak ada setan setampan dia."

"Justru itu, kenapa bisa cowok seganteng dia kejam banget?"

"Dia emang kayak gitu orangnya."

Haura manggut-manggut, tapi tidak cukup dengan hanya mengajukan satu pertanyaan. "Lo temenan sama Niskala sejak kapan?"

"Sejak kelas 10."

"Seberapa jauh lo kenal sama Niskala?"

"Sekedar teman biasa. Gak lebih."

Haura tersenyum geli sambil menyenggol lengan Rozan. "Cieelaah! Jawabnya gitu amat kek cinta bertepuk sebelah kaki."

Rozan melirik Haura dengan risih. "Sinting lo ya?"

"Jangan-jangan lo suka sama Niskala, makanya lo tahan temenan sama cowok titisan setan itu. Iya'kan?" duga Haura sekenanya.

Rozan menghela napas jengahnya. Sebelumnya ia tak mengira Haura semenjengkelkan ini. "Gue masih normal, asal lo tau."

"Ya terus, kenapa dong lo mau temenan sama dia?"

"Sekarang gue yang tanya, kenapa lo temenan sama temen-temen lo itu?"

"Ya karena gue srek aja sama mereka."

"Nah itu! Sekarang lo tau'kan jawaban gue?"

"Temen-temen gue asik, tapi Niskala ngebosenin. Pasti jawaban gue sama jawaban lo beda."

Dark MysteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang