•23• A Place to Go Home

1.4K 172 8
                                    

Suasana di kamar yang luas dengan ranjang king size itu begitu sunyi ketika jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di kamar yang luas dengan ranjang king size itu begitu sunyi ketika jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Pencahayaan hanya bersumber dari lampu tidur saja. Sengaja, karena pemilik kamar tersebut tak menyukai ruangan yang terlalu terang.

Haura tengah memainkan ponselnya sendiri sambil menunggu balasan dari setiap pesan yang ia kirim ke kontak 'Orang Baik' a.k.a Nislaka. Namun, pesan tersebut tak kunjung terbalas. Karena kesal, akhirnya Haura melemparkan ponselnya sendiri ke atas kasur. Sedangkan ia duduk dan bersandar pada headboard ranjang.

Matanya tertuju pada jendela yang terbuka, sehingga tirai transparan bergoyang-goyang di tempatnya oleh angin. Seharusnya Haura sudah terlelap saat bulan memancarkan cahayanya. Namun, entah kenapa malam ini matanya tak mau terpejam barang satu menit pun.

Apa harus Haura mencoba mengirim pesan pada Niskala dan menyuruh cowok itu untuk datang?

Tiba-tiba saja ide cermerlang muncul di kepalanya. Ia akan melakukan apa yang sering ia lakukan sebelum tahu siapa pemilik kontak Orang Baik. Yap, Meminta apapun. Haura akan meminta makanan karena perutnya terasa lapar. Masa bodoh dengan peringatan 'Makan malam-malam bisa membuat badan gemuk'.

Haura : Kal? Lo gak mau bales pesan gue? Kita bahkan gak pernah chatingan semenjak pacaran.

Haura : Oke kalo lo gak mau bales. Gue laper, pengen makan. Beliin gue makanan apapun asal enak. Gue mau makanannya dianterin sama orang ganteng biar sekalian cuci mata malem-malem. Hehe....

Setelah memastikan Niskala sudah membaca pesannya, Haura merebahkan diri dan kembali melempar benda pipih itu dengan asal. Lima menit ia sibuk dengan pikirannya, dan tiba-tiba saja suara bel rumahnya berbunyi.

Haura sudah excited karena ia mengira yang datang adalah Niskala. Namun, ketika Haura memeriksanya langsung, yang ia temukan bukanlah Niskala, melainkan seorang kurir pengirim paket. Malam-malam begini?

"Ada perlu apa ya, Mas?" tanya Haura yang belum membuka pintu pagar. Untuk antisipasi jika saja lelaki itu adalah penjahat yang menyamar jadi kurir.

"Maaf ganggu malem-malem, Mbak. Ini ada paket atas nama penerima Haura Sabella. Ini rumahnya'kan, Mbak?" ucap Mas kurir.

"Iya, dengan saya sendiri. Tapi kok paketnya dikirim malem-malem, bukannya udah lewat jam operasional ya, Mas?" Haura mengernyit heran.

"Saya kirim paketnya sesuai waktu yang ditentukan sama punya paket ini, Mbak. Jadi, mau gak mau saya harus nurut karena pasti ada bonus, hehe...."

Haura membuka pintu pagarnya karena kecurigaan yang sempat hinggap di hatinya luput begitu saja. Bersamaan dengan itu, Haura menerima paket tersebut. "Kalo boleh tau, paketnya dari siapa?"

"Kalo itu saya juga gak tau, Mbak. Karena saya cuma ditelepon pake nomor yang disembunyikan. Mbak bisa tanda tangan di sini sebagai bukti'kan?" Mas kurir menyodorkan kertas dan pulpen pada Haura.

Dark MysteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang