•33• Tanpa Niskala

1K 133 15
                                    

Mata sembabnya yang terpejam itu terasa berat ketika harus Haura buka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata sembabnya yang terpejam itu terasa berat ketika harus Haura buka. Pantas saja, semalaman Haura menangisi perbuatannya sendiri. Sekarang, Niskala bukan lagi pacarnya, bukan lagi miliknya. Haura harus benar-benar terbiasa tanpa Niskala, awalnya pun begitu, bukan hal yang sulit ... Mungkin.

Cermin lebar di depannya memperlihatkan wajah yang awut-awutan. Seharusnya tidak begini. Haura harus memperlihatkan bahwa dirinya baik-baik saja saat bertemu Niskala di sekolah nanti.

Seragamnya sudah Haura kenakan seusai menyegarkan tubuhnya di kamar mandi. Ia mencatok rambut hitam kecoklatannya agar lebih cetar. Lalu, memoles lipstik di bibirnya agar tidak terlihat seperti mayat hidup.

Selesai dengan itu semua, Haura lantas keluar dari rumah. Ia dikagetkan oleh beberapa orang berpakaian jas hitam yang berjaga di depan rumah. Lebih kaget saat melihat dua orang yang berdiri di depan pintu.

Ryu benar-benar berlebihan, sampai-sampai menyiapkan banyak bodyguard untuk menjaga Haura.

Haura masih berdiri di ambang pintu dengan pikiran penuh dan kernyitan tajam di keningnya. Lalu, satu bodyguard itu mempersilahkan Haura untuk masuk ke mobil yang terparkir di depan rumah. Bahkan, dia sudah membukakan pintu mobil itu untuk Haura.

Haura tak langsung masuk. Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubunyi Ryu.

"Are you seriously?" Haura langsung memprotes saat panggilannya terhubung.

"Keputusan kamu bagus. Menjauhi Niskala adalah jalan yang paling aman. Mulai sekarang, kamu akan terus dijaga oleh bodyguard yang kakak sewa."

"Gue gak butuh hal kayak gini. Bikin risih tau gak?"

"Hanya sampai kakak bisa membuat mereka berhenti mengejar kamu."

"Oke." Haura menghela napas pasrah dan memutuskan panggilannya.

Dengan malas, ia masuk ke mobil dan bersandar tanpa minat di wajahnya. Haura sama sekali tak mau melirik ke jok kemudi, padahal sedari tadi orang yang tengah duduk di depan -sebagai supir,  tengah memperhatikan Haura dari kaca spion.

Karena merasa terus diperhatikan di sepanjang perjalanan, Haura lantas menoleh dengan kerutan di keningnya. Mata mereka kebetulan bertemu, tapi hanya sesaat, setelahnya iris mata yang sangat familiar dari pria bermasker hitam itu beralih kearah lain.

Dengan dongkol Haura melipat tangannya di depan dada. Ia terus memperhatikan pria itu dari belakang. Gelagat aneh pria pemilik rambut gondrong dengan warna sedikit pirang itu menarik atensi Haura.

Selama perjalanan, hingga tibanya mobil fortuner hitam itu di sekolah, Haura sama sekali tak mengalihkan perhatiannya dari pria si pengemudi. Haura tak langsung turun, karena pria itu membuka masker hitamnya. Ia tertarik untuk lebih dulu melihat wajah supir pribadinya.

Dark MysteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang