•8• Siapa Niskala?

2.1K 217 4
                                    

•Happy Reading•
✴️

Di perjalanan dari koridor menuju gerbang sekolah, Haura sama sekali tak mengalihkan perhatian dari tangannya yang sejak tadi digenggam oleh Niskala. Ia heran, apakah orang yang bersamanya ini benar-benar Niskala?

Setelah memeluk Haura untuk memberikan ketenangan, Niskala membawanya pergi dari perpustakaan, dan tangannya sama sekali tak terlepas dari tangan Haura.

Kini pandangan Haura beralih pada surai hitam kecoklatan milik Niskala. Ingin mengeluarkan kata dari mulutnya, tapi suasana terlanjur canggung. Hingga sampai di gerbang sekolah pun, mereka tetap saling diam.

Karena tidak tahan terus diam, Haura mulai membuka mulutnya, hendak berkata. Namun, tersela oleh Niskala.

"Biar gue panggilin taksi," ucap Niskala. Sebelah tangan cowok itu bergerak untuk membuka ponselnya.

Sementara itu, Haura menengok ke bawah. Tangannya masih digenggam. Dan hatinya tiba-tiba berdebar. Perasaan apa ini? Kenapa ia tak bisa melepaskan tangannya sendiri?

Menyadari hal itu, sontak Niskala langsung melepaskan tangannya dengan berdeham canggung. "Sorry."

Haura hanya mengangguk pelan. Hangat tangan Niskala masih terasa di kulitnya. Ia jadi bingung harus mengeluarkan perkataan apa dari mulutnya selain, "Makasih."

"Hmm," balas cowok itu.

Tak lama kemudian, sebuah taksi berhenti di depan mereka. Tak diduga-duga, Niskala melangkahkan kakinya lebih dulu untuk membukakan pintu mobil.

"Masuk," titahnya.

Haura tak banyak bicara, ia nurut saja karena sempat speechless di tempatnya. Entah harus berapa kali Haura memastikan kalo cowok itu benar-benar Niskala. Tapi dari penampilannya yang masih memakai seragam, tidak ada yang aneh. Dapat dipastikan kalo itu benar-benar Niskala. Yang aneh hanya sikapnya saja.

Biasanya Haura banyak bicara dan bergerutu, tapi kini ia terhipnotis oleh Niskala yang tiba-tiba bersikap agak baik padanya.

Setelah memastikan Haura sudah duduk di kursi penumpang dengan nyaman, Niskala menutup kembali pintu mobil. Ia sempat berbincang sebentar dengan sang supir untuk menitipkan Haura agar sampai dengan selamat.

Selama perjalanan menuju rumahnya, Haura hanya bengong. Masih memikirkan apa yang dilakukan Niskala. Kenapa bisa hatinya merasakan hal yang tak biasa?

"Wajar dia kayak gitu, dia juga masih manusia, kalo pun yang di perpustakaan tadi bukan gue, pasti masih ditolongin sama Niskala. Iya, gue gak boleh kegeeran," batinnya.

"Dih, najis banget kalo sampe lo baper gara-gara kayak gituan, Ra!" cela Haura pada dirinya sendiri.

Haura sampai di depan rumahnya. Ia turun dari taksi. Tak lupa ia juga memberikan uang pada sang supir.

Saat hendak membuka pintu pagar rumahnya, Haura kembali dibuat heran lagi oleh kantong plastik yang menggantung di pintu pagarnya. Karena penasaran, Haura lantas membukanya.

"Siapa sih orang iseng yang naro fried chicken di sini? Gak ada kerjaan banget," gumamnya yang kemudian menengok ke sana kemari.

Mungkin saja seseorang hanya menitipkannya. Makanan ini masih hangat, itu artinya orang yang menaruhnya di sini masih belum jauh.

Gerakan lehernya terhentikan oleh ponsel yang tiba-tiba bergetar di saku kemeja seragamnya. Ada sebuah pesan dari nomor yang tak ia kenali. Karena nomor yang tak ia kenali ada dua, Haura memberi nama pada masing-masing nomor.

Dark MysteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang