Part 28

2.3K 270 75
                                    

🦩🦩🦩























Taeby membuka pintu perlahan, dia berniat langsung masuk kamar sebelum papanya pulang, jam segini papa masih dikantor.

Rencananya kali ini adalah pura-pura sakit sehingga tidak akan ada satu orangpun yang berani memarahinya.

"Huuuf, aman"

Mengelus dadanya pelan setelah berhasil masuk kerumah. Setelahnya dia berjalan biasa dan tidak lagi berjalan mengendap-endap seperti pencuri karena merasa sudah aman.

Dia memasuki kamarnya dengan tenang. Tidak lupa langsung mandi, hari ini dia terlalu banyak bermain dibawah matahari membuat kulitnya sedikit lengket.

Setelah mandi dia keluar menunju dapur, membuka kulkas mengambil susu stroberinya. Menari-nari kecil sembari menyentuh bibirnya dan menggigitnya pelan.

Bersiul mengingat bagaimana dia dan Jackson tadi berciuman dalam mobil sambil menunggu Lisa dan Nayeon pulang dari toilet saat di rest area tadi.

Menyalakan lampu dapur dalam damai dan menuangkan susunya dalam gelas, dia berbalik hendak duduk di meja makan.

Brak

Serpihan pecahan gelas bercampur susu stroberi membasahi kakinya dan lantai, membuat beberapa orang yang sejak tadi memperhatikannya kaget dan segera mendekatinya.

"Taeby"

Teriak mereka serempak. Papa dan temannya ada didapur sejak tadi. Para om-omnya dengan cepat menjauhinya dari serpihan gelas.

Kakinya memang tidak terlalu sakit, tapi rasa sakitnya perlahan terasa didadanya saat papanya dengan terang-terangan menatapnya tajam dan meninggalkannya begitu saja tanpa mempedulikan kakinya yang terluka kena serpihan gelas.

Matanya mulai memanas. Dan perlahan air matanya turun setelah mendapat elusan pelan dipunggungnya oleh Yugyeom.

"It's ok, sakitnya sebentar lagi hilang"





Lebih baik dia dimarahi daripada dikasih silent treatment seperti ini. Sudah beberapa jam lebih papa belum juga menegurnya. Para om-omnya sudah balik beberapa menit lalu setelah mendengar penjelasan Taeby, dan mereka terlihat biasa saja, tapi entah kenapa papanya begitu memarahinya.

Dia mengekori papanya masuk kamar. Duduk disisi ranjang sembari menatapnya memelas, biasanya itu berlaku dan meluluhkan hati papa. Namun sepertinya kali ini tidak berlaku.

Papa sibuk mengetik pesan yang bisa Taeby tahu dengan siapa dia bertukar pesan.

"Paaaa"

Bahkan panggilannya pun tidak digubris. Taeby memainkan kuku jarinya, otaknya berusaha keras berpikir bagaimana meluluhkan hati papanya.

Dia naik keatas kasur mendekati papanya, dia sudah memikirkan cara terampuh yang selama ini jarang gagal. Mencondongkan badannya ingin mengecup bibir papanya, namun papanya dengan cepat turun dari kasur. Memakai jaketnya dengan cepat, tidak lupa mengambil kunci mobilnya.

Dan yah papa mengabaikannya, dia bahkan tidak memberitahunya mau kemana. Tidak masalah salah Taeby sejak awal.

Jam sepuluh malam, kemana lagi papanya pergi kalau bukan menemui pacarnya malam-malam.

Meringis kecil saat luka dikakinya bersentuhan dengan selimut. Kenapa sakitnya berkali-kali, padahal hanya menyentuh ujung selimut.

Dan saat ini yang sakit kakinya kenapa dadanya ikut sakit. Meremat baju tidurnya sebelum terisak dalam selimut.

Sementara ditempat lain Jeongguk tersenyum menyambut kedatangan sang pacar yang baru saja memasuki mobilnya. Dia nampak begitu cantik. Padahal malam ini mereka hanya akan berkeliling Jakarta kenapa dia berpakaian secantik itu?

"Cantik amat sih"

Pujinya sembari mengecup kening Ayu. Ayu yang diperlakukan begitu manis tersipu malu, padahal keduanya sudah lama berpacaran, kenapa rasanya seperti baru awal pacaran begini?

"Mau makan apa cantik?"

"Aku ikut kamu aja" jawabnya lagi, diapun bingung mau makan apa, tadi tiba-tiba sang pacar mengajaknya keluar, padahal dia sudah siap-siap untuk tidur karena besok harus bekerja.

Ayu menoleh ke kursi belakang yang gelap "Kamu gak bawa Taeby? Tumben"

"Dia capek pulang dari Puncak, harus banyak istirahat"

Ayu sedikit kaget mendengarnya, untuk pertama kalinya dia tidak memprioritaskan anaknya, padahal justru kalau anaknya nampak capek dia tidak akan meninggalkannya barang sedetik, karena anaknya yang sudah menginjak bangku SMA itu masih semanja itu.

"Ada acara dari sekolah?"

Jeongguk membelokkan mobilnya menunju jalan besar, menatap spion dengan hati-hati "Tidak juga, dia jalan dengan teman-temannya"

Dia mengelus bahu Jeongguk yang kembali fokus pada jalan "Dan apa alasan kamu marah?"

Tidak perlu menunggu Jeongguk mengatakan bahwa dia sedang marah dengan anaknya, karena Ayu bisa menebaknya. Ayu bisa menebak hanya dengan menatap wajah pacarnya yang sedikit kesal.

Selalu begitu. Dari dulu dia akan lari kepadanya jika sedang ada masalah dengan Taeby. Ada rasa senang untuk Ayu karena selain dia bisa menghabiskan waktunya dengan bebas, pacarnya pun tidak perlu melampiaskan kemarahannya dengan Taeby, karena pasti akan berakhir keduanya menghabiskan malam panas bersama untuk melampiaskan amarahnya. Dia menjadi pelarian sang pacar, walau begitu dia menyukainya karena mendapat apa yang dia inginkan.

Dan yah Jeongguk seakan lupa jika keduanya harus makan malam lebih dulu sebelum masuk ke hotel. Tapi lihatlah dia begitu terburu-buru memarkirkan mobilnya di area parkir hotel.

Menarik tangan Ayu dengan buru-buru, dia sudah memesan hotel saat dia keluar dari rumahnya tadi.

Belum juga pintu terbuka sempurna dia sudah menyerang Ayu dengan ganasnya. Tidak lupa mengunci pintu karena malam ini dia akan menghabisi pacarnya hingga dia merasa puas tanpa ada penganggu.

Taeby yang ditinggal sendirian menatap jam di hpnya berulang kali. Sekarang sudah menunjukkan pukul satu malam, dan dia masih belum bisa tidur.

Kepalanya terasa begitu berat dan sudah mulai panas. Mungkin efek terlalu lama bermain air tadi siang.

Ingin menelpon papa namun dia takut menganggunya. Dan satu-satunya yang bisa membantu adalah Lisa atau Nayeon.

"Bisa kerumah sekarang"

Tanpa menunggu lama Lisa menjemput Nayeon. Tidak perlu penjelasan pun mereka sudah bisa tahu sahabat mereka sedang butuh bantuan.

Dan benar saja, tidak menunggu lama keduanya sampai dirumah Taeby di dikagetkan dengan tubuh Taeby dengan suhu yang sedikit panas dan badannya menggigil.

Mereka menerobos lampu merah, untungnya tengah malam jalanan sedikit sepih. Dan besok pagi keduanya harus bersiap-siap dimarahi orangtua mereka saat tidak menemukan keduanya dikamar.

"Taeby, udah makan belum?"

Mengangguk lemas menjawab Lisa dan Nayeon yang bergantian mengompresnya.

Jam lima pagi barulah kedua wanita cantik itu pergi meninggalkan rumah Taeby, mereka hanya tidur beberapa jam karena Taeby baru bisa tidur nyenyak jam tiga tadi. Namun sebelum itu mereka tidak lupa membuatnya bubur, berharap saat bangun nanti badannya sudah enakkan dan memakan buburnya sendiri.

"Semoga bokap gue belum bangun" Nayeon mengangguk setuju.





































•jassint•

PAPA-ABLE & BOSS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang