Part 39

2.8K 296 45
                                    

🦩🦩🦩




























Warning: part ini cukup berat, boleh dilewati aja ya 🙏🏻





"Terus kamu lari dari tanggung jawab?"

Ayu meneriaki Jeongguk yang tidak mempedulikannya bahkan mengusirnya sejak tadi. Pagi-pagi sekali dia keluar dari rumah sakit. Dia seperti tidak membutuhkan pengobatan melainkan dia membutuhkan papa dari calon anaknya.

"Karena itu bukan anak saya?"

Plak

Satu tamparan cukup keras dipipinya dari Ayu. Rasanya sangat sakit, membuat Taeby yang baru saja datang dan menyaksikan drama itu ikut merasakan sakitnya.

Dia ingin mendekat, ingin membalas menampar tante Ayu karena sudah menampar papanya. Tapi dia memilih diam dan akan bersuara jika dia dibutuhkan.

Dia bersembunyi disalah satu sofa agar wajahnya tidak kelihatan. Sebenarnya dia masih pusing efek kebanyakan alkohol semalam.

Dia dan Bogum pagi ini membicarakan hal serius tentang apa yang keduanya lakukan semalam. Keduanya memutuskan untuk saling melupakannya, anggap keduanya tidak pernah melakukan itu.

"Kalau bukan anak kamu lalu ini anak siapa?" Kembali berteriak didepan Jeongguk yang masih tidak mempedulikannya "Aku mau nuntut kamu, sekali saja aku diperhatiin"

"Aku juga mau kamu prioritasin aku, bukan apa-apa selalu anak kamu yang kamu perhatikan" menjeda kalimatnya sebelum berlutut didepan Jeongguk.

"Aku mohon sekali saja, kamu bertanggung jawab sama aku"

Jeongguk menariknya duduk di kursi. Sejujurnya dia kasihan melihat Ayu seperti ini. Tapi mau dia berlutut seperti apapun itu tidak akan merubah apapun.

Jeongguk sungguh mengatakan hal yang jujur. Dia menolak untuk bertanggung jawab, karena dia tidak bersalah.

"Minta pertanggungjawaban pada ayahnya, bukan dengan saya"

Taeby bingung, apa maksud perkataan papa? Apa dia mau lari dari tanggungjawab? Tidak akan dia biarkan, tau melakukan tau bertanggung jawab.

Plak

Untuk kedua kalinya pipi Jeongguk ditampar, dan kali ini cukup keras.

"Kita tidak pernah berhubungan badan Ayu. Tidak pernah, jadi tolong cari ayah dari anak kamu ini, jangan menyuruhku bertanggung jawab. Kamu datang ke orang yang salah"

'Jadi papa dan tante Ayu tidak pernah melakukan itu?'

Papa melakukannya hanya dengannya saja? Tapi semalam dia melakukannya dengan orang lain. Taeby menjatuhkan hpnya membuat kedua orang yang sibuk berdebat mengalihkan atensi keduanya.

"Maaf"

Ujarnya penuh ketakutan.

Tante Ayu mendekati Taeby, menarik lengannya "Tae tante hamil, tapi papa kamu tidak mau bertanggung jawab, tolong tante"

Taeby bingung harus berbuat apa. Seharusnya dia tidak ikut dalam urusan seperti ini. Seharusnya dia kabur meninggalkan keduanya sejak tadi sebelum terjebak seperti ini.

Dengan pelan dia melepaskan tangan tante Ayu "Maaf tan, mungkin itu memang bukan anak papa"

Plak

"AYU!"

Jeongguk dikagetkan dengan anaknya yang ditampar Ayu.

"Apa-apaan kamu"

"Lihat kan sekarang, kamu masih ngebela anak manja kamu ini yang jelas-jelas nuduh aku mengandung anak orang. Sini kamu saya tampar lagi, dasar gay menjijikkan, sampah kamu Taehyung"

PLAK

Giliran Taeby yang terkejut melihat tangan lebar papanya menampar pipi tante Ayu cukup keras. Dia tidak ingin melihat hal seperti ini, dia tidak ingin melihat papa melakukan kekerasan terhadap perempuan.

"Kamu boleh menghina saya, kamu boleh memaki saya. Tapi jangan pernah merendahkan anak saya. Kenapa kalau dia gay? Apa salahnya dengan itu. Saya sendiri tidak mempermasalahkan orientasi seksual anak saya, lalu kamu seenaknya datang merendahkannya, siapa kau berani melakukan itu?. Keluar dari rumah saya dan hubungan kita sampai disini!"

Ayu menangis ditempatnya. Selain mendapat tamparan dia juga diputuskan Jeongguk begitu saja tanpa berniat bertanggung jawab.

"Kamu tidak bisa begini Jeongguk. Kamu tidak bisa. Kamu akan menyesalinya nanti, lihat saja"

"Dan kamu Taehyung, kamu itu gay menjijikkan, kamu akan tau akibatnya nanti. Cuihhh"

Jika saja punggung papa tidak segera menghalanginya, wajah Taeby saat ini dipenuhi ludah dari Ayu. Entah kenapa amarahnya dia lampiaskan kepada Taeby.

"Dasar anak pungut, jangan gaya kamu"

"Ayu cukup!"

Jeongguk kembali membentak Ayu, wanita itu sudah mulai membicarakan hal yang tidak-tidak. Jeongguk tidak ingin mengambil resiko jika Taeby mengetahui kenyataan sebenarnya dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri.

"Kenapa? Kamu takut? Kamu takut dia tahu kenyataan kalau dia hanya anak pungut yang kamu tampung disini, coba tanya dimana ibu kamu hahaha, kamu dibohongin Jeongguk sialan, ka__"

PLAK

PLAK

Kedua pipinya kembali ditampar Jeongguk. Dia mendorong Ayu keluar dari rumahnya dengan menarik rambutnya cukup keras. Persetan dengan kenyataan jika dia sedang mengandung. Bahkan jika dia bisa dia akan membunuhmu saat ini juga.

Taeby terdiam ditempatnya. Sakit hati ditampar tante Ayu tadi tidak seberapa dibanding dengan kalimat hinaan barusan yang diterimanya. Taeby menunduk lemas dilantai, menyibakkan tangan papanya dengan keras "Lepas!"

Kalimat mana yang harus lebih dulu dia cerna?

Dia yang memang terlahir dan besar dengan orientasi seksual yang berbeda dari anak yang lain, yang dimata tante Ayu menjadi gay semenjijikan itu hingga dia begitu membencinya.

Atau satu fakta baru yang entah benar atau salah, tapi tetap membuatnya semakin sakit dengan kenyataan bahwa dia kemungkinan memanglah anak pungut.

Membuatnya mengingat kejadian lalu-lalu dimana dia dibentak karena mengatakan kalau dia anak pungut.

'Tuh kannn, oma denger kan. Teby udah gak dapet keadilan disini. Nampung nampung, dikira Teby anak pungut kali'

'Hush gak boleh ngomong gitu anak manisnya oma'

'Ya habis bahasanya papa gitu banget atau jangan-jangan Teby anak pungut kali ya?'

'TAEHYUNG!'

'Oma mama Teby dimana?'

'Mama Teby sudah disurga sayang, udah jangan tanya lagi nanti oma sedih'

Apakah semua itu ada sangkut pautnya dengan dia yang kemungkinan besar memang anak pungut? Lalu dia anak siapa? Kedua orangtuanya kemana?

Dia harus apa sekarang? Dia harus kemana?

Air matanya terus keluar, gimana cara menghentikannya? Dia tidak ingin menangis karena dadanya sudah mulai sesak. Tapi otaknya terus memikirkan hal-hal yang Tante Ayu lontarkan. Dia terus berpikiran buruk.

Jadi selama ini dia hidup hanya karena belas kasihan Jeongguk saja?

Lalu kenapa mereka tidak mengatakannya sejak awal, setidaknya dia mencoba tahu diri hidup sebagai anak pungut. Setidaknya dia akan mencoba mencari dimana kedua orangtuanya kan?

Apa alasan mereka menyembunyikannya?

"Paaaa, sakit"

Kalimat terakhirnya sebelum dia terjatuh dan mendengar panggilan papa dengan suara tangisan memilukannya. Dia ingin tetap bangun, tapi dadanya sesak. Mungkin dia butuh istirahat biar tidak terus-terusan menangis.
































•jassint•

PAPA-ABLE & BOSS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang